BerandaHits
Jumat, 14 Mei 2020 15:07

Gembar-Gembor 4.0, Nyatanya Sinyal Masih Susah di Indonesia Bagian Timur

Masih banyak masyarakat yang harus memanjat pohon demi mencari sinyal. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Kuliah dan rapat daring yang diberlakukan saat pandemi Covid-19 membuat masyarakat di daerah pelosok mengalami kesulitan. Di Indonesia bagian Timur, nggak sedikit orang yang harus memanjat pohon dan bukit saking susahnya mencari sinyal.

Inibaru.id - Jaringan internet menjadi kebutuhan wajib di masa pandemi Covid-19. Sayangnya, nggak semua daerah memiliki jaringan sinyal yang mampu mendukung kebutuhan masyarakat. Hal ini membuat banyak orang terpaksa mencari sinyal dengan naik pohon, naik bukit, atau mencari lokasi yang berbahaya lainnya.

Indonesia bagian timur menjadi contoh nyata nggak meratanya jaringan internet. Berikut adalah fakta-fakta memilukan terkait dengan buruknya sinyal tersebut.

Mahasiswa di Makassar Meninggal Gara-Gara Cari Sinyal

Keluarga seorang mahasiswa Unhas yang wafat karena mencari sinyal tengah berduka. (Tribun TImur/Syamsul Bahri)<br>

Mahasiswa Universitas Hasanuddin Makassar tewas setelah jatuh dari menara masjid saat mencari sinyal internet. Insiden yang membuat Rudi Salam tewas ini terjadi pada pada Rabu (6/5/2020) malam. Saat itu, Rudi nggak sengaja menginjak tripleks dan balok rapuh di atas menara.

Sebagai informasi, Unhas telah menerapkan kuliah online sejak Maret 2020. Rektor Unhas Prof Dr Dwi Aries Tina Pulubuhu pun menyampaikan duka citanya atas meninggalnya Rudi karena berjuang untuk menuntut ilmu.

Pelajar Harus Naik Bukit dan Panjat Pohon untuk Ikuti Pelajaran

Pelajar harus panjat pohon untuk dapat sinyal. (Jogja.tribunnews)<br>

Perjuangan masyarakat untuk mengikuti kewajiban kuliah dan rapat online juga penuh rintangan. Kondisi inilah yang dialami pelajar di Tana Toraja yang harus naik bukit karena susah sinyal untuk kuliah online. Kisah lain dengan masalah yang sama juga dialami oleh mahasiswi Unismuh Makassar. Mereka harus bersusah payah panjat pohon demi bisa mengikuti kuliah daring.

Sementara itu, mahasiswa di Sulawesi Barat bahkan sampai memilih untuk membangun rumah pohon sebagai tempat mereka bernaung saat melakukan kuliah daring.

Aparat Desa Juga Ikut Panjat Pohon Demi Rapat Online

Aparat desa rela panjat pohon untuk mencari sinyal guna mengikut rapat virtual dengan bupati. (Dok. Desa Wolo Klibang)<br>

Nggak hanya mahasiswa, susah sinyal juga dialami oleh aparat pemerintahan di tingkat desa. Kepala desa di Flores Timur harus memanjat pohon demi mengikuti rapat online. Bersama-sama, Kepala Desa, Sekretaris Desa, dan anggota BPD Desa Wolo Klibang, Kecamatan Adonara Barat, NTT memanjat pohon demi mendapatkan jaringan internet yang memadai.

Mendapat Sorotan Penyair Aan Mansyur

Aan Mansyur. (Muvila)<br>

Aktivis literasi dan penulis buku Aan Mansyur mengkritik nggak meratanya akses internet di pelosok Indonesia, khususnya di Indonesia bagian timur. Apalagi hal ini sampai membuat seorang mahasiswa harus meregang nyawa hanya gara-gara mencari sinyal.

"Perjuangan orang-orang di tiap daerah memang berbeda-beda. ada orang yang mempertaruhkan nyawa agar bisa kuliah online, ada orang yang mempertaruhkan nyawa demi spot terbaik di depan gerai makanan cepat saji," cuit Aan dalan akun Twitternya @hurufkecil pada Selasa (19/5/2020).

Warganet Ikut Berang dengan Kasus Susah Sinyal

Kritik akun @bukuakik di Instagram. (Instagram/@bukuakik)

Isu ini ternyata nggak luput dari perhatian warganet. Akun Instagram @bukuakik semisal, pada Rabu (13/5)menulis kegeramannya tentang meninggalnya seorang mahasiswa di Sulawesi Selatan hanya karena susah sinyal. Dia pun mempertanyakan siapa yang harus disalahkan terkait dengan hal ini.

"Tatkala Indihome memblokir Netflix memang menyebalkan, untuk kasus itu mereka layak dijadikan olok-olok. jadi bahan tertawaan, sebab diblokirnya netflix mungkin tidak akan menghilangkan nyawa," tulis @bukuakik dalam caption-nya.

Kamu pernah nggak mengalami susah sinyal sampai harus manjat pohon atau pergi ke suatu tempat, Millens? (Tri/MG26/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024