BerandaHits
Jumat, 23 Okt 2025 09:01

Musim Pancaroba Dulu vs Sekarang, Mengapa Rasanya Semakin Ekstrem?

Di musim pancaroba belakangan, cuaca ekstrem cukup sering muncul. (Jawapos)

Banyak orang mengeluhkan semakin seringnya cuaca ekstrem muncul, khususnya pada musim pancaroba seperti sekarang. Tanda pemanasan global sudah semakin parah?

Inibaru.id – Setelah merasakan suhu panas di siang hari pada awal Oktober 2025, Beni kini sedikit kerepotan dengan hujan yang turun hampir setiap sore. Sebagai pekerja lapangan, dia harus sering berkendara dengan jas hujan saat kondisi cuaca basah.

Lebih dari itu, dia juga merasa ada anomali pada musim pancaroba alias pergantian musim dari kemarau ke musim hujan pada tahun ini. Selain hujan yang bisa tiba-tiba turun dengan deras, dia mendapatkan laporan dari grup WhatsApp kerjaannya tentang adanya angin kencang, bahkan puting beliung di sejumlah tempat, banjir, serta hujan es.

"Karena beberapa tahun belakangan juga viral kan pembahasan pemanasan global. Apa memang musim pancaroba sekarang jadi lebih sering menyebabkan cuaca ekstrem daripada zaman dahulu, ya?" ucap laki-laki yang bekerja sebagai pengantar obat ke apotek-apotek di Kota Semarang tersebut pada Rabu (22/10/2025).

Hm, pertanyaan Beni ini jadi bikin penasaran, apakah memang benar musim pancaroba sekarang berbeda dengan pada zaman dahulu?

Hujan dan Angin Jadi Ciri Khas Musim Transisi

Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, hujan deras disertai angin kencang memang termasuk “menu wajib” musim pancaroba. Dalam masa transisi antara kemarau dan penghujan ini, cuaca bisa berubah drastis dalam waktu singkat. Pagi cerah, siang panas terik, lalu sore tiba-tiba hujan deras disertai petir? Nah, itu dia!

“Langit juga sering mendung tak menentu karena awan konvektif berkembang sangat cepat,” jelas Guswanto sebagaimana dinukil dari Kompas, Selasa (21/10).

Ternyata cuaca ekstrem juga terkait dengan pemanasan global dan perubahan iklim. (RRI/Supriyadi)

Selain angin kencang dan hujan lokal, musim ini juga rawan puting beliung dan turbulensi atmosfer. Nggak heran kalau banyak pohon tumbang, banjir lokal, sampai kasus ISPA dan DBD ikut meningkat.

Pancaroba Dulu vs Sekarang

Kalau kita bandingkan dengan masa lalu, musim pancaroba zaman dulu terasa lebih “sopan”. Menurut Guswanto, dulu transisinya lebih teratur dan mudah diprediksi, biasanya berlangsung 2–4 minggu. Tapi sekarang? Sering molor, bahkan durasi dan intensitasnya makin nggak karuan.

Perubahan ini erat kaitannya dengan perubahan iklim global dan urbanisasi. Suhu kota semakin panas, lahan hijau semakin berkurang, dan polusi semakin parah. Semua ini bikin sistem cuaca jadi makin labil.

“Kalau dulu intensitasnya sedang, sekarang bisa hujan lebat disertai angin kencang. Dampaknya juga makin luas, termasuk ke kesehatan mental seperti stres karena cuaca nggak menentu,” tambah Guswanto.

Menurut Guswanto pula, masyarakat zaman dulu lebih siap menghadapi pancaroba karena pengalaman dan pengetahuan tradisional. Sekarang, banyak yang baru tahu ada pancaroba gara-gara cuaca sudah berantakan.

Makanya, penting banget sekarang untuk rajin mengakses informasi cuaca dari BMKG, pakai aplikasi cuaca, dan tetap jaga kesehatan. Jadi, kita tetap beraktivitas dengan normal meski cuaca belakangan ekstrem. Setuju kan, Gez? (Arie Widodo/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: