Inibaru.id – Pantai atau pegunungan yang asri, menawarkan ketenangan, dan pemandangan yang molek adalah aset yang bisa mendatangkan devisa bagi negara melalui sektor pariwisata. Namun, seiring dengan grafik pertumbuhan wisatawan yang terus meningkat, kita menghadapi satu ancaman baru, yakni sampah plastik.
Yudhi Subhan, seorang pemandu wisata dari sebuah perusahaan tour and travel yang beroperasi di Jawa Tengah dan DIY mengungkapkan, kemolekan tempat wisata di pelbagai wilayah di Tanah Air memang acap "tertimbun" oleh sampah plastik.
"Ketidaksadaran para turis, baik lokal maupun asing, regulasi yang kurang spesifik, hingga pengelolaan sampah yang buruk di tempat wisata adalah tiga hal paling serius yang membuat 'limbah pariwisata' sulit dienyahkan," tutur lelaki 29 tahun yang acap membersamai para wisatawan di kisaran Magelang-Yogyakarta tersebut, Sabtu (28/6/2025).
Dia mengaku sedih setiap kali ada wisatawan asing yang bilang, "Tempatnya bagus, tapi sayang banyak sampah," saat melintas di sebuah lokasi wisata yang mereka kunjungi, yang menurutnya termasuk destinasi-destinasi unggulan di Jateng dan DIY.
"Menurut saya, keindahan tempat wisata itu bukan cuma tentang panorama atau atraksi yang ditampilkan. Kebersihan juga aset bagi sebuah tempat wisata yang bisa menjadi keunggulan," tegasnya. "Industri pariwisata di banyak negara setahu saya sudah punya kebijakan untuk menanggulangi sampah plastik; sebuah komitmen yang sepertinya belum lazim di negeri ini."
Berkaca dari Vietnam
Sebagai bagian dari lingkaran industri pariwisata di Tanah Air, sedikit banyak Yudhi tentu paham apa yang sedang terjadi di negeri ini dan bagaimana dunia pariwisata di negara lain berkembang.
"Saya suka lihat Vietnam yang sepertinya punya komitmen luar biasa untuk menanggulangi permasalahan ini," tutur lelaki yang mengaku telah beberapa kali traveling ke beberapa kota di Vietnam ini.
Yap, Yudhi nggak salah. Bukan hanya di Indonesia, permasalahan sampah sejatinya juga terjadi di berbagai belahan dunia, nggak terkecuali negeri jiran seperti Vietnam. Seperti negeri ini, Negeri Naga Biru juga sempat menghadapi tantangan besar serupa di dunia pariwisata, yakni sampah plastik.
Namun, Vietnam sepertinya bergerak lebih cepat untuk mengatasinya. Dari resor hingga desa wisata, mereka mengubah perilaku dan regulasi untuk menjadikan sektor pariwisata bersih dan ramah lingkungan. Indonesia seharusnya meniru pendekatan ini dengan segera.
Saat ini, pariwisata bukan lagi soal atraksi dan fasilitas. Di Vietnam, kepedulian terhadap lingkungan mulai menjadi fondasi utama kebangkitan sektor pariwisata mereka.
Alih-alih mengabaikan limbah, mereka malah menetapkan target ambisius: bebas plastik sekali pakai pada 2030, termasuk sertifikasi ramah-sampah untuk hotel dan destinasi wisata.
Upaya yang Dilakukan Vietnam
Untuk mereduksi sampah plastik di berbagai tempat wisata di Vietnam, mereka melakukan cukup banyak hal. Berikut adalah beberapa di antaranya, yang dirangkum dari sejumlah sumber:
1. Komitmen asosiasi pariwisata Vietnam
Sejak 2018, asosiasi pariwisata Vietnam VITA meluncurkan kampanye besar seperti "Pariwisata Vietnam Bersatu Kurangi Sampah Plastik".
Kini, tiga perempat anggotanya telah meningkatkan kesadaran ini, dengan target ambisius semua anggota wajib menghilangkan plastik sekali pakai pada 2030
2. Pilot project di destinasi terpilih
Pada 2023–2024, 60 bisnis di Ninh Bình dan Hoi An mengikuti program pengurangan plastik. Hasilnya: rata-rata pengurangan limbah hingga 35 persen, bahkan di Hoi An bisa turun hingga 64 persen dalam 3 bulan.
3. Sertifikasi Green and Zero-Waste
Kriteria bebas plastik diterapkan di hotel-hotel seperti Silk Sense Hoi An yang melatih staf dan mengganti produk sekali pakai. Hasilnya, mereka mampu mengurangi nggak kurang dari 80 ribu botol plastik dan 10 ton limbah selama setahun.
4. Keterlibatan komunitas dan pemerintah daerah
Di Ninh Bình, pengelola memanfaatkan perahu wisata untuk mengingatkan wisatawan agar nggak membuang sampah sembarangan. Hal ini menurunkan sampah area wisata hingga 60 persen.
5. Transformasi hijau di level nasional
Forum pariwisata hijau Vietnam 2024 menetapkan kerangka transformasi: reformasi teknologi, pengelolaan wisata berkelanjutan, dan pembangunan ekonomi hijau terintegrasi.
Komitmen dan Keterlibatan Pelaku Industri
Upaya untuk membersihkan dunia pariwisata dari sampah plastik yang mengganggu nggak bisa dilepaskan dari komitmen pelbagai pihak. Vietnam Tourism Association (VITA) menegaskan, keterlibatan pelaku industri sangat menentukan dalam keberhasilan upaya pengurangan sampah plastik.
“Partisipasi aktif dari pelaku industri pariwisata dalam mengurangi sampah plastik sangat penting untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan,” ujar Ketua VITA, Vu The Binh, pada Januari lalu, yang dikutip dari The Star, Sabtu (28/6/2025).
Hal itu salah satunya dibuktikan dari keberhasilan kota wisata warisan dunia Hội An yang mampu mengurangi limbah plastik dalam waktu singkat.
“Di Hội An, volume sampah plastik di hotel berhasil turun hingga 64 persen hanya dalam tiga bulan setelah kampanye dimulai,” terangnya. “Ini menegaskan, keterlibatan aktif pelaku industri pariwisata dalam mengurangi limbah plastik adalah kunci untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. ”
Langkah Vietnam membuktikan bahwa memajukan pariwisata tidak harus bertentangan dengan upaya menjaga lingkungan. Dengan kebijakan yang tegas, edukasi yang menyeluruh, serta keterlibatan semua pihak, negara itu mampu menurunkan volume sampah plastik secara signifikan di destinasi wisatanya.
Indonesia, yang juga memiliki kekayaan wisata luar biasa, perlu belajar dari Vietnam: bahwa daya tarik pariwisata akan makin kuat jika dibarengi dengan komitmen menjaga kebersihan dan keberlanjutan.
Menata sampah bukan hanya soal estetika, tapi juga tentang masa depan pariwisata yang berkelas dan berkelanjutan. Gimana menurutmu, Millens? (Siti Khatijah/E07)