BerandaHits
Minggu, 13 Feb 2021 17:05

Guryong, Sisi Lain Korea yang Kumuh di Seoul

Guryong, area kumuh di balik gemerlapnya Gangnam, distrik mewah di Seoul, Korea. (Twitter/Sashinka65)

Distrik Gangnam, Seoul, dikenal sebagai kawasan yang mewah dan gemerlap di Korea. Nggak disangka, salah satu satu desa di distrik ini, Guryong, justru menunjukkan sisi lain Korea yang kumuh dan mengenaskan.<br>

Inibaru.id - Budaya Kpop yang makin digemari anak muda Indonesia membuat kita percaya jika di negara tersebut, segala sesuatu terlihat lebih maju. Padahal, ada sisi lain Korea yang juga menunjukkan hal-hal yang kumuh. Hal ini ditunjukkan oleh Desa Guryong, yang ironisnya masuk di kawasan distrik Gangnam yang dikenal mewah dan gemerlap di Seoul.

Nama Gangnam populer gara-gara lagu Gangnam Style yang populer pada 2012 silam. PSY, sang rapper yang merilis lagu ini menyebut Gangnam Style sebagai gambaran gaya hidup orang Korea di sebuah distrik yang makmur di Seoul. Saking kerennya distrik ini, banyak selebritas yang tinggal di sana.

Sayangnya, terlepas dari semua itu, di distrik yang sama pula, ada desa yang terlihat sangat kontras dari kemewahan Gangnam. Di Guryong, kamu justru seperti sedang melihat kawasan kumuh di negara-negara tertinggal atau berkembang.

Guryong terlihat sangat kumuh dan kontras dari gemerlapnya Seoul. (Twitter/evrenunal)

Di balik tingginya gedung pencakar langit dan cahaya terang kawasan bisnis Seoul, bertumpukan rumah-rumah berdinding kayu, kain, seng, dan plastik yang terlihat rapuh dan nggak layak dihuni. Di tempat itu, juga dipenuhi dengan sampah-sampah dan serangga yang bisa bikin siapa saja nggak betah.

Rumah-rumah dengan atap nggak karuan dan bocor di sana-sini ini diisi oleh para penduduk yang dulu diusir pada 1980-an. Saat itu, mereka terusir karena adanya proyek pembangunan infrastruktur Olimpiade Seoul 1988.

Awalnya, mereka mau pergi karena dijanjikan apartemen. Sayangnya, janji tinggalah janji. Realitanya, mereka tersisih dan dilupakan. Di lahan dengan luas sekitar 30 hektare ini, kini ada 2.500 orang yang harus hidup saling berhimpitan.

Hidup dari Bantuan Pemerintah

Kawasan Guryong mirip seperti penampungan daripada tempat tinggal. (Twitter/poempetit)

Sebagian penduduk Guryong hidup dengan memulung botol-botol air mineral. Hanya, banyak lansia yang harus menggantungkan diri dari bantuan pemerintah yang jumlahnya hanyalah sekitar Rp 2,4 juta per bulan.

Yang mengenaskan, kebanyakan penduduk nggak punya fasilitas MCK yang memadai. Mereka mandi, buang hajat, dan mencuci di fasilitas umum. Selokan di Guryong pun terlihat sangat kotor. Saking kumuhnya, warga Guryong sudah menganggap kecoa dan tikus yang lewat di dekat mereka sebagai hal yang biasa.

Meski Guryong lebih mirip seperti tempat pengungsian, di sana sebenarnya sudah ada fasilitas umum seperti gereja dan taman kanak-kanak. Listrik dan air bersih juga sudah bisa dinikmati. Hanya, semua hal ini diusahakan secara swadaya oleh warga Guryong sendiri, bukannya dari pemerintah.

Sebetulnya, pemerintah Korea pernah menawar harga tanah di sana agar para penduduk bisa pindah ke tempat lain. Pernah juga ada pengembang yang ingin membangun apartemen bagi mereka. Hanya, harga yang ditawar terlalu rendah. Alhasil, warga pun memilih untuk menolaknya dan melanjutkan hidup seperti ini.

Ada banyak sisi lain Korea yang terkadang kita nggak ketahui, Millens. Hanya, kisah Desa Guryong yang sangat kumuh ini memang sangat mengejutkan, ya? (Boo/IB28/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: