Inibaru.id - Matahari pagi belum terlalu tinggi, tapi aktivitas di TPS 3R Kalipucang Wetan, Kabupaten Batang, sudah riuh. Sejak jam delapan, sampah rumah tangga dari ratusan warga mulai berdatangan. Tapi jangan bayangkan gunungan sampah yang berantakan dan bau menyengat. Di sini, sampah datang bukan untuk dibuang, tapi diolah dan bahkan dikirim ke pabrik sebagai bahan bakar.
Ya, sejak berdiri pada 2015, TPS 3R Kalipucang Wetan konsisten mengolah sampah dengan prinsip yang familiar tapi sering dilupakan: Reduce, Reuse, Recycle atau 3R. Setiap harinya, sekitar 500 kilogram sampah dari dua RT dipilah, digiling, dan diproses dengan tiga mesin yang bekerja sesuai jadwal.
“Dimulai dari jam 8 pagi untuk pengangkutan dan jam 10 mulai diolah menggunakan tiga mesin yang dioperasikan sesuai jadwal. Mulai pemilahan, penggilingan hingga terpisah antara sampah anorganik dan organik yang akan dijadikan bahan pupuk,” terang pendamping TPS Kalipucang Wetan, Lutfi Fuad.
Menariknya, plastik-plastik bekas ini bukan sekadar ditimbun, Millens. Berkat kerja sama dengan Desa Pesaren, limbah plastik ini justru disulap menjadi bahan bakar alternatif pengganti batu bara. Hasil olahannya rutin dikirim ke Cilacap dan Cibinong untuk dipakai di industri.
Langkah warga Kalipucang Wetan ini mendapat perhatian langsung dari Bupati Batang, M Faiz Kurniawan. Dia menyebut, metode pengelolaan sampah di desa ini sejalan dengan program Kota Industri Bersih yang sedang dikembangkan pemerintah daerah.
“Di beberapa desa sudah ada TPS 3R, nanti coba kita panggil untuk lebih dioptimalkan lagi, dengan mengadopsi pola pengolahan sampah dari Kalipucang Wetan. Kami juga sedang mengusulkan Dana Alokasi Khusus untuk TPS 3R di beberapa desa, sisanya desa menyisihkan dari Dana Desa untuk pengelolaan sampah,” tegasnya.
Tentu, masih banyak tantangan yang dihadapi. Namun, Faiz melihat semangat warga sudah luar biasa. Ia bahkan berencana menghadirkan teknologi pengolah sampah plastik menjadi pupuk cair pada 2026 mendatang.
Kalipucang Wetan membuktikan bahwa urusan sampah bukan cuma tugas petugas kebersihan atau pemerintah, tapi soal kesadaran bersama. Dari tangan-tangan warga yang nggak menyerah pada bau dan repotnya memilah, sampah pun bisa berubah jadi energi. Bukan hanya energi listrik atau bahan bakar, tapi juga energi perubahan untuk lingkungan yang lebih bersih. Semoga langkah ini juga bisa dicontoh daerah lain ya, Millens. (Siti Zumrokhatun/E05)
