BerandaHits
Jumat, 28 Jul 2022 09:10

Antara Muharam dan Sura, Sedikit Berbeda Banyak yang Sama

Keraton Solo selalu melakukan perayaan untuk menyambut 1 Sura penanggalan Jawa. Perayaan berupa kirab budaya pada malam hari dan senantiasa dinantikan warga. (Tabloidbintang)

Tahun Baru Hijriah dan Tahun Baru Jawa seringkali dianggap sama. Tapi, keduanya memiliki sejarah yang berbeda.

Inibaru.id - Sebentar lagi kita bertemu dengan tanggal merah lagi di kalender. Kali ini tanggal merah yang jatuh di hari Sabtu (30/7) itu merupakan Tahun Baru Hijriah 1 Muharam 1444 H. Hijriah atau sering disebut kalender lunar merupakan sistem penanggalan berdasarkan perjalanan bulan mengelilingi bumi.

Di hari yang sama, sistem penanggalan jawa juga sedang berganti tahun. Jika dalam kalender Islam hari pertama disebut 1 Muharam, pada kalender Jawa disebut dengan 1 Sura.

Karena hari pertama tahun baru Hijriah dan tahun baru Jawa selalu sama dan keduanya memiliki 12 bulan tiap tahunnya, banyak orang mengira kedua jenis penanggalan itu nggak ada bedanya. Tapi tahukah bahwa keduanya mempunyai sejarah yang berbeda?

Sejarah Kalender Hijriah

Buka Luwur Makan Sunan Kudus, tradisi mengganti kain penutup makam yang dilakukan setiap bulan Muharam di Kudus, Jawa Tengah (Inibaru/Ida Fitriyah)

Sistem kalender Hijriah dibuat pada abad ke-7, pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab. Kalender ini kemudian dipakai oleh umat muslim sejak 17 tahun usai Nabi Muhammad SAW meninggal. Istilah hijriah sendiri diambil dari peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Mekkah ke Madinah pada 622 Masehi.

Satu Muharam pada 1 Hijriah dimulai pada 15 Juli 622 Masehi. Setelah itu, penanggalan ini terus dipakai umat muslim di negara-negara Islam seluruh dunia. Dalam menetapkan waktu puasa Ramadan, Idulfitri, ibadah haji masyarakat muslim berpatokan pada tanggalan ini.

Bulan-bulan pada kalender hijriah pastilah sudah nggak asing di telinga kita kan, Millens? Diawali dengan Muharam, lalu hingga ke bulan dua belas adalah Shafar, Rabi'ul Awal, Rabi'ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya'ban, Ramadan, Syawal, Zulqadah, Dzulhijjah.

Sejarah Kalender Jawa 

Kalender Jawa diciptakan Sultan Agung yang memerintah Kesultanan Mataram. (Cnn/Antara/Maulana Surya)

Sebelum menerapkan Kalender Jawa, masyarakat Jawa menggunakan Kalender Saka dari India berdasarkan pergerakan matahari. Hal ini membuat kalender Saka sangat berbeda dengan kalender Hijriyah yang memakai dasar pergerakan bulan.

Perbedaan tersebut membuat perayaan adat kerajaan jadi nggak selaras dengan perayaan hari besar Islam. Sultan Agung yang memerintah Kesultanan Mataram pada 1613 sampai 1645 resah dengan hal itu kemudian memprakarsai perpaduan antara kalender Saka dengan kalender Hijriah. Sejak saat itulah, muncul kalender Sultan Agungan yang kita kenal sebagai Kalender Jawa sekarang.

Sama dengan Kalender Masehi dan Kalender Hijriah, Kalender Jawa memiliki 12 bulan, yaitu Sura Sapar, Mulud, Ba'da Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Sawal, Apit, dan Besar.

Jadi, sudah mengerti soal sejarah keduanya, Millens? Ya, meski memiliki sejarah dan angka tahun yang berbeda, pada dasarnya Kalender Hijriah dan Kalender Jawa adalah sama. Yang membedakan keduanya hanyalah penyebutan dan tradisi yang mengiringinya.

Jika 1 Muharam dimaknai dengan penuh kesucian dan introspeksi untuk meningkatkan kadar keimanan, 1 Sura memiliki makna yang lain. Seringkali orang mengidentifikasikan malam 1 Sura dengan malam yang sakral dan mistis.

Meski ada perbedaan dalam menyikapi, dua tahun baru itu sama-sama memiliki tradisi untuk menyambutnya. Di daerahmu perayaan apa yang sedang dipersiapkan warga untuk menyambut Tahun Baru Hijriah dan Tahun Baru Jawa, Millens? (Gra,Kom,Tir/IB09/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: