Inibaru.id - Di antara deretan karya yang dipajang di pagar besi kantor Gubernur Jawa Tengah saat Aksi Kamisan Semarang beberapa waktu lalu, ada satu karya puisi yang menggugah hati saya.
Puisi tersebut sepertinya ditulis oleh anak kecil, terlihat dari tutur bahasa dan gaya tulisan yang tidak terlalu rapi. Menggunakan spidol hitam dan kertas putih, si pemilik karya, Janah, mengungkapkan keresahan banjir rob yang menggenangi tempat tinggalnya.
Puisi karya Janah berjudul "Kisah di Desaku". Dengan cara bertutur yang polos dan sederhana khas anak kecil, dia menyampaikan penderitaannya yang tidak leluasa bermain layaknya teman-teman sebaya.
"Zaman dahulu aku suka bermain juga memetik sayuran dan buah-buahan. Aku juga ingin bermain lagi kayak dulu, bisa memetik sayuran dan buah-buahan. Sekarang aku tidak bisa bermain lagi gara-gara ada air," tutur Janah dalam secarik kertas.
Tulisan Janah adalah satu dari banyak karya yang dipajang saat Aksi Kamisan Semarang. Itu merupakan 'buah tangan' dari pengamatan langsung mengenai kondisi pesisir di Desa Timbulsloko, Kabupaten Demak.
Suarakan Lewat Lukisan
Berbeda dengan Janah, Febi Nur Anggraini menyuarakan persoalan pesisir Demak lewat lukisan. Lukisan yang proses pembuatannya membutuhkan waktu lima hari itu diberi nama "Abrasi".
Dalam karyanya itu, perempuan yang biasa disapa Febi tersebut ingin memperlihatkan kondisi permukiman Timbulsloko yang tanahnya semakin terkikis oleh genangan air laut. Sepanjang pengamatannya di sana, penyebab air laut masuk ke pemukimanan warga dikarenakan tidak banyak tanaman mangrove. Tak sedikit pula tanaman mangrove yang mati.
"Sekumpulan kecil pohon mangrove jelas tidak akan mampu menyelamatkan seluruh permukiman," kata Febi.
Untuk mengatasi persoalan pelik di pesisir Demak, Febi sangat berharap ada campur tangan pemerintah. Dia tak ingin penduduk di Timbulsloko tenggelam dan hanya menyisahkan kenangan.
"Masyarakat sudah berusaha mengatasi banjir rob dengan melakukan reboisasi mangrove. Tapi mangrove muda belum mampu menghalangi terjadinya abrasi," jelasnya.
Kampayekan ke Publik
Salah seorang perwakilan Aksi Kamisan Semarang Iqbal Alma Ghosan Altofani mengaku tidak akan berhenti menyuarakan isu pesisir di depan gedung Gubernur Jawa Tengah saja. Dalam sebulan, dia bersama kawan-kawannya akan berkeliling Kota Semarang membawa karya-karya tersebut.
"Kami merasa ada isu yang sangat penting, sebab selama puluhan tahun sampai detik ini belum ditangani. Warga pesisir Pekalongan, Semarang, dan Demak terpaksa berdamai dengan banjir rob," ucap lelaki yang akrab disapa Iqbal.
Lalu, apa sih yang menjadi harapan Iqbal dan kawan-kawan peduli lingkungan? Iqbal menjelaskan, dirinya ingin pembangunan industri di wilayah-wilayah pesisir khususnya di tiga daerah yang terancam tenggelam segera dihentikan. Dia juga mau pemerintah nggak lagi membuka industri baru di wilayah pesisir Kota Lunpia.
"Kenapa beban-beban industri masih diletakkan di pesisir? Data mengenai pengelolaan air bawah tanah saja pemerintah tidak punya," tandasnya.
Melihat berbagai kritikan dari anak muda soal permasalahan di pesisir Jawa Tengah, sudah sepatutnya pemerintah mau mendengarkannya. Kita semua berharap para pemegang kekuasaan segera membuat kebijakan yang dapat menyelamatkan daerah pesisir tersebut ya, Millens! (Fitroh Nurikhsan/E10)
