Inibaru.id - Bagi banyak karyawan muda di era modern, lingkungan kerja yang serba cepat dan penuh tekanan kerap memicu rasa jenuh serta burnout. Akibatnya, muncul fenomena yang belakangan dikenal dengan sebutan micro-retirement atau mini-retirement, yaitu mengambil jeda karier selama beberapa bulan hingga beberapa tahun untuk mengejar kebahagiaan pribadi atau sekadar memulihkan energi.
Berbeda dengan pensiun konvensional yang terjadi di usia lanjut, micro-retirement memungkinkan seseorang berhenti sejenak dari rutinitas pekerjaan ketika masih berada di usia produktif. Kamu bisa kembali ke dunia kerja ketika sudah siap.
Fenomena yang populer di antara generasi Z dan milenial ini bukan sekadar liburan panjang ya, melainkan langkah yang direncanakan dengan tujuan spesifik, seperti memperbaiki kesehatan mental, mengejar hasrat pribadi, belajar hal baru, atau bahkan bepergian ke berbagai tempat untuk mencari pengalaman hidup yang lebih bermakna.
Tapi, tentu saja pilihan ini bukan tanpa risiko. Micro-retirement juga bukan untuk kamu yang tanpa tabungan dan menjadi pilihan sulit untuk para sandwch generation.
Mengapa Karyawan Muda Memilih Micro-Retirement?
1. Mengatasi Burnout dan Memperbaiki Kesehatan Mental
Lingkungan kerja modern sering kali penuh tekanan akibat tuntutan produktivitas yang tinggi. Tanpa jeda yang cukup, karyawan dapat merasa kelelahan fisik maupun mental. Micro-retirement menjadi solusi untuk menyegarkan pikiran sekaligus memberikan waktu bagi diri sendiri.
2. Mengejar Passion yang Terlupakan
Banyak orang memiliki minat atau hobi yang tak sempat digeluti karena terbentur kesibukan kerja. Jeda karier ini memberi kesempatan untuk mengejar hal-hal yang benar-benar mereka cintai, seperti menulis, berkebun, mempelajari seni, atau bahkan membangun usaha kecil.
3. Memperkaya Pengalaman Hidup
Bepergian ke tempat-tempat baru atau mengikuti kegiatan sosial dapat memperkaya pengalaman hidup seseorang. Aktivitas semacam ini sering kali membuka perspektif baru yang membuat mereka lebih siap menghadapi tantangan saat kembali ke dunia kerja.
4. Investasi pada Diri Sendiri
Sebagian orang memanfaatkan micro-retirement untuk mengikuti pelatihan, kursus, atau pendidikan lanjutan yang relevan dengan pengembangan karier mereka. Ini memungkinkan mereka kembali bekerja dengan keterampilan baru dan energi yang lebih segar.
Meskipun micro-retirement masih tergolong fenomena baru, beberapa perusahaan progresif mulai merespons dengan menyediakan program sabbatical leave bagi karyawan. Program ini memungkinkan karyawan mengambil cuti panjang tanpa kehilangan posisi mereka di perusahaan. Langkah ini dianggap efektif dalam meningkatkan loyalitas karyawan serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan suportif.
Bagi yang tertarik menjalani micro-retirement, persiapan finansial adalah hal utama yang harus diperhatikan. Mengingat jeda karier berarti berhenti menerima penghasilan tetap, penting untuk memiliki tabungan yang cukup guna memenuhi kebutuhan selama masa jeda. Selain itu, perencanaan terkait tujuan dari jeda ini juga sangat diperlukan agar waktu yang dihabiskan bisa memberikan manfaat maksimal.
Micro-retirement bisa menjadi cara baru bagi karyawan muda untuk menyeimbangkan hidup di tengah tuntutan karier yang berat. Tapi bukan berarti tanpa risiko ya. Bisa jadi kamu juga melewatkan kesempatan untuk promosi atau naik gaji. Hm, dilematis juga ya, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)