Inibaru.id - Inspirasi bisa datang dari siapa saja, termasuk melalui Ngatimin Sholeh. Ibarat siklus metamorfosis ulat, lelaki penyandang disabilitas daksa sejak usia tiga tahun ini mungkin sudah menjadi kupu-kupu. Cercaan dan cemoohan pernah dialaminya, tapi dia tetap maju, bahkan kini menjadi salah seorang penjahit andalan di Kota Salatiga, Jawa Tengah.
Ditemui di kediamannya, Ngatimin, begitu dia biasa disapa, tengah sibuk menata kain untuk kemeja pesanan pelanggannya. Kentara sekali nggak ada kekhawatiran di wajah lelaki kelahiran 1979 itu. Meski sejak balita divonis menderita disabilitas di kedua kakinya, dia bilang hidupnya baik-baik saja.
“Apapun kondisi fisik saya, tidak akan menjual kecacatan untuk mendapatkan uang. Saya akan jual skill dan karya yang saya punya,” kata Ngatimin, membuka obrolan dengan Inibaru.id, belum lama ini.
Kisahnya untuk menjadi seorang penjahit nggak semudah membalikan telapak tangan. Cemoohan, celaan, dan sikap diskriminatif pernah dia terima dari banyak orang. Bahkan dirinya harus merantau ke Bogor dan Bekasi dulu untuk mencari pengalaman.
“Orang lain mengira saya nggak bisa apa-apa. Bahkan, saya pernah dikira pengemis," kenang lelaki yang saat ini menjabat sebagai ketua Kelompok Difabel Mandiri Salatiga itu. "Pengalaman itu membuat saya termotivasi untuk jadi lebih baik seperti orang pada umumnya.”
Kini, dia dikenal sebagai penjahit dengan ratusan karya. Nggak cuman pakaian, dia juga bisa menjahit tas, masker, hazmat, daster, dan masih banyak lagi. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, pekerjaan itu tentu saja sudah cukup.
Keahliannya itu saat ini juga coba disalurkan ke para penyandang disabilitas seperti dirinya. Dia menyulap rumahnya untuk dijadikan tempat pelatihan menjahit bagi 100 anggota Kelompok Difabel Mandiri Salatiga.
Di rumahnya, kamu akan melihat beberapa mesin jahit yang biasa dipakai timnya. Belakangan, mereka mulai banyak menerima pesanan dalam skala besar.
Benar, Ngatimin kini telah menjadi sosok kupu-kupu. Namun, nggak cuma untuk dirinya, dia juga tengah melatih banyak ulat menjadi kepompong, lalu mungkin menjadi kupu-kupu yang melahirkan calon kupu-kupu lain. Ah, andai semua orang sebaik ini ya, Millens! (Triawanda Tirta Aditya/E03)