BerandaHits
Jumat, 7 Agu 2025 19:48

Lelaki Matcha dan Luka Batin; Tuluskah atau Sekadar Gimik?

Fenomena lelaki penyuka matcha yang peduli perempuan sedang menjadi buah bibir. (via Beautynesia)

Sosok laki-laki yang tampak lembut, sadar emosional, dan akrab dengan budaya pop, seperti minum matcha latte atau baca buku feminis ternyata nggak selalu tulus. Di balik tampilan catchy, ada yang hanya ingin tampil progresif demi validasi, bukan perubahan sejati.


Inibaru.id - Beberapa tahun belakangan, citra lelaki mulai bergeser. Bukan lagi lelaki pendiam, dingin, dan super maskulin yang jadi idaman. Kini, banyak yang justru tertarik dengan kaum adam yang terlihat emosional, doyan introspeksi, dan “melek” isu feminisme. Tapi, benarkah mereka sungguh seperti itu? Atau hanya sekadar tampilannya saja?

Istilah performative male, atau lelaki performatif sedang jadi bahan omongan di medsos. Bahkan, akhir pekan lalu di Jakarta, sempat digelar kompetisi khusus untuk mencari siapa lelaki paling performatif atau yang paling “tampak sadar” secara emosional dan sosial.

Eits, tunggu dulu. Lelaki performatif ini bukan tipikal cowok kaus lusuh dan celana kargo yang nongkrong sambil ngegame. Mereka ini tipe yang bawa tote bag, ngopi matcha latte, dan baca buku karya Virginia Woolf atau Simone de Beauvoir. Ngomongin zodiak juga jago. Sekilas, mereka terlihat keren, peduli kesehatan mental, dan jauh dari toxic masculinity.

Padahal, bisa jadi semua itu hanya bungkus luar.

Tampilannya Saja, Isinya?

Nggak ada yang salah dengan menjadi performative male, asal bukan berniat memanipulasi orang lain. (iStockphotos)

Menurut laporan Stuff, istilah performative male merujuk pada lelaki yang kelihatan progresif dan sensitif, tapi cuma untuk pencitraan. Mereka bahas soal kesehatan mental dan feminisme, bukan karena paham atau peduli, tapi biar kelihatan menarik dan diterima perempuan modern.

Sekilas, ini kayak kemajuan. Tapi kalau ternyata cuma topeng buat dapet validasi dan atensi, apa bedanya dari lelaki manipulatif bergaya lama?

Mereka bisa tampak lembut, suka ngomongin luka batin, tapi hilang saat diminta bertanggung jawab. Kalau dikritik, bawa-bawa narasi sebagai korban, bukan pelaku.
Mereka bukan hadir untuk bangun koneksi nyata, tapi biar terlihat sebagai lelaki yang ‘dewasa secara emosional’.

Media Sosial dan Lelaki Estetik

Fenomena lelaki performatif ini tumbuh subur di media sosial. Di era ketika semua hal bisa jadi konten, self-awareness pun jadi mata uang sosial.

Unggahan healing, carousel estetik berisi kutipan introspeksi, sampai narasi tentang trauma masa kecil dibagikan bukan untuk sembuh, tapi demi ‘like’ dan validasi. Platform kayak TikTok dan Instagram jadi panggung utama. Banyak lelaki Gen Z mulai mempresentasikan diri sebagai sosok artsy, lembut, dan sadar sosial. Tapi ya itu; di depan umum.

Yang sering kali terjadi: tampilannya cakep, nilainya kosong.

Jadi, salahkah menjadi lelaki performatif?

Sebenarnya, nggak ada yang salah dari lelaki yang nyaman dengan sisi feminimnya, punya empati, dan peduli pada kesehatan mental. Dunia memang butuh lebih banyak lelaki seperti ini.

Yang jadi soal adalah saat itu semua cuma jadi ‘peran’ yang dimainkan untuk kepentingan citra dan ego. Bukan benar-benar nilai yang diyakini dan dijalani.

Kalau kamu sendiri, pernah ketemu lelaki model begini? Atau… jangan-jangan kamu juga pernah jadi satu di antaranya, Gez? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: