BerandaHits
Jumat, 21 Nov 2019 17:15

Perempuan Korban Kekerasan dan Marginalisasi Berikan Kesaksian pada Peringatan 16 HAKTP

Cahya dan Isti, korban kekerasan memberikan kesaksian. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Rangkaian 16 hari antikekerasan terhadap perempuan diisi dengan forum kesaksian perempuan. Kesaksian berupa kisah kekerasan dan marginalisasi ini mengungkapkan rendahnya perhatian pemerintah terhadap hak-hak perempuan.

Inibaru.id - Kamis (21/11), sekitar seratus peserta diskusi memenuhi panggung Taman Indonesia Kaya untuk menyimak Forum Kesaksian Korban Kekerasan terhadap Perempuan. Acara ini diinisiasi oleh aliansi mendukung keadilan perempuan (LaMPu) yang diselenggarakan dalam rangka kampanye 16 hari antikekerasan terhadap perempuan (HAKTP).

Aksi 16 HAKTP digelar selama 16 hari. Kegiatannya meliputi kampanye untuk mengingatkan publik serta pemerintah bahwa masih banyak terjadi pelanggaran terhadap perempuan. Kampanye ini diadakan mulai 25 November – 10 Desember setiap tahun.

Koordinator Acara, Niha Mukharomah mengungkapkan ada enam isu yang mereka bawa ke forum siang itu. Keenamnya isu tersebut merupakan korban kekerasan, perempuan disabilitas, perempuan pesisir, petani, pekerja rumahan, dan lingkungan. Keenam isu yang terjadi terhadap perempuan tersebut menyebabkan terpinggirkannya perempuan dari akses untuk mendapatkan keadilan (termarginalkan).

Peserta diskusi didominasi oleh perempuan. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

“Enam isu ini mereka sama-sama mengalami pelanggaran HAM. Jadi nggak hanya kekerasan, namun juga mengalami pelanggaran ketika memperjuangkan hak seperti halnya perempuan pesisir Tambakrejo yang digusur kemarin,” terang Niha.

Kesaksian Korban

Dari enam isu yang dibawa pada siang itu, hanya ada lima korban dari lima isu yang bersedia memberikan kesaksian. Salah satunya adalah Cahya yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga oleh suaminya sendiri.

Dengan setengah tersedu, ibu rumah tangga yang satu ini menceritakan kronologi yang dialami olehnya. Berawal dari perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya, perempuan dua anak ini mencoba mengumpulkan bukti untuk mengkonfrontasi sang suami.

Alih-alih suaminya minta maaf, Cahya malah diamuk habis-habisan oleh suaminya.

"Saya dihajar, disudutkan, ditendang sama dia di depan anak-anak saya. Kerap saya alami setiap kita cekcok,” ucap Cahya sambil mengusap air matanya.

Seketika suasana menjadi mengharu biru. Nggak hanya disakiti secara fisik oleh suaminya, Cahya juga mendapatkan olok-olok akan tubuhnya yang gempal dan berkulit gelap. Lantaran telah disakiti secara fisik dan psikis, Cahya akhirnya memutuskan untuk meminta bantuan dari lembaga penyedia layanan dan berhasil terlepas dari belenggu suaminya.

Displai duplikat pakaian korban saat mengalami kekerasan. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Selain Cahya, ada pula Isti yang menceritakan ulang kasus seorang difabel yang berulang kali mendapatkan pelecehan dari tetangganya. Mirisnya, bukannya mendapat dukungan keluarga, difabel yang nggak mau disebutkan namanya ini malah dicap mengalami gangguan kejiwaan.

Berbagai kasus yang terjadi ini membuktikan pemerintah hanya fokus pada pembuatan regulasi tanpa adanya pengawasan pengimplementasian. Apalagi pemulihan korban kekerasan masih kerap diabaikan. Hal inilah yang mendorong Niha dan kawan-kawannya untuk mengawal kebijakan perlindungan perempuan.

"Harapannya supaya pemerintah melihat masih ada pelanggaran yang dialami perempuan. Jangan tutup mata dan awasi implementasinya,” tutup Niha.

Nggak hanya forum diskusi, acara siang itu juga diwarnai berbagai displai duplikasi barang bukti kekerasan terhadap perempuan di Jawa Tengah, live painting serta berbagai poster warna warni.

Wah semoga kekerasan terhadadap perempuan bisa diminimalisasi ya, Millens! (Zulfa Anisah/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: