BerandaHits
Jumat, 9 Jan 2025 10:26

PMK Serang Ternak di Jateng, Dinas: Jangan Panik, Masih Bisa Disembuhkan!

Pelaksana Tugas Kepala Disnak Keswan Jateng, Ignasius Haryanta Nugraha. (Inibaru.id/ Danny Adriadhi Utama)

Penyakit kuku dan mulut menyerang lebih dari dua ribu ternak di Jawa Tengah. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) Jateng menyatakan agar peternak nggak panik dan berusaha untuk menyembuhkan ternak-ternaknya.

Inibaru.id - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) Jawa Tengah mencatat 2.387 ekor sapi terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK). Ada 25 kabupaten kota terdampak dalam wabah ini dengan penyebaran tertinggi di wilayah Blora.

Pelaksana Tugas Kepala Disnak Keswan Jateng, Ignasius Hariyanta Nugraha mengatakan dalam penanganan kasus PMK tersebut terdapat 25 ekor sapi sudah sembuh. Sementara 56 ekor mati dan 20 ekor harus dipotong. 2.286 ekor sapi lainnya dalam proses penanganan Disnakeswan Jateng.

"Kebanyakan yang terindikasi tertular PMK jenisnya sapi hasil persilangan simental limosin. Jadi sapi pedaging yang kena. Peternak yang terbanyak terpapar di Blora mencapai 372 kasus," kata Ignasius Haryanta Nugraha, Kamis (9/1).

Saking banyaknya sapi yang tertular PMK, sebagian peternak ingin menjual sapi piaraannya dengan harga murah. Biasanya mereka menjual di pasar-pasar hewan di berbagai kota.

"Karena hewan tersebut sering dilalulintaskan antarpasar hewan. Contohnya pasaran Pon tidak laku di Wonogiri, peternak kemudian membawa ternak sapinya ke Boyolali atau Sragen saat pasaran Wage," ujarnya.

Memengaruhi Harga

Ilustrasi: Peternak mengalami kepanikan sehingga banyak yang menjual sapinya dengan harga murah. (Radarsolo/Angga Purenda)

Maraknya penularan PMK, menurut Haryanta memengaruhi harga sapi di seluruh pasar hewan Jawa Tengah. Timbul kepanikan luar biasa dari para peternak sehingga mereka terpaksa menjual sapi piarannya dengan harga sangat murah.

"Di pasar hewan Kabupaten Sragen, Sukoharjo dan Kabupaten Wonogiri, banyak peternak menjual sapi di bawah Rp5 juta. Padahal bila melihat harga normal untuk ukuran sapi simental usia muda sekitar Rp15 juta-Rp20 juta per ekor," jelasnya.

Hasil investigasi juga mendapati fakta bahwa kepanikan para peternak sapi karena ditakut-takuti oleh sejumlah blantik yang ada di tiap pasar hewan.

"Kalau lihat harga sapi sekarang bisa sampai di bawah Rp5 juta. Misal peternak bisa dijual Rp15 juta sampai Rp20 juta tapi karena panik, buru-buru dijual ke pasar dengan harga sangat murah. Ini ruginya cukup tinggi, karena ketidaktahuan peternak itu. Mungkin juga ditakut-takuti sama blantik," terangnya.

Pihaknya memperkirakan akibat kepanikan yang dialami peternak membuat angka kerugian hampir menyentuh Rp1 miliar. Sebab dari total populasi sapi, kerbau, kambing, domba dan babi se-Jateng, yang setara dengan nilai Rp20 triliun, sekitar 5 persen sudah tertular PMK.

"Untuk kerugian akibat PMK sudah ratusan juta. Ya hampir Rp1 miliar. Karena 5 persen dari total populasi hewan ternak di wilayah kami sudah kena PMK," terangnya.

Sapi Masih Bisa Disembuhkan

Sebagai pencegahan kerugian yang lebih besar, pihaknya sedang melakukan sosialisasi penanggulangan penularan PMK. Sapi-sapi yang tertular PMK masih bisa disembuhkan dengan ketelatenan para peternak.

Apabila ditemukan sapi dengan kondisi lidah menjulur dan mulut berliur, peternak disarankan supaya cepat mengobati dengan meminta vaksin ke dinas peternakan terdekat. Dengan kondisi sapi sudah ndeprok dengan kuku mengelupas, pihaknya menyarankan supaya disembuhkan dengan diberi makanan lunak.

"Padahal PMK masih bisa disembuhkan. Kecuali kalau kukunya lepas, sudah ndeprok dan mulutnya berliur itu juga bisa disembuhkan kalau peternaknya telaten. Caranya bisa dengan dilolohkan makanan lunak. Jadi PMK ini bukan penyakit yang tidak bisa disembuhkan," pungkasnya. (Danny Adriadhi Utama/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bongkoroti, Salah Satu Penganan Langka di 'Pasar Kuliner Jadul' di Taman Menara Kudus

15 Jan 2025

Sekilas tentang Prompt Engineer, Profesi Anyar yang Muncul dari Perkembangan AI

15 Jan 2025

Kritik Rakyat adalah Hak, Permintaan Maaf adalah Kewajiban Pejabat yang Kelakuannya Nggak Patut

15 Jan 2025

Si-Manis Mart, Inovasi Stabilitas Harga di Jawa Tengah

15 Jan 2025

Uniknya Asal-usul Penamaan Desa Gamer di Kota Pekalongan, Jawa Tengah

15 Jan 2025

Cegah Bunuh Diri, Kafe di Jepang Sediakan Peti Mati untuk Merenung

15 Jan 2025

Meracik Rujak Mitoni di Batang, Kaya Rasa dengan Buah-buahan Belasan Macam

15 Jan 2025

Ipda Bakti Relakan Tabungan Haji Jadi TPA, Wujud Pengabdian Polisi kepada Masyarakat

15 Jan 2025

Buka Sampai Tengah Malam, Nasi Kuning Mbah Jo Yogyakarta Selalu Dijejali Pelanggan

16 Jan 2025

Sepakat Berdamai setelah Seteru Sengit Antara PP dan GRIB Jaya di Blora

16 Jan 2025

Gambaran Keindahan Kepulauan Canaria di Spanyol pada Film 'Killing Crabs'

16 Jan 2025

Kata Orang Tua Siswa tentang Penjual Jajanan di Sekolah

16 Jan 2025

Mulai 1 Februari, KA Sancaka Utara 'Comeback' dengan Relasi Diperpanjang hingga Cilacap

16 Jan 2025

Menghadapi Dilema Bekal vs Jajanan di Sekolah; Bagaimana Sikap Orang Tua?

16 Jan 2025

Rujak Mitoni dan Tradisi 'Gender Reveal' di Batang

16 Jan 2025

Bakal Diisi Siswa Pintar dan Berprestasi, Apa Itu SMA Unggulan Garuda?

17 Jan 2025

Mencari Tahu Sejarah Nama Kecamatan Kunduran di Blora

17 Jan 2025

204 Pendaftar Pelatihan Keterampilan Gratis di BLK Rembang, Bakery Jadi Kejuruan Favorit

17 Jan 2025

Fenomena 'Sad Beige Mom', Benarkah Warna Netral Bisa Mempengaruhi Perkembangan Anak?

17 Jan 2025

Mulai Hari Ini, Kamu Bisa Wisata Perahu di Kali Pepe di Gelaran Grebeg Sudiro Solo!

17 Jan 2025