BerandaHits
Kamis, 25 Jun 2025 14:49

Anugerah 'Kota Kotor' untuk Wilayah dengan Kepedulian Lingkungan Terendah

Ilustrasi: Sebagian kota di Indonesia mengalami darurat sampah. (Bandung.go)

Konsep baru penghargaan Adipura oleh KLH nggak lagi sekadar menjadi yang terbersih. Ada juga anugerah "Kota Kotor" untuk wilayah dengan kepedulian lingkungan terendah.

Inibaru.id - Sebuah liputan khusus yang dibuat berseri tentang "darurat sampah" di tanah kelahirannya beberapa waktu lalu cukup membuat Berlian Manikam merasa malu; terlebih karena liputan panjang yang dimuat di sebuah media daring nasional itu dibagikan oleh teman sekantornya.

Meski sudah lebih dari tiga tahun hengkang dari tanah kelahirannya itu, di kalangan koleganya, perempuan yang lebih akrab disapa Monik ini memang identik dengan kota tersebut, terutama karena dialek medok dan aksen khasnya yang sulit dihilangkan.

"Aku bangga dengan tanah kelahiranku, tapi belakangan malu juga pas kota itu dapat label 'darurat sampah'. Duh, memang seburuk itu ya?" kata dia yang dihubungi Inibaru.id via DM Instagram pada Rabu (25/6/2025).

Kendati tampak belum terima dengan label tersebut, Monik mengaku senang dengan pemberitaan ini. Dengan adanya kritik, dia menuturkan, harusnya pemerintah daerah berbenah alih-alih berkelit.

"Aku suka (menyebut kota yang dimaksud) yang dulu asri. Kaget banget kali terakhir ke sini ngelihat sampah di bak penampung dekat rumah sampai luber-luber, bahkan menumpuk di luarnya, padahal dulu nggak pernah. Bau, kotor, dan nggak enak dilihat," akunya.

'Penghargaan' untuk Kota Kotor

Perkara sampah memang menjadi polemik yang belum terpecahkan di pelbagai kota di Indonesia. Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) yang terbatas, kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembarangan, hingga minimnya teknologi daur ulang di Indonesia kian memperparah kondisi "darurat sampah" ini.

Khusus untuk upaya mendaur ulang sampah, negeri ini memang belum bisa dibilang berhasil melakukannya. Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol mengungkapkan, nggak kurang dari 10,8 juta ton atau mendekati 20 persen sampah nasional merupakan plastik. Sementara, tingkat daur ulang kita baru 22 persen.

"Ini jauh dari harapan," tegas Hanif di Jakarta, Senin (23/6/2025). "Jawa menjadi wilayah dengan tingkat daur ulang tertinggi, mencapai 31 persen, disusul Bali-Nusa Tenggara 22,5 persen, dan Sumatra 12 persen. Tantangan terbesar terkait daur ulang plastik adalah di Indonesia Timur."

Nah, untuk mencapai target pengelolaan sampah 100 persen, Hanif mengungkapkan, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) memperkenalkan konsep baru untuk Penghargaan Adipura, yakni dengan memasukkan indikator pengelolaan TPA di tiap daerah.

"Jadi, tidak hanya kebersihan kota dan estetika, tapi juga TPA. Klasifikasi penilaiannya nanti dalam empat predikat, yaitu Adipura Kencana untuk kinerja terbaik, Adipura untuk capaian tinggi, Sertifikat Adipura bagi pemenuhan kriteria dasar, serta Kota Kotor sebagai peringatan bagi daerah dengan kinerja terendah.

Kritik untuk Kota yang Lebih Baik

Ilustrasi: Pemberian predikat 'kota kotor' adalah kritik untuk daerah agar mau berbenah. (Kompas TV/Izzi via Aliansizerowaste)

Seperti kata Monik, pemberian label "darurat sampah" atau "kota kotor" adakah kritik untuk daerah agar berbenah. Kota yang abai patut menyandang predikat ini. Bukan untuk mempermalukan, melainkan mendorong daerah agar lebih serius mengelola lingkungan.

“Adipura bukan sekadar penghargaan, tapi tolok ukur kinerja dan kebijakan daerah dalam pengelolaan lingkungan," tegas Hanif.

Di samping kebersihan dan estetika, berikut adalah sejumlah kriteria yang akan diterapkan sebagai penilaian untuk Penghargaan Adipura:

  • Pengelolaan sampah menyeluruh, termasuk larangan keras open dumping (membuang sampah sembarangan tanpa sistem);
  • SDM dan infrastruktur, termasuk TPA yang ramah lingkungan; dan
  • Kebijakan dan anggaran yang mendukung sistem lingkungan hidup.

Langkah Sederhana agar Kotamu Layak Adipura

Kelayakan suatu wilayah menerima penghargaan bukan cuma kewajiban pemangku kota atau kabupaten, tapi juga warganya. Maka, biar kotamu nggak dilabeli "Kota Kotor", kamu bisa mulai dari hal-hal kecil di sekitar rumah. Nggak perlu nunggu pemerintah bergerak, inisiatif pribadi juga punya pengaruh besar.

Berikut adalah beberapa langkah sederhana yang bisa kamu lakukan:

1. Pilah sampah dari rumah

Pisahkan sampah organik (sisa makanan, daun), anorganik (plastik, kertas), dan B3 (baterai, obat, elektronik). Memilah dari awal bikin proses daur ulang lebih mudah dan mengurangi beban di TPA.

2. Bawa kantung belanja sendiri

Bawalah tas belanja sendiri saat ke pasar atau toko. Sebisa mungkin, gunakan tas berbahan kain atau plastik daur ulang agar nggak membebani bumi, karena plastik sekali pakai sulit didaur ulang dan akan jadi masalah utama di banyak kota.

3. Manfaatkan bank sampah

Kalau di kampungmu ada bank sampah, manfaatkan! Selain membantu menjaga bumi, kamu juga bisa dapat poin atau uang dari hasil setoran sampah yang dipilah itu.

4. Laporkan titik sampah liar

Kalau kamu melihat ada sudut jalan atau lahan kosong yang jadi tempat untuk membuang sampah, laporkan ke RT, kelurahan, atau gunakan aplikasi pengaduan daerah jika ada. Jadilah bagian dari pelindung kota, bukan mereka yang merusaknya.

5. Ikut serta dalam aksi bersih lingkungan

Jangan anggap remeh kerja bakti di lingkungan RT atau kelurahan, Ikutlah andil dalam aksi bersih lingkungan itu, karena imbasnya akan ke kamu juga.

Dengan konsep Adipura yang makin ketat, kolaborasi antara pemerintah daerah dan warganya akan menjadi indikator kunci apakah kota itu layak menerimanya atau tidak.

Kalau selama ini Adipura identik dengan prestise, sekarang justru jadi cermin: seberapa peduli kita pada kota yang kita tinggali? Menurutmu, adakah langkah lain yang bisa dilakukan? (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: