BerandaHits
Selasa, 27 Nov 2017 03:05

Menakar Gus Dur Sebagai Bapak Keadilan Sosial

Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur . (Antaranews/Fanny Octavianus)

Gus Dur dianggap sebagai sosok yang layak menyandang gelar Bapak Keadilan Sosial. Anda sepakat?

Inibaru.id – Keberadaan Mantan Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Dur terus diingat sebagian besar warga Indonesia. Kendati tak lama memimpin Tanah Air, tak sedikit yang bersimpati dengan dirinya hingga kini.

Maka, bukanlah sesuatu yang mengherankan jika Gus Dur dianugerahi gelar prestisius sebagai Bapak Keadilan Sosial di Indonesia. Dia dinilai sukses membangun pertumbuhan perekenomian Indonesia meski hanya memiliki waktu memimpin tak lebih dari 21 tahun.

Dilansir dari Antaranews.com, Sabtu (25/11/2017), Direktur Lingkar Survey Perjuangan Gede Sandra mengatakan, Gus Dur mampu membangun pertumbuhan prekonomian Indonesia dengan lima tangga kemajuan, yaitu pertumbuhan ekonomi, piutang berkurang, distribusi pendapatan, rasio gini yang rendah, dan kohesi sosial semakin kuat.

"Kurang dari dua tahun Gus Dur memimpin, dia membawa gini ratio Indonesia terendah sepanjang 50 tahun terakhir pada akhir kepemimpinannya, yakni 0,31,” ungkap Gede.

Baca juga:
Rekomendasi Munas NU Diserahkan ke Pemerintah
Ayo Njathil dan Selamatkan Kuda Lumping

Gus Dur, kata dia, mampu memberikan contoh implementasi dari sila kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.  Hal itu dia lakukan dalam diskusi publik bertajuk "Belajar dari Model Ekonomi Gus Dur" yang digelar di sejumlah elemen West Nusa Tenggara Development Center (WNTDC), Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR), PKC PMII NTB dan M 16 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (25/11)..

“Maka, beliau layal disebut Bapak Keadilan Sosial," seru Gede.

 Dalam diskusi publik bertajuk "Belajar dari Model Ekonomi Gus Dur" yang digelar di sejumlah elemen West Nusa Tenggara Development Center (WNTDC), Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR), PKC PMII NTB dan M 16 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (25/11/2017).

Dikatakan, Gede Sandra, Gus Dur menerima warisan prekonomian dari Presiden sebelumnya Habibie dalam kondisi "growth" masih minus 3 persen pada September 1999. Namun ketika diukur lagi di akhir tahun 1999 atau tiga bulan sejak tim ekonomi Gus Dur bekerja, pertumbuhan ekonomi sudah di level 0,7 persen atau melompat 3,7 persen.

Sementara dalam kurun waktu setahun berikutnya pada 2000,  prekonomian Indonesia kembali berhasil tumbuh ke level 4,9 persen atau melompat 4,2 persen. Sedang di tahun 2001, meskipun Gus Dur dimakzulkan di pertengahan tahun akibat krisis politik tersebut, rata-rata "growth" di akhir tahun masih level 3,6 persen.

Selain itu, kata Gede Sandra, yang istimewa ialah dua kali lompatan "growth" tersebut dilakukan tim ekonomi Gus Dur dengan sambil mengurangi beban utang.

"Sebuah kondisi yang pasti sulit dilakukan tim ekonomi kabinet-kabinet setelah atau sebelum Gus Dur," ucapnya.

Baca juga:
Mahasiswa Zaman Now Perlu Pintar Berwirausaha
Tragedi di Sinai Utara: Serangan Bom Keji pada Tengah Hari

Disebutkan Gede Sandra, salah satu rahasia keberhasilan tim ekonomi Gus Dur sehingga mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat, yakni menolak resep IMF.

Selanjutnya, tim ekonomi Gus Dur piawai dalam melakukan optimum "debt managament" dan mampu menjaga harga beras stabil di level rendah sehingga mengakibatkan daya beli masyarakat bawah perkotaan terus terjaga.

"Kesejahteraan petani di pesesaan juga terjaga karena Bulog melakukan pembelian gabah, bukan membeli beras. Inilah alasan mengapa ketimpangan pendapatan paling rendah di era ini," jelasnya. (GIL/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024