Inibaru.id – Mendengar kata “pengajian”, sebagian orang, khususnya yang muslim cenderung mengingat acara itu sebagai acara yang membosankan. Padahal, belajar ngaji nggak selalu membosankan, lo. Di Santrendelik kamu akan menemukan konsep ngaji yang mengasyikkan. Hm, apa, sih, asyiknya ngaji di "pesantren" ini?
Santrendelik adalah pesantren kontemporer di bawah Yayasan Santrendelik yang memberi warna baru dalam pengajaran agama Islam pada anak muda. Didirikan Ikhwan Syaefulloh dan Agung Kurniawan serta diresmikan Dahlan Iskan pada 2 November 2013, Santrendelik menawarkan gaya pengajaran yang nggak biasa.
Alih-alih memakai atribut keagamaan atau duduk bersila menghadap ulama, ngaji di Santrendelik justru membuat pesertanya serasa sedang berdiskusi di sebuah kafe saja. Hm, menarik!
Nongkrong Tobat rutin digelar di Santrendelik. (Santrendelik)
Pemilihan nama “Santrendelik” bukannya tanpa sejarah, lo. Pusat kegiatan pesantren ini memang agak tersembunyi dari keramaian kota alias ndelik dalam bahasa Jawa. Ndelik di sini maksudnya mengasingkan diri sejenak dari keglamoran kota yang hedonistik untuk belajar agama. Filosofis ya, Millens!
Eits, tapi nama yang terkesan berat en sarat makna itu rupanya berbanding terbalik dengan diskusi mereka yang begitu cair dan santai. Tanpa istilah-istilah yang rumit, kajian di Santrendelik terasa mudah dicerna. Informasi yang disampaikan pembicara pun gampang diterima.
Ikhwan Syaefulloh mengatakan, gaya penyampaian yang sederhana semacam itu perlu diterapkan supaya kesadaran anak muda untuk belajar agama meningkat. Menurutnya, selama ini banyak orang mengaji bukan karena kesadarannya sendiri.
"Anak kecil mengaji karena dipaksa, sedangkan orang tua mengaji karena sudah di pengujung usia. Sementara, anak muda malas mengaji karena merasa hidupnya masih lama. Ya, ini karena gaya belajar yang ditawarkan juga membosankan," tuturnya kepada Inibaru.id di Semarang, Selasa (29/1/2019).
Peserta Santrendelik Nongkrong tobat mengajukan pertanyaan. (Santrendelik)
Nah, melalui Santrendelik tersebut, lanjut Ikhwan, pihaknya pengin menyebarkan virus semangat belajar mengaji pada anak-anak muda.
"Inilah alasan kami bikin konsep begini,” kata dia.
Kajian di Kafe
Sebelum memiliki basis di Jalan Kalialang Lama IX Nomor 44, Kelurahan Sukerejo, Gunungpati, Semarang, kegiatan Santrendelik biasa diselenggarakan di KnK Koffee Resources Semarang. Di kedai kepunyaan Agung Kurniawan tersebut, mereka menggelar kajian rutin Nongkrong Shalih, yang kini berganti menjadi Nongkrong Tobat.
Dalam perkembangannya, program-program seperti Rumah Alquran dan Ahad Pagi pun lahir. Hingga kini, Santrendelik tercatat memiliki 16 pengurus serta 8 ustadz yang menjadi pengisi kajian.
Delapan ustadz pengisi kajian itu yakni Ustaz Fahrurrozi, Ustadz Fahrudin Aziz, Ustaz Awaluddin Pimay, Ustaz Ahmad Zaenurrosyid, Ustaz Muhamad Amin Al-hafidz, Ustaz Ali Murtadho, Ustaz Arif Jatmiko, dan budayawan Semarang Prie GS. Di Semarang, nama mereka nggak perlu diragukan lagi, Millens! Hm, jadi langsung belajar dari ahlinya, ya!
Sajian musik akustik hampir selalu menemani program Nongkrong Tobat di Santrendelik. (Santrendelik)
Tertarik mengikuti kajian di Santrendelik? Datang saja ke program Nongkrong Tobat yang diadakan saban Kamis, pukul 19.30–22.00 WIB. Acara ini nggak dipungut biaya alias gratis. Di sana kamu juga bakal dapat kudapan dan minuman gratis, jadi nggak perlu takut perut keroncongan, ya! (Artika Sari/E03)