BerandaCoffreak
Jumat, 26 Apr 2018 10:14

Kopi Jagung dan Masyarakat Melarat Zaman Kolonial

Saat sudah menjadi bubuk, sulit membedakan kopi jagung dan kopi murni. (kopi-jepara.blogspot.com)

Kopi Gayo, Bajawa, Toraja, Mandailing, hingga Wamena, selama ini dikenal sebagai aneka kopi nusantara yang banyak diburu para coffreak (coffee-freak). Selain kopi nusantara, kita juga punya Kopi Jagung. Apakah itu?

Inibaru.id – Kopi yang dicampur jagung, begitulah Kopi Jagung. Belakangan, nama kopi ini cenderung dipandang negatif. Konon, sebagian produsen kopi instan kemasan yang diedarkan di Indonesia menggunakan kopi-jagung untuk menekan harga. Mereka menipu konsumen, mengatakan bahwa kopi itu murni, padahal tidak.

Isu tersebut kemudian berimbas pada nama buruk kopi jagung. Kopi ini disebut "kopi oplosan". Padahal, perlu kamu nih, Millens, kopi jagung sejatinya sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Ada sejarah panjang yang membuat kopi bercita rasa gurih itu begitu diminati masyarakat, khususnya rakyat melarat pada masa itu.

Sebagai informasi, rasa kopi jagung nggak terlalu pahit seperti kopi murni. Bahkan, kopi ini cenderung berasa gurih lantaran umumnya presentase jagung lebih banyak ketimbang kopi. Jagung dan kopi dicampur, kemudian disangrai. Setelah matang, kopi digiling menjadi bubuk, dan disajikan sebagaimana umumnya kopi.

Baca juga:
Mengintip Dapur Kopi Tekodeko Koffiehuis
Bar(s)ista Gisza: Lakoni Profesi Sepenuh Hati!

Secara kasatmata, nggak ada yang berbeda antara kopi murni dengan kopi jagung. Nah, mungkin inilah yang membuat kopi jagung dimanfaatkan oknum nakal untuk produk buatan mereka. Padahal, dulu masyarakat sengaja mengoplos kopi untuk alasan ekonomi.

Seperti ditulis Blackflakescoffee.com (25/5/2017), pada zaman pendudukan Belanda di Indonesia, pasokan kopi sangat minim. Harga kopi pun menjadi begitu mahal. Masyarakat melarat nggak mungkin menjangkaunya. Kemudian, muncullah ide untuk "mengakali" kelangkaan ini, yakni dengan mencampur kopi bersama jagung.

Jagung yang kaya karbohidrat membuat kopi jagung makin disukai masyarakat karena memberi efek rasa kenyang setelah mengkonsumsinya. Yap, di sinilah menariknya kopi jagung.

Mulai Jarang

Biji kopi yang kian mudah didapatkan di pasaran membuat kopi jagung kian sulit ditemui, terutama di kota-kota besar. Mayarakat mungkin memilih kopi murni yang memiliki cita rasa yang lebih kuat. Namun begitu, masih ada saja penjual "nakal" yang pengin meraih untung berlebih dengan mengaku menjual kopi murni, meski sejatinya yang dia jual adalah kopi jagung.

Nah, buat kamu yang nggak pengin tertipu, yuk simak penuturan pengajar Indonesia Coffee Academy Aris Kadarisman, yang dikutip dari Kompas.com (12/12/16) ini!

Pertama, nggak bakal sulit membedakan antara kopi dengan jagung sangrai sebelum digiling. Bentuk keduanya berbeda. Namun, kalau sudah digiling, tekstur keduannya hampir mirip. Masyarakat awam tentu akan sulit membedakannya.

Baca juga:
Maksimalkan Rasa Kopi dengan Menjaga Kualitas Biji Kopi
Mengenal Ragam Budaya Semarang dalam Kopi Akulturasi Tekodeko Koffiehuis

Kedua, aroma kopi murni dengan kopi jagung sangatlah berbeda. Seduhlah kopimu, lalu hirup aromanya. Aroma kopi murni lebih lembut, sedangkan kopi jagung beraroma kimiawi dan lebih tajam.

Terakhir, dari segi rasa, kopi murni memiliki rasa yang pahit atau asam. Sementara, rasa kopi jagung cenderung gurih karena persentase jagung yang lebih dominan. Rasa pahit atau asam khas kopi bahkan nggak begitu kentara.

Kalau kamu pengin tahu lebih jauh tentang kopi jagung, saat ini ada beberapa produsen yang sengaja memasarkan kopi jagung kok. Kamu bisa beli di lapak-lapak daring. Yeah, hitung-hitung biar nggak tertipu penjual nakal yang ngaku menjajakan kopi murni padahal sejatinya kopi jagung? (IB10/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Lakukan Misi Kemanusiaan di Filipina, 10 Kru Heli Dapat Penghargaan Khusus

15 Nov 2024

Dapatkan Promo Pilkada 10 Persen Tiket Kereta Api untuk Keberangkatan 26-28 November 2024!

15 Nov 2024

Suruh Siswa Sujud dan Menggonggong, Ivan Dijerat Pasal Perlindungan Anak

15 Nov 2024

Soto Rem-Bang Gang Kuwera, Andalan Mahasiswa UNY Memadamkan Kelaparan

15 Nov 2024

Berbahaya, Jangan Googling Kata-kata Ini di Internet!

15 Nov 2024

Peluang Timnas Indonesia Melawan Jepang; Masih Ada Asa untuk Mencuri Poin

15 Nov 2024

JOMO, Menemukan Kebahagiaan dengan Melewatkan Hal-Hal yang Nggak Perlu

15 Nov 2024

Cantiknya Pantai Peyuyon; Serasa Main di Pantai Pribadi

16 Nov 2024

Hari Pemungutan Suara Pilkada 2024 Jadi Hari Libur Nasional

16 Nov 2024

Secuil Potongan Kehidupan Orang Indonesia di Short Video 'We' Karya Aco Tenri

16 Nov 2024

Gawai, Salah Satu Penyebab Kasus Kanker Usus Besar Naik di Kalangan Anak Muda Indonesia

16 Nov 2024

Sekda Imbau ASN Kabupaten Semarang Konsumsi Susu Segar

16 Nov 2024

Promo Besar Belum Tentu Hemat, Hati-Hati Belanja Impulsif!

16 Nov 2024

Alasan Kucing Suka Dielus Dagunya

17 Nov 2024

Mitos Bukan Sih Adopsi Anak Bisa Memancing Kehamilan?

17 Nov 2024

Nggak Pernah Mati, Laptop yang Di-sleep Terus Aman?

17 Nov 2024

Kala Air Terjun dan Lautan Bertemu di Pantai Surumanis Kebumen

17 Nov 2024

Cakwe Medan, Melegenda di Jalan Gajah Mada Semarang Sejak 40 Tahun Silam

17 Nov 2024

Sekuntum Senyum Petani Mawar di Tengah Dingin Sumowono yang Menusuk

17 Nov 2024

Asal Nama Kecamatan Wedi di Klaten, Terkait dengan Pasir atau Rasa Takut?

18 Nov 2024