Inibaru.id – Laporan yang diungkap Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana setelah melakukan Rapat Koordinasi Pengentasan Kemiskinan di Kantor Gubernur Jateng pada Kamis (19/10/2023) mengungkap fakta memilukan. Bagaimana nggak, dalam laporan tersebut, ternyata 3,7 juta warga Jateng masih hidup di bawah garis kemiskinan. Jumlah ini setara dengan 10 persen dari total warga Jateng per Maret 2023 yang mencapai 37 juta jiwa.
Lebih dari itu, ternyata 1,9 persen dari 3,7 juta penduduk miskin tersebut ternyata termasuk dalam golongan warga miskin ekstrem. Mereka bisa ditemui di 17 kabupaten/kota di provinsi tersebut.
“Sebelumnya 14 persen, sekarang jadi 10 persen. Ini merupakan penurunan. Sesuai dengan target nasional pada 2024 nanti kita pengin 0 persen kemiskinan ekstrem,” ungkap Nana sebagaimana dilansir dari Kompas, Jumat (20/10).
Sebenarnya, apa yang diungkap Nana nggak jauh berbeda jika dibandingkan dengan data yang diungkap Badan Pusat Statistik Jawa Tengah pada Maret 2023 lalu. Kala itu, BPS menyebut jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah memang berkurang jika dibandingkan dengan data pada September 2022.
“Jumlah penduduk miskin di Jateng pada Maret 2023 sebesar 3,79 juta orang atau turun 66,73 ribu orang jika dibandingkan dengan September 2022,” ungkap Kepala BPS Jateng Dadang Hardiwan sebagaimana diungkap Jatengprov, Senin (17/7).
FYI aja nih, Millens, garis kemiskinan Jateng dipatok dengan basic needs approach yang berupa ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar, yaitu memiliki pendapatan di bawah Rp477.580 per kapita per bulan.
Lebih dari itu, BPS Jateng juga menyebut tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2023 lalu tercatat mencapai 5,24 persen, turun dari 5,75 persen pada Februari 2022.
Meski ekonomi Jateng dilaporkan meningkat sampai 5,04 persen pada Triwulan I 2023, Nana ternyata nggak meremehkan laporan jumlah warga yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dia memastikan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama dengan sejumlah pihak lain akan berusaha untuk terus mengurangi angka tersebut.
“Pengurangan kemiskinan ekstrem di Jawa Tengah jadi atensi Pemprov Jateng dalam beberapa tahun belakangan,” tegas Nana.
Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk mencapai target tersebut? Kalau soal ini, Pemprov menyebut sudah menggandeng Badan Zakat Nasional (Baznas) Jateng untuk melakukan program perbaikan Rumah Tak Layak Huni (RTLH). Sampai tahun depan, setidaknya ada 1.000 rumah yang sudah didata untuk segera diperbaiki. Selain itu, Pemprov dan Baznas Jateng juga sedang menggalakkan program penyediaan jamban serta sumber air bersih.
Yap, jumlah warga Jawa Tengah yang hidup di bawah garis kemiskinan memang masih tinggi. Semoga saja dengan program yang tepat, semakin banyak kondisi ekonomi warga Jateng yang membaik, ya, Millens? (Arie Widodo/E05)