BerandaHits
Sabtu, 18 Agu 2023 18:26

Bangunan Bersejarah Stasiun Juwana Kini Dipakai Sebagai Lapangan Bulutangkis

Kondisi Stasiun Juwana sekarang. (Samleinad)

Stasiun Juwana yang dibangun pada 1884 kini terbengkalai. Warga pun memilih untuk menggunakannya sebagai lahan parkir dan lapangan bulutangkis daripada nggak terpakai.

Inibaru.id – Setelah nggak lagi dipergunakan sejak 1992, bangunan Stasiun Juwana yang ada di Desa Doropayung, Kecamatan Juwana, Pati, Jawa Tengah memang terlihat nggak terawat. Bahkan, kini masyarakat setempat menggunakannya sebagai lapangan bulutangkis dan tempat parkir. Hal ini tentu cukup ironis mengingat bangunan ini sudah eksis sejak 1884 dan punya nilai sejarah tinggi.

Yang tersisa dari kompleks bangunan Stasiun Juwana hanyalah dua buah kantor di sisi timur dan barat. Pada bagian lantai stasiun, nggak ada satu pun keramik yang tersisa. Yang kamu lihat hanya tinggal tanah. Karena cukup lapang, sisi timur stasiun kemudian dipakai sebagai lahan parkir warga setempat, sementara sisi baratnya dipakai sebagai lapangan badminton dan tempat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Warga setempat, Edi Supriyanto menyebut warga tahu kalau tanah dan gedung yang dulu dibangun oleh perusahaan Hindia Belanda Semarang – Joana Stoomtram Maatshappij (SJS) punya nilai sejarah tinggi dan dimiliki oleh PT Kereta Api Indonesia. Tapi, daripada terbengkalai, nggak ada salahnya dipakai untuk keperluan lain.

“Seingat saya, dulu ada empat rel di stasiun ini. Rel pertama untuk kereta ke arah Kudus, yang kedua ke arah Tayu, ketiga Rembang, itu kereta barang dan pedagang,” ucapnya sebagaimana dilansir dari Detik, Minggu (13/8/2023).

Sayangnya, saat Edi masih SD, tepatnya pada 1984, stasiun tersebut nggak lagi dioperasikan. Padahal, dia masih ingat betul kalau kereta dulu jadi alat transportasi umum yang sangat diandalkan warga Juwana. Dia sendiri pernah naik kereta untuk pergi ke Solo dengan keluarganya.

Stasiun Juwana memiliki nama Joana pada masa penjajahan Belanda. (M.M. Couvee - De Tramwegen op Java, Gedenkboek van Samarang-Joana Stoomtram Maatschappij)

“Waktu kecil saya dan mbah naik kereta api ke Solo, sekitar 1970-an. Itu naik kereta dapat susu. Jalurnya ke Tayu dan Semarang dulu. Gerbong keretanya campuran ada yang untuk penumpang dan ada yang barang. Gerbong barang di sambungan terakhir,” lanjutnya.

Apa yang dikatakan Edi sesuai dengan fakta sejarah yang menyebut masa emas PJKA memang ada di dekade 1970-an. Saat itu, banyak jalur-jalur kereta yang pada masa penjajahan dioperasikan oleh SJS tetap berfungsi dengan baik. Sayangnya, setelah masa tersebut, eks jalur-jalur SJS ini mulai bertumbangan.

Jalur Juwana - Tayu ditutup pada 1975. Sebelas tahun kemudian, jalur Kemijen – Rembang ikut tumbang. Stasiun Juwana pun akhirnya benar-benar berhenti beroperasi setelah jalur Rembang – Blora serta Wirosari – Kradenan ditutup.

Salah seorang perangkat desa Doropayung Saleh mengaku sangat prihatin dengan kondisi Stasiun Juwana yang mengenaskan. Padahal, kantor masinis, gudang, hingga bengkel keretanya masih ada. Dia pun berharap pemerintah menjadikannya cagar budaya atau tempat wisata sejarah.

“Kalau bisa direaktivasi jalurnya sehingga ada lagi angkutan massal ke arah Surabaya dan Semarang, tentu lebih baik. Tapi kalau nggak bisa, setidaknya bisa ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya, jadi bangunan Stasiun Juwana bisa terawat dan jadi kenang-kenangan bagi anak cucu kita,” pungkas Saleh.

Yap, semoga saja Stasiun Juwana segera mendapatkan perhatian pemerintah dan PT KAI, ya, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: