BerandaAdventurial
Selasa, 28 Jul 2025 15:06

Pentas 'Jong Nusantara', Dinamika Indonesia dalam Bentuk Bahtera Raksasa

Sebuah bahtera besar bernama Jong Nusantara dalam pentas di Gedung Auditorium Universitas Muria Kudus, belum lama ini. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Pentas 'Jong Nusantara' adalah alegori yang menunjukkan bahwa kerusakan Indonesia yang multietnis ini nggak hanya disebabkan oleh badai dari luar yang menerjang, tapi juga pertikaian di dalam yang gagal mempersatukan kita.

Inibaru.id - Malam itu, panggung di Gedung Auditorium Universitas Muria Kudus bergemuruh. Di tengah panggung, sebuah kapal besar bernama Jong Nusantara berlayar di tengah badai. Di dalamnya ada orang-orang dari berbagai latar dengan segala permasalahannya sendiri-sendiri.

Adegan ini menjadi metafora yang menyentuh, tentang masyarakat yang mengarungi kehidupan sebagai sebuah individu sekaligus bagian dari satu bangsa. Dengan efek suara dan sorot cahaya yang dramatis, pentas teater bertajuk Jong Nusantara itu berhasil memukau seluruh penonton yang hadir.

Digelar pada pertengahan Juli lalu, pergelaran ini menjadi sebuah alegori yang kuat, yang secara simbolik menggambarkan tentang Indonesia lengkap dengan segala dinamikanya. Di dalamnya, penonton diajak menelusuri kehidupan di sebuah kapal penyelamat yang dihuni oleh penumpang dari berbagai latar.

Mereka yang berbeda etnis, budaya, bahasa, bahkan kepercayaan, menaiki kapal bukan karena pilihan, tapi bencana; sebuah wabah yang memaksa semua orang menyelamatkan diri bersama-sama. Dan, di sanalah ujian dimulai.

Sebuah adegan dalam pentas Jong Nusantara di Gedung Auditorium Universitas Muria Kudus (Inibaru.id/Imam Khanafi)

"Indonesia tidak akan kokoh hanya dengan satu suku, satu bahasa, atau satu adat," ujar Jessy Segitiga, penulis naskah sekaligus sutradara pertunjukan ini. "Ia hanya akan kuat kalau kita bisa merangkul perbedaan."

Pernyataan itu menjadi denyut nadi cerita. Lewat karakter-karakter di dalam kapal, Jessy memperlihatkan bagaimana egoisme dan kecurigaan bisa menjadi badai yang lebih ganas daripada laut yang mereka arungi. Ketika rasa saling percaya menghilang, ombak pertama pun datang.

Marau, salah seorang penumpang, kehilangan bayinya saat badai pertama menerjang. Tangisnya membelah malam. Nggak hanya anak, dia juga hilang kewarasan. Tubuhnya diikat di tiang layar agar tetap tenang. Tapi laut tak pernah benar-benar tenang bagi mereka yang hatinya masih dilanda curiga.

Di bagian lain kapal, tragedi lain hadir. Veronica, gadis muda yang seharusnya diselamatkan justru menjadi korban pengkhianatan oleh teman yang dia percaya. Racun narkoba merusak tubuhnya dan dokter asing yang diundang sang ayah, Dedy Kevin, justru menjadi pelaku kekerasan terhadapnya.

Sebuah adegan dalam pentas Jong Nusantara di Gedung Auditorium Universitas Muria Kudus (Inibaru.id/Imam Khanafi)

Panggung mendadak sunyi ketika Veronica memilih mengakhiri hidup dengan melompat dari kapal. Tangisan para penumpang pecah, bukan hanya untuk Veronica, tapi juga diri sendiri yang buta oleh prasangka. Di titik inilah kapal mulai berubah arah.

Dedy Kevin, sosok yang semula arogan dan merendahkan, berdiri dan mengakui kesalahan. “Aku tertipu dengan zaman. Dan telah hilang sejatinya karakter diri,” ucapnya lirih.

Namun, masalah nggak berhenti di situ. Menjelang akhir cerita, dua monster, yakni gurita dan cumi-cumi, muncul dari dalam laut; menjadi simbol dari egoisme, sekularitas, dan ke-aku-an. Monster-monster itu bukan untuk ditakuti, tapi dihadapi bersama.

Dengan semangat kebersamaan yang mulai tumbuh, mereka bersatu sebagai bagian dari awak kapal untuk menyelamatkan seorang ibu yang melahirkan bayi, yang merupakan perlambang harapan, di tengah laut; sebelum kapal akhirnya berlabuh.

Sebuah adegan dalam pentas Jong Nusantara di Gedung Auditorium Universitas Muria Kudus (Inibaru.id/Imam Khanafi)

Dalam pementasan tersebut, Jessy memberi satu catatan penting, bahwa berlabuh bukan berarti berhenti. Menurutnya, hidup akan terus berjalan dan bakal ada badai-badai lain yang harus dihadapi.

“Ini bukan akhir cerita. Hidup terus berjalan. Semoga kita tidak lupa bahwa kita satu kapal,” tegasnya yang disambut riuh penonton.

Ajang Praktik Mahasiswa Bahasa 

Pentas Jong Nusantara tampak megah dengan segala set yang memukau mata. Sulit dipercaya bahwa ini "hanya" pertunjukan mahasiswa semester empat yang digelar sebagai ajang praktik mata kuliah Seni Pertunjukan yang dipelajari pada semester sebelumnya.

Seluruh pemainnya adalah para mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) di UMK. Mereka bukanlah pemain teater profesional, tapi para calon guru. Namun, Jessy mengatakan, hal ini sudah semestinya, karena guru seharusnya bukan cuma piawai mengajar, tapi juga mahir bercerita.

Pemain foto bersama seusai pentas Jong Nusantara di Gedung Auditorium Universitas Muria Kudus. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

“Guru sejati itu pencerita,” kata Jessy. "Teater adalah rumah besar bagi para calon guru, karena di sinilah kita belajar mengenal emosi, menyampaikan pesan, dan memahami nilai-nilai kemanusiaan yang tak bisa didapat hanya dari buku pelajaran."

Hal ini sejalan dengan keinginan dari Kaprodi PBSI UMK Muhammad Kanzanuddin Ahsin yang menyebut pertunjukan ini sebagai bentuk kurikulum berdampak. “Kurikulum yang tidak hanya memberi teori, tetapi juga pengalaman. Mahasiswa lebih semangat, dan punya kenangan kuat dari masa kuliahnya,” ujarnya.

Sementara itu, Pemimpin Produksi (Pimpro) Fithriyah Indah Permatasari menuturkan, pentas ini adalah titik balik bagi banyak aktor di dalamnya. Menurutnya, banyak proses yang terlibat di dalamnya, baik sebagai diri maupun bagian dari tim.

"Mereka tidak sekadar tampil, tetapi juga mengalami proses mendalam tentang kerja sama, empati, dan tanggung jawab," sebutnya seusai pentas.

Lebih dari sekadar tugas mata kuliah seni pertunjukan, dia menambahkan, pentas Jong Nusantara adalah latihan kehidupan; tentang bagaimana kita memahami orang lain, mengalahkan ego, dan memperjuangkan cita-cita bersama.

Malam itu, tepuk tangan panjang menjadi penutup dari rentetan aplaus yang telah dilakukan selama pertunjukan. Penonton berdiri. Satu pesan penting sepertinya telah tersampaikan, bahwa untuk selamat, kapal bernama Indonesia ini hanya bisa dijalankan dengan cara saling menjaga. (Imam Khanafi/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: