BerandaHits
Rabu, 5 Mei 2020 16:05

Mereka yang Berkerumun Juga Takut Jika Bertemu Orang Baru

Warga yang berkerumun ini mengaku takut jika bertemu dengan orang baru. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Tadinya saya berpikir orang-orang yang berkerumun di pinggir-pinggir jalan sengaja melanggar kebijakan physical distancing dan nggak takut dengan bahaya corona. Nyatanya, mereka yang rata-rata merupakan kuli ini terpaksa keluar rumah untuk mencari pekerjaan. Tahu apa yang dilakukannya penuh risiko, mereka mengaku tetap melakukan protokol kesehatan dan was-was ketika bertemu orang baru. <br>

Inibaru.id - Meski Pemerintah Kota Semarang mengimbau masyarakat untuk membatasi kegiatan di luar rumah serta mematuhi protokol kesehatan, masih saja ada warga yang turun ke jalan. Seperti yang terjadi di sebuah gubuk di pinggir Jalan Untung Suropati Semarang. Bukannya menjaga jarak, para lelaki paruh baya di sana malah asyik mengobrol tanpa memperhatikan jarak.

Para lelaki yang rerata berumur paruh baya ini mengaku tengah menunggu pekerjaan dari beberapa pabrik yang berada di sekitar tempat mereka berkumpul tersebut. Mereka mengaku terpaksa keluar rumah dan bersama-sama menunggu pekerjaan datang meski dengan cara berkerumun. Menurut salah seorang dari mereka, dalam sehari gubuk tersebut bisa dipenuhi dengan 15 orang.

Mereka mengaku tenang dan biasa saja meski harus berkumpul dengan sesama kuli karena sudah terbiasa. Lagipula, mereka sama-sama warga asal Kelurahan Bambankerep. Hal tersebut bikin mereka mantap untuk tetap ngetem bareng menunggu pekerjaan.

“Karena terbiasa, saat bareng teman ya biasa aja. Kita waspada tetap ada waspadanya, kalau kita orang-orang sendiri, bukan orang asing, jadi percaya saja,” ujar Karyanto.

Namun, hal tersebut nggak berlaku bagi orang baru yang datang ke kelompok mereka. Karyanto misalnya. Dia mengaku takut ketika harus bertemu dengan orang baru.

“Kalau dari orang luar kita juga takut karena penyakitnya nggak kelihatan,” tutur lelaki 43 tahun itu.

Keluar Rumah Cuma untuk Bekerja

Masyarakat yang berkerumun untuk menunggu pekerjaan. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Meskipun sangat mungkin kegiatan berkerumun yang dilakukan oleh mereka menjadi salah satu cara penularan Covid-19, mereka mengaku tetap melakukan imbauan lain yang dikeluarkan oleh pemerintah. Subagio, Karyanto, dan Rivan Panji kompak mengaku bahwa cuci tangan menjadi ritual mereka sebelum dan sesudah memuat atau membongkar barang di pabrik.

“Habis bongkar cuci tangan, setiap pabrik sediakan tempat cuci tangan. Sampai rumah langsung mandi,” aku Karyanto.

Lain lagi dengan Rivan Panji. Dirinya mengaku setelah bekerja langsung pulang ke rumah.

“Yang jelas mengurangi kegiatan. Setelah kerja ya pulang di rumah,” tandasnya.

Dia menjelaskan kalau nggak ada maksud untuk kumpul-kumpul. Kerumunan yang nggak sengaja mereka ciptakan terjadi karena nggak ada pekerjaan selama pandemi. Hal ini juga diamini pimpinan KSPP Kuli unit Untung Suropati Ngatimin.

“Setiap perusahaan nggak ada pekerjaan. Jadi ya (kami) kelihatan nongkrong,” pungkas Ngatimin.

Jadi jelas ya, mereka bukan bermaksud untuk nggak mematuhi peraturan. Keluar rumah hanya untuk mencari rezeki. Salut deh untuk mereka yang harus tetap turun ke jalan tanpa mengabaikan protokol kesehatan. Eh, kalau kamu sudah menerapkan PKM belum, Millens? (Zulfa Anisah/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024