BerandaHits
Selasa, 29 Mei 2023 14:00

Mendongeng Perkuat Jalinan Emosional Orang Tua dengan Anak

Kempo Antaka mendongeng di hadapan anak-anak di Masjid Al-Fath, Jatisari, Mijen, Kota Semarang, belum lama ini. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Aktivitas mendongeng ternyata sarat akan manfaat. Pendongeng Semarang Kempo Antaka mengatakan, salah satu manfaatnya adalah untuk memperkuat jalinan emosional orang tua dengan anak.

Inibaru.id - Aktivitas mendongeng identik dengan cerita yang dibacakan untuk pengantar tidur. Lebih dari itu, mendongeng bisa menjadi upaya mendekatkan hubungan emosiaonal orang tua dengan anak, selain mengembangkan daya imajinasi mereka. Hal ini sebagaimana diungkapkan pendongeng asal Semarang, Kempo Antaka.

Kak Kempo, demikian dia biasa disapa, sangat menganjurkan para orang tua agar rutin mendongengi anak. Menurutnya, cara itu bisa menjadi sarana yang baik untuk menghidupkan komunikasi yang indah antara orang tua dengan anak-anak mereka.

"Komunikasi yang indah dengan dongeng akan membentuk kedekatan emosional di antara mereka," kata Kempo kepada Inibaru.id seusai mendongeng di hadapan anak-anak di Masjid Al-Fath Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, belum lama ini.

Menurutnya, nggak harus menjadi pendongeng dulu agar bisa mendongeng. Kempo pun menyarankan agar para orang tua nggak perlu terlalu merisaukan kerapian alur cerita maupun tokohnya. Yang penting, lanjutnya, cerita tersebut dapat disampaikan kepada anak dengan baik.

"Benar, nggak harus pintar mendongeng. Apa pun cerita yang kita sajikan, anak pasti senang," kata Kempo. "Semisal anak masih balita, lalu kalian melihat kucing; bisa saja cerita, 'Eh lihat ada kucing, kucingnya lucu, sedang makan. Habis makan, dia guling-guling.' Seperti itu cerita juga, kan?"

Pentingnya Membangun Komunikasi

Kempo selalu berusaha melakukan interaksi dengan penonton saat mendongeng. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Membangun kedekatan secara emosional dengan anak lewat komunikasi menurut Kempo sangatlah penting. Dia bercerita, ada seorang muridnya yang sampai memutuskan keluar kerja untuk belajar mendongeng.

"Bapak itu belajar mendongeng agar anaknya kembali mengenalinya," ungkap Kempo. "Sebelumnya beliau memang jarang berinteraksi dengan anaknya karena sibuk bekerja. Istrinya juga bekerja, anak dititipkan."

Nah, suatu ketika, Kempo melanjutkan, si anak sampai nggak mengenali orang tuanya karena jarang ada interaksi. Dari situlah bapak tersebut berpikir untuk melakukan pendekatan melalui cerita, lalu menemui Kempo untuk diajari mengongeng. Perjuangan itu pun berbuah manis.

"Alhamdulillah. Setelah belajar mendongeng selesai, bapak itu bilang anaknya udah bisa menyebutkan namanya. Saya ikut senang mendengarnya," ujar Kempo.

Diingat dengan Mendongeng

Nggak sekadar mengongeng, Kempo juga memasukkan unsur humor saat bercerita di hadapan orang-orang. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Berkaca dari muridnya itu, Kempo pun mewanti-wanti para orang tua agar nggak memandang remeh komunikasi dengan buah hatinya. Sebisa mungkin interaksi antara orang tua dengan anak terus dijaga, bahkan dijalin dengan intim.

"Orang tua banyak yang mengeluh saat anaknya sudah remaja, termasuk anak saya; anak mulai jarang mengobrol sama orang tuanya dan lebih memilih sama teman. Faktor itu bisa terjadi karena nggak ada kedekatan emosional semasa kecil," jelasnya.

Untuk mempertahankan kedekatan emosional itu, dia melanjutkan, salah satu jalannya adalah dengan rajin bercerita, karena cara itu membuat kita mudah diingat. Orang-orang yang kita dongengi juga bakal ketagihan dan rindu dengan kehadiran kita.

"Selama menjadi pendongeng, nama saya mudah diingat anak-anak. Saya merasakan sendri. Mereka jadi ketagihan mendengar cerita saya. Kehadiran saya pun dinantikan," kelakar Kempo seraya menutup obrolan.

Fakta yang menarik sekali ya, Millens? Dulu, sebelum tidur kamu sering dibacakan dongeng juga nggak, nih? Adakah dongeng yang sampai sekarang masih membekas di hati? (Fitroh Nurikhsan/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024