Inibaru.id – Seekor kebo bule Keraton Surakarta mati karena terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Kamis (21/7). Kebo bule yang sudah berusia 20 tahun itu bernama Nyai Apon.
Menurut Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari atau yang akrab disapa Gusti Moeng, sebelum mati kerbau tersebut kondisinya lemas dengan kuku dan mulut banyak luka, serta hidung berlendir.
Sebenarnya, sekitar seminggu sebelumnya, kebo-kebo bule milik keraton nggak terindikasi PMK. Setelah adanya kasus ini, pihak keraton langsung berkoordinasi dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispertan) untuk meminta dokter hewan melakukan pengecekan.
Hasilnya, tujuh dari sisa 18 ekor kebo bule milik Keraton Surakarta positif terpapar PMK. Tindakan pengobatan pun langsung dilakukan agar kerbau-kerbau albino tersebut bisa selamat.
Kirab 1 Sura Tetap Berjalan
Karena banyaknya kerbau albino yang terpapar PMK, banyak pihak yang kemudian mempertanyakan jalannya perayaan malam 1 Sura. Ya, biasanya kebo bule menempati barisan terdepan sebagai cucuk lampah pada Kirab 1 Suro.
Dalam rangkaian kirab tersebut kebo bule akan memakan sesaji dan meminum kopi yang dihidangkan oleh abdi dalem. Usai makan sesaji, rombongan kebo bule pergi dan kirab pun dimulai.
Lantas, adanya kasus PMK yang menimpa kebo bule, pihak keraton belum mengambil keputusan tentang hal itu.
“Masih menunggu. Setiap hari ada dokter yang datang mengecek. Keputusannya mendekati Sura berdasarkan rekomendasi dokter,” jelas Pengageng Sasono Wilopo Keraton Kasunanan Surakarta, KP Dani Nur Adiningrat.
Hal yang sama juga diungkap oleh Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka. Menurutnya, kirab malam 1 Sura sebenarnya sudah diizinkan kembali digelar secara meriah. Tapi, terkait dengan kebo bule, harus menunggu rekomendasi dokter.
Sejarah Kebo Bule
Kebo bule adalah salah satu dari sejumlah pusaka penting yang dimiliki Keraton Kasunanan Surakarta. Keberadaan kebo bule bahkan sudah ada secara turun-temurun selama ratusan tahun, tepatnya sejak Paku Buwono II (1711-1749) bertahta.
Saat itu, keraton nggak berlokasi di Surakarta, melainkan di Kartasura. Keraton hancur berantakan gara-gara peristiwa Geger Pecinan. Kyai Hasan Beshari Tegalsari Ponorogo menghadiahkan kerbau berkulit putih kemerah-merahan ke Paku Buwono II.
Kerbau tersebut dimaksudkan untuk menjadi pengawal dari pusaka keraton yang bernama Kyai Slamet. Sayangnya, banyak orang malah mengira kerbau bule tersebut bernama Kyai Slamet.
Karena dianggap pusaka berharga, maka kebo bule pun selalu dilibatkan dalam kirab malam 1 sura. Mereka dibiarkan berjalan dari kandangnya ke halaman keraton tanpa digiring. Biasanya sih, mereka keluar dari kandangnya setelah pukul 01.00 WIB dini hari.
Nah, semoga setelah ini nggak ada lagi kebo bule kebanggaan warga Solo yang mati kaarena PMK ya, Millens. (Det,Cnn/IB09/E10)