Inibaru.id – Selain tempat wisata yang menarik, ada satu hal lain yang bikin Yogyakarta unik, yakni rasa masakannya yang cenderung manis. Nah, kamu tahu nggak, kalau salah satu penyebab rasa masakan Yogyakarta manis itu adalah sebuah selokan. Yap, kamu nggak salah baca, Millens. Beneran selokan. Tapi, nama selokannya sama sekali nggak khas Jawa, yakni Selokan Van Der Wijck.
Selokan ini juga dikenal dengan nama lain, yakni Kanal Van Der Wijck. Lokasinya ada di perbatasan Kecamatan Minggir dan Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman. Meski begitu, jangan pikir selokan ini untuk pembuangan air kotor ya. Selokan ini sebenarnya adalah saluran irigasi yang dibangun pada zaman penjajahan Belanda.
Oya, ada satu bagian dari Selokan Van Der Wijck yang cukup terkenal, yakni Buk Renteng. Bentuknya mirip sebuah benteng dengan sejumlah lubang terowongan di bawah. Terowongan ini bahkan bisa dilewati kendaraan, lo. Jadi, posisi sungainya ada di atas jalan dan menyeberangi sungai lainnya. Unik banget, ya?
Omong-omong, Kanal Van Der Wijck dibangun pada 1 Agustus 1909. Saat itu, Yogyakarta masih dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VIII. Beda dengan Selokan Mataram yang dibuat agar rakyat Yogyakarta nggak dilibatkan dalam kerja rodi, Selokan Van Der Wijk sebenarnya murni dibuat untuk kebutuhan Belanda yang sedang menggencarkan perkebunan tebu sejak akhir abad ke-19, khususnya di wilayah Sleman barat.
Pada masa itu, tepatnya 1893 sampai 1899, Hindia Belanda dipimpin oleh Gubernur Jenderal Herman Aart van der Wijck. Pemerintahannya menggagas program cultuuralstelsel alias tanam paksa. Di banyak tempat, warga dipaksa menanam tumbuhan yang dianggap bisa dijadikan komoditi ekspor menguntungkan bagi Belanda, Millens.
Salah satu tumbuhan yang banyak ditanam di Yogyakarta pada masa itu adalah tebu. Demi memastikan tebu ini diolah dengan baik, 19 pabrik gula pun dibangun di Yogyakarta, khususnya di area Sleman dan Bantul. Salah satunya adalah PG Sendangpitu yang hanya berjarak 100 meter dari Selokan Van Der Wijck.
Keberadaan selokan ini memastikan perkebunan-perkebunan tebu di area Sleman bisa mendapatkan pengairan yang cukup. Alhasil, tebu pun bisa tumbuh subur dan bisa diolah di pabrik-pabrik gula di Yogyakarta. Dampaknya, wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah dibanjiri produk gula.
Prof. Dr. Ir Murdijati Gardjito, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan UGM menyebut keberadaan pabrik-pabrik gula di Yogyakarta dan Jawa Tengah membuat masyarakat di sana terbiasa mengolah makanan dengan gula. Hal ini membuat banyak kuliner khas kedua provinsi tersebut, khususnya Yogyakarta terasa manis. Kondisi ini masih bertahan hingga sekarang, Millens.
"Berbeda dengan (rasa kuliner) masyarakat Jawa Barat, karena di sana gula masih jarang dan jauh dari Jawa Tengah yang banyak memproduksi gula,” ungkap Murdijati, Senin (10/8/2020).
Tanpa adanya Selokan Van Der Wijck, bisa jadi proyek perkebunan tebu di zaman kolonial nggak berhasil dan akhirnya rasa kuliner Yogyakarta nggak manis.
Kini, Selokan Van Der Wijck tetap berfungsi sebagai saluran irigasi. Bedanya, bukan lagi perkebunan tebu yang memanfaatkannya, melainkan sawah-sawah milik penduduk. Konon, 20 ribu hektare sawah bisa mendapatkan pasokan air dari kanal ini, lo.
Wah, nggak nyangka ya, Millens cerita sebuah selokan bisa memengaruhi rasa masakan Yogyakarta hingga sekarang. (Kab, Moj, Kom/IB09/E05)