Inibaru.id – Siapa yang nggak kenal sosok ini? Dialah pahlawan Perang Jawa, Pangeran Diponegoro. Nggak cuma riwayat perlawanannya pada penjajah yang mengundang decak kagum, kehidupan asmaranya juga menarik lo. Beberapa perempuan pernah singgah di hatinya.
Pernikahan pertama sang pangeran digelar pada usianya yang ke-27. Dia mempersunting seorang guru agama dari Sleman bernama Raden Ayu Retno Madungbrongto. Dia adalah putri kedua dari ulama terkemuka di Desa Dadapan, Kiai Gede Dadapan. Berkat pernikahan itu, Diponegoro bisa bergaul dengan kaum ulama di Yogyakarta dan Jawa.
Dari pernikahan ini, Diponegoro dan Ayu Retno dikaruniai seorang anak laki-laki. Bergelar Putra Diponegoro II, dia mewarisi kharisma dan kepemimpinan ayahnya. Ayu Retno merupakan sosok yang setia. Dia selalu menemani suaminya dalam melakukan tugas keagamaan.
Kehidupan rumah tangga pasangan ini begitu harmonis. Demikian Pangeran Diponegoro II menuliskannya dalam Babad Diponegoro Surya Ngalam.
Diponegoro Menikah Lagi
Sayangnya, keluarga bahagia ini mengalami badai yang cukup pelik. Pada 1807, Pangeran Diponegoro dibujuk untuk menikah lagi oleh ayahnya, yaitu Sultan Hamengkubuwono III.
Untuk alasan politis, dia harus menikahi Raden Ajeng Supadmi, putri dari Bupati Panolan Jipang Kesultanan Yogyakarta, Raden Tumenggung Notowijoyo III. Pernikahan kedua ini terjadi pada 27 Februari 1807 dengan pesta yang berkelas dan besar-besaran. Para pejabat dari Residen Belanda juga diundang.
“Salah satu hadiah resmi dari Residen Belanda adalah perkamen. Kertas tulis dari kulit binatang sepanjang 1,5 meter. Suatu hal yang memberi petunjuk bahwa kedua pasangan mempelai itu sudah melek huruf,” kata Peter Carey dalam Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro (2014).
Peter Carey juga mengisahkan pertemuan Diponegoro dengan Supadmi yang hanya terjadi sekali. Itu pun terlaksana tiga bulan sebelum pernikahan. Pernikahan ini hanya seumur jagung meski membuahkan keturunan bernama Pangeran Diponingrat. Tiga tahun kemudian mereka bercerai.
Menurut catatan Peter, Pangeran Diponegoro memiliki empat istri sah dan beberapa selir. Tiga istrinya dinikahi selama periode Perang Jawa. Sebenarnya, hal ini nggak terlalu mengejutkan karena poligami biasa di kalangan bangsawan kala itu. Tapi, yang menarik, Diponegoro selalu menawan di mata perempuan, meski wajahnya nggak setampan Arjuna.
Sumber-sumber Belanda menggambarkan Diponegoro sebagai lelaki bertubuh gempal dan nggak terlalu tinggi. Namun, dia memiliki perawakan tegap dan stamina yang luar biasa.
“Diponegoro seperti terbuat dari besi,” kata salah seorang opsir Belanda De Kock. Orang-orang Belanda menganggapnya kaku dan menakutkan.
Seperti apa pun penggambaran itu, dia seperti punya daya magis di mata perempuan. Mereka menganggapnya hangat, meski nggak humoris. Kelihaiannya menawan hati lawan jenis ini disebut-sebut sebagai hal yang mengganggunya. Gimana nggak mengganggu kalau mudah tergoda perempuan, bahkan saat kondisi genting?
Dia bahkan pernah menyebut jika kekalahannya dalam Perang Jawa (1825-1830), dikutip dari Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro, karena dia sempat tidur dengan perempuan Tionghoa yang bukan istri atau selirnya. Itu terjadi ketika pertempuran berlangsung.
“Perempuan itu adalah tawanan perang di Kedaren yang kemudian dia jadikan tukang pijatnya,” ujar Peter Carey.
Kekalahan itu membuat Diponegoro harus diasingkan di Manado. Berada di tempat asing dalam kurun waktu yang entah sampai kapan nggak membuat Diponegoro cukup dengan istri-istrinya. Dia dikabarkan masih berkeinginan menikah.
Diponegoro jatuh hati pada putri tokoh agama setempat, Letnan Hasan Nur Latif. Sayangnya, lamaran itu ditolak.
“Seperti halnya para pejabat Belanda, pejabat setempat juga menolak lamaran itu dengan alasan apabila menikah dengan Diponegoro akan terjadi hal-hal buruk,” ujar Peter Carey.
Menarik ya, sisi lain sosok yang dicintai rakyat Jawa ini. Bagi masyarakat Jawa, dia adalah pelindung mereka yang tertindas. Ehm, kamu masih ngefan nggak nih sama Pangeran Diponegoro? Heee. (His/IB21/E03)