BerandaHits
Rabu, 1 Sep 2020 09:44

Ratapan Seorang Ayah: Kalau Tahu Dia Akan Mati Karena Menjadi Dokter, Dulu Tak Akan Kuizinkan Kuliah

Lebih dari 100 orang dokter telah meninggal akibat Covid-19, namun tetap saja mereka dituding mencari untung di masa pandemi. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Telah lebih dari 100 dokter meninggal akibat Covid-19. Hal ini semakin menegaskan tentang lemahnya posisi para tenaga kesehatan di masa pandemi. Mereka seperti berjuang sendiri tengah ancaman maut yang jelas-jelas nyata tanpa dukungan dari pemerintah dan masyarakat.

Inibaru.id – Pada Senin (31/8/2020), Ikatan Dokter Indonesia mengumumkan 100 dokter yang gugur dalam penanganan Covid-19 di Indonesia. Nggak hanya dokter, tenaga medis lainnya seperti perawat atau pegawai rumah sakit juga telah banyak yang meninggal atau dirawat secara intensif karena terinfeksi virus corona. Sayangnya, di balik pengorbanan mereka, masih ada tudingan bahwa tenaga kesehatan mencari untung di tengah masa pandemi.

Seorang ayah yang tak disebutkan namanya menyesali keputusannya membiarkan sang putri menjadi tenaga kesehatan. Kini, dia hanya bisa meratapi kematian sang buah hati semata wayangnya.

“Kalau tahu dia akan mati karena menjadi dokter, lebih baik dulu nggak akan kuizinkan kuliah,” sesalnya.

Di banyak tempat, kini semakin banyak orang tua yang melarang anak-anaknya mengambil jurusan kuliah menjadi tenaga kesehatan. Ancaman nyata virus Covid-19 membuat mereka takut akan kehilangan buah hatinya yang paling berharga. Padahal, hanya beberapa saat lalu, menjadi tenaga medis dianggap memiliki gengsi tersendiri.

Tenaga kesehatan bekerja dengan penuh hambatan dan kesulitan. Mereka juga dihantui maut. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Menjadi dokter atau tenaga kesehatan lain nyatanya bukan hal yang mudah. Kuliah yang sulit dan lama, ditambah dengan biaya yang mahal sudah menjadi rahasia umum masyarakat. Sebagai contoh, untuk mendapatkan status sebagai perawat vokasi, seseorang harus menempuh pendidikan selama tiga tahun. Biaya yang dihabiskan termasuk kos dan untuk hidup sehari-hari juga bisa mencapai Rp 50 juta!

Saat sudah di fase praktik di fasilitas kesehatan, para tenaga kesehatan ini langsung dihadapkan pada beban kerja yang sangat tinggi dan membuat mereka stres. Kamu pasti tahu kan banyak tenaga medis yang kerja shift atau bertugas jauh lebih lama dari jam kerja karena banyak orang yang membutuhkan? Masalahnya, usai lulus, nggak semua nakes ini langsung bisa mendapatkan pekerjaan yang layak.

Tudingan Miring Semakin Membebani Kinerja Para Tenaga Medis

Di saat pemerintah nggak benar-benar serius mengendalikan virus corona, tenaga medis berjibaku dan dihadapkan pada risiko kematian yang tinggi. Mereka pun bertugas dengan penuh rasa khawatir dan hambatan yang semakin besar. Nggak hanya kesulitan karena terus memakai APD hingga sulit bernapas, makan, minum, atau buang air, mereka juga bekerja dengan banyak sekali keterbatasan.

Nggak semua orang patuh protokol kesehatan demi menekan jumlah kasus Covid-19. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Sayangnya, banyak orang yang menuding tenaga medis dan fasilitas kesehatan mencari untung. Ada yang menuduh mereka sebagai antek WHO atau bahkan menargetkan seberapa banyak kematian di Indonesia. Hal ini seperti membuat pengorbanan para tenaga medis ini menjadi sia-sia.

Di tengah masyarakat yang seperti belum semuanya peduli, pemerintah yang tak kunjung mengeluarkan kebijakan yang bisa menyelamatkan warganya, para tenaga medis ini seperti berjuang sendirian melawan virus yang tak kasat mata. Mereka seperti siap menyambut kematian kapan saja, seperti pahlawan yang namanya diratapi di satu hari, namun kemudian dilupakan di hari lainnya. (Det/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: