Inibaru.id - Masyarakat Jawa begitu kental dengan tradisi dan budaya. Hal itu umumnya dilakukan sebagai bentuk respons atas fenomena alam yang terjadi di sekitarnya, termasuk saat musim kemarau tiba seperti sekarang ini.
Masyarakat Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, misalnya, merespons musim kemarau kali ini dengan melangsungkan tradisi Guyang Cekathak. Ritual adat yang digelar pada pertengahan September lalu itu dilakukan untuk bermunajat kepada Yang Maha Kuasa agar hujan segera turun.
Dalam bahasa Jawa, "guyang" berarti memandikan, sedangkan "cekathak" adalah pelana kuda. Nah, tradisi ini merupakan ritual memandikan pelana kuda peninggalan Sunan Muria di Sendang Rejoso. Hal itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap putra Sunan Kalijaga tersebut.
Oya, Sunan Muria adalah ulama anggota dewan Walisongo yang sangat berjasa terhadap penyebaran Islam di Kawasan Muria. Pemuka agama bernama asli Umar Said ini hidup sekitar abad ke-16 dan dimakamkan di Desa Colo selepas wafat pada 1560.
Dari Makam ke Sendang Rejoso
Tradisi Guyang Cekathak biasanya digelar pada Jumat Wage terakhir bulan September yang umumnya menjadi puncak dari musim kemarau. Untuk tahun ini, prosesi tersebut jatuh pada 15 September lalu, yang dimulai dari kompleks permakaman Sunan Muria.
Mengawali ritual, sejak pagi puluhan warga telah berkumpul di kompleks permakaman yang berlokasi di Desa Colo itu untuk memanjatkan tahlil dan doa bersama. Doa dipimpin oleh perwakilan Yayasan Masjid dan Makam Sunan Muria (YM2SM) bersama pemangku adat.
Selesai berdoa, cekathak yang ditutup kain putih dan dupa bakar dikirab menuju Sendang Rejoso, tempat yang dipakai untuk memandikan benda warisan berusia ratusan tahun itu. Diiringi selawat serta tetabuhan kesenian terbang papat, cekathak dikirab bersama hantaran berkat bikinan warga.
Perjalanan menuju Sendang Rejoso hanya memakan waktu sekitar 10 menit. Ratusan warga tampak telah menunggu dengan antusias di sekitar area sendang yang konon pernah menjadi tempat wudu Sunan Muria serta kebutuhan mengangsu air dan mandi masyarakat setempat ini.
Mewariskan Tradisi
Ketua Dewan Pembina YM2SM Mastur mengatakan, tradisi Guyang Cekathak merupakan cara masyarakat setempat melestarikan peninggalan Sunan Muria yang masih tersisa agar bisa terus diwariskan kepada generasi mendatang.
"Dulu, Sunan Muria berkedara dengan kuda putih. Ini (menunjuk ke arah cekathak) adalah tempat duduknya. Kami berusaha menjaganya," terang sosok yang biasa disapa Mbah Mastur ini kepada Inibaru.id seusai ritual dilangsungkan.
Ritus membasuh cekathak yang dilakukan dua tokoh adat berlangsung cepat. Setelahnya, pelana yang terlihat telah lapuk itu diletakkan di bawah pohon yang tumbuh di pojok sendang bersama puceng, dawet muria, dan bubur ketan. Terakhir, mereka makan bersama sebelum mengguyang dawet atau bubur ketan ke udara.
"Secara simbolis, kami mengguyang dawet ke udara menyerupai hujan yang turun. Ini bukan syirik, tapi sekadar syarat; meneruskan tradisi sekaligus cara mengingat jasa Mbah Sunan," terangnya.
Ritual Seperempat Abad
Mbah Mastur mengungkapkan, tradisi Guyang Cekathak telah digelar selama 25 tahun terakhir sebagai upaya mengingat jasa Sunan Muria terhadap masyarakat Colo. Ritual ini juga menjadi cara masyarakat memohon doa berkah hujan pada musim kemarau.
"Kami lestarikan tradisi ini untuk mengingat jasa beliau (Sunan Muria) sekaligus mohon doa berkah hujan lewat washilah Mbah Sunan," kata dia.
Triyanto R Soetardjo, warga setempat, mengaku selalu antusias setiap mengikuti tradisi Guyang Cekathak. Lelaki yang kerap disapa Mas Ribut itu mengatakan, sudah berkali-kali dia turut serta dalam tradisi ini sebagai upaya ngalap berkah dari Sunan Muria sekaligus membantu teman-temannya.
"(Perhelatan) dulu dan sekarang agak beda, sih. Dulu, dawet diguyang pas warga sedang makan, jadi mubazir; tapi sekarang sudah diubah, dawet diguyang selepas acara," kenang Triyanto, menceritakan pengalamannya bertahun-tahun mengikuti tradisi yang tengah diusulkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda itu.
Oya, selama Guyang Cekathak berlangsung, semua pengunjung bisa menikmati dawet muria yang dibagikan secara gratis! So, tahun depan wajib banget datang ke sini, Millens! (Hasyim Asnawi/E03)