BerandaHits
Sabtu, 10 Jan 2025 15:51

Micro-Retirement: Fenomena Baru Jeda Karier untuk Mengatasi Burnout

Beranikah kamu menjalani micro-retirement? (Unsplash)

Dengan jeda yang terencana dan tujuan yang jelas, fenomena ini (sebenarnya) bisa menjadi solusi efektif dalam mengatasi burnout sekaligus memperkaya hidup dengan pengalaman yang lebih bermakna.

Inibaru.id - Bagi banyak karyawan muda di era modern, lingkungan kerja yang serba cepat dan penuh tekanan kerap memicu rasa jenuh serta burnout. Akibatnya, muncul fenomena yang belakangan dikenal dengan sebutan micro-retirement atau mini-retirement, yaitu mengambil jeda karier selama beberapa bulan hingga beberapa tahun untuk mengejar kebahagiaan pribadi atau sekadar memulihkan energi.

Berbeda dengan pensiun konvensional yang terjadi di usia lanjut, micro-retirement memungkinkan seseorang berhenti sejenak dari rutinitas pekerjaan ketika masih berada di usia produktif. Kamu bisa kembali ke dunia kerja ketika sudah siap.

Fenomena yang populer di antara generasi Z dan milenial ini bukan sekadar liburan panjang ya, melainkan langkah yang direncanakan dengan tujuan spesifik, seperti memperbaiki kesehatan mental, mengejar hasrat pribadi, belajar hal baru, atau bahkan bepergian ke berbagai tempat untuk mencari pengalaman hidup yang lebih bermakna.

Tapi, tentu saja pilihan ini bukan tanpa risiko. Micro-retirement juga bukan untuk kamu yang tanpa tabungan dan menjadi pilihan sulit untuk para sandwch generation.

Mengapa Karyawan Muda Memilih Micro-Retirement?

1. Mengatasi Burnout dan Memperbaiki Kesehatan Mental

Langkah ini disebut bisa menjauhkan diri dari burnout ketika kembali bekerja. (via MSN)

Lingkungan kerja modern sering kali penuh tekanan akibat tuntutan produktivitas yang tinggi. Tanpa jeda yang cukup, karyawan dapat merasa kelelahan fisik maupun mental. Micro-retirement menjadi solusi untuk menyegarkan pikiran sekaligus memberikan waktu bagi diri sendiri.

2. Mengejar Passion yang Terlupakan

Banyak orang memiliki minat atau hobi yang tak sempat digeluti karena terbentur kesibukan kerja. Jeda karier ini memberi kesempatan untuk mengejar hal-hal yang benar-benar mereka cintai, seperti menulis, berkebun, mempelajari seni, atau bahkan membangun usaha kecil.

3. Memperkaya Pengalaman Hidup

Bepergian ke tempat-tempat baru atau mengikuti kegiatan sosial dapat memperkaya pengalaman hidup seseorang. Aktivitas semacam ini sering kali membuka perspektif baru yang membuat mereka lebih siap menghadapi tantangan saat kembali ke dunia kerja.

4. Investasi pada Diri Sendiri

Sebagian orang memanfaatkan micro-retirement untuk mengikuti pelatihan, kursus, atau pendidikan lanjutan yang relevan dengan pengembangan karier mereka. Ini memungkinkan mereka kembali bekerja dengan keterampilan baru dan energi yang lebih segar.

Meskipun micro-retirement masih tergolong fenomena baru, beberapa perusahaan progresif mulai merespons dengan menyediakan program sabbatical leave bagi karyawan. Program ini memungkinkan karyawan mengambil cuti panjang tanpa kehilangan posisi mereka di perusahaan. Langkah ini dianggap efektif dalam meningkatkan loyalitas karyawan serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan suportif.

Bagi yang tertarik menjalani micro-retirement, persiapan finansial adalah hal utama yang harus diperhatikan. Mengingat jeda karier berarti berhenti menerima penghasilan tetap, penting untuk memiliki tabungan yang cukup guna memenuhi kebutuhan selama masa jeda. Selain itu, perencanaan terkait tujuan dari jeda ini juga sangat diperlukan agar waktu yang dihabiskan bisa memberikan manfaat maksimal.

Micro-retirement bisa menjadi cara baru bagi karyawan muda untuk menyeimbangkan hidup di tengah tuntutan karier yang berat. Tapi bukan berarti tanpa risiko ya. Bisa jadi kamu juga melewatkan kesempatan untuk promosi atau naik gaji. Hm, dilematis juga ya, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bongkoroti, Salah Satu Penganan Langka di 'Pasar Kuliner Jadul' di Taman Menara Kudus

15 Jan 2025

Sekilas tentang Prompt Engineer, Profesi Anyar yang Muncul dari Perkembangan AI

15 Jan 2025

Kritik Rakyat adalah Hak, Permintaan Maaf adalah Kewajiban Pejabat yang Kelakuannya Nggak Patut

15 Jan 2025

Si-Manis Mart, Inovasi Stabilitas Harga di Jawa Tengah

15 Jan 2025

Uniknya Asal-usul Penamaan Desa Gamer di Kota Pekalongan, Jawa Tengah

15 Jan 2025

Cegah Bunuh Diri, Kafe di Jepang Sediakan Peti Mati untuk Merenung

15 Jan 2025

Meracik Rujak Mitoni di Batang, Kaya Rasa dengan Buah-buahan Belasan Macam

15 Jan 2025

Ipda Bakti Relakan Tabungan Haji Jadi TPA, Wujud Pengabdian Polisi kepada Masyarakat

15 Jan 2025

Buka Sampai Tengah Malam, Nasi Kuning Mbah Jo Yogyakarta Selalu Dijejali Pelanggan

16 Jan 2025

Sepakat Berdamai setelah Seteru Sengit Antara PP dan GRIB Jaya di Blora

16 Jan 2025

Gambaran Keindahan Kepulauan Canaria di Spanyol pada Film 'Killing Crabs'

16 Jan 2025

Kata Orang Tua Siswa tentang Penjual Jajanan di Sekolah

16 Jan 2025

Mulai 1 Februari, KA Sancaka Utara 'Comeback' dengan Relasi Diperpanjang hingga Cilacap

16 Jan 2025

Menghadapi Dilema Bekal vs Jajanan di Sekolah; Bagaimana Sikap Orang Tua?

16 Jan 2025

Rujak Mitoni dan Tradisi 'Gender Reveal' di Batang

16 Jan 2025

MK Hapus Presidential Threshold, Apa Dampak bagi Demokrasi Indonesia?

3 Jan 2025

Dampak Perkebunan Kelapa Sawit bagi Air dan Udara, Baik atau Buruk?

3 Jan 2025

Kemalasan Nobita, Antitesis Masyarakat Jepang dengan Tradisi Tahun Baru

3 Jan 2025

Pastikan Resolusi Tahun Barumu Bebas FOMO!

3 Jan 2025

Seperti Apa Mekanisme Tilang dengan Sistem Poin di SIM yang Berlaku Mulai 2025?

3 Jan 2025