BerandaAdventurial
Kamis, 29 Jun 2022 13:00

Membongkar Misteri Pintu Gerbang Majapahit di Pati

Pintu Gerbang Majapahit di Pati, Jawa Tengah. (Sinaujawa)

Peninggalan Kerajaan Majapahit bisa kamu temukan di Trowulan, Mojokerto. Tapi, ada pintu gerbang Majapahit di Pati, Jawa Tengah. Bagaimana ceritanya ya pintu gerbang ini sampai ada di sana?

Inibaru.id – Berbagai peninggalan Kerajaan Majapahit memang sangat menarik untuk dibahas. Salah satunya adalah Gerbang Majapahit di Pati, Jawa Tengah. Apakah gerbang ini beneran ada sejak zaman kerajaan dulu? Yuk simak ceritanya.

Pintu Gerbang Majapahit atau Gapura Majapahit ini bisa kamu temukan di Dukuh Rendole, Desa Muktiharjo, Kecamatan Margorejo, Pati. Lokasinya nggak sampai 6 kilometer ke arah barat laut dari pusat kota Pati.

Yang menarik, Gerbang Majapahit yang diletakkan di dalam ruangan kaca berada di tengah permukiman warga, dengan pagar pembatas yang mengelilinginya. Pada bagian luar pagar terdapat tulisan "Gapura Majapahit dilindungi UU RI Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya".

Nggak jauh dari tulisan Gapura Majapahit, kamu akan menemukan keterangan terkait pintu bersejarah tersebut. Keberadaan pintu ini nggak lepas dari cerita Raden Bambang Kebo Nyabrang, putra Sunan Muria yang nggak diakui ayahnya karena sejak kecil diasuh kakeknya.

Sebagai syarat agar diakui sebagai anak Sunan Muria, maka Sunan Muria menyuruh Kebo Nyabrang membawa pintu gerbang Majapahit dari Mojokerto menuju Gunung Muria dalam satu malam,” tulis plang tentang pintu gerbang tersebut.

Nggak hanya Kebo Nyabrang, Raden Ronggo juga punya kepentingan terhadap pintu tersebut. Gerbang Majapahit menjadi syarat bagi murid dari Sunan Ngerang itu untuk memperistri Roro Pujiwat, putri dari sang guru.

Malang bagi Raden Ronggo, pintu gerbang sudah raib dibawa Kebo Nyabrang ke Gunung Muria saat dirinya tiba di tempat pintu semula, yakni Trowulan, Mojokerto. Dia pun mengejar. Begitu ketemu, Raden Ronggo meminta pintu itu untuk diboyong ke padepokan Sunan Ngerang, tapi ditolak.

Pertikaian pun terjadi. Di tengah duel, Sunan Muria datang melerai. Dia memerintahkan keduanya untuk berhenti. “Wis padha lereno sak kloron padha bandhole,” kata pemuka agama bernama asli Umar Said tersebut, yang segera membuat Radem Ronggo dan Kebo Nyabrang berhenti.

Tempat pertikaian tersebut terjadi kemudian diberi nama Dukuh Rendole, akronim dari sak kloron padha bandhole. Selanjutnya, Kebo Nyabrang diakui sebagai putra Sunan Muria dan diberi tanggung jawab menjaga Pintu Gerbang Majapahit.

Benarkah dari Trowulan?

Bentuk pintu gerbang Majapahit di Pati. (Solopos/Dok. Kota Pati)

Lantas, apakah Gerbang Majapahit yang menjadi pusaka di Pati tersebut benar-benar diboyong dari Trowulan? Anggota Tim Ahli Cagar Budaya Pati Ragil Haryo pernah mengecek kebenarannya. Dia membandingkan ukuran Gerbang Majapahit dengan Candi Bajang Ratudi Trowulan.

“Kami pernah iseng ngukur panjang Candi Bajang Ratu di Trowulan sama di sini, ukurannya tidak sama,” cerita Ragil, Jumat (24/6/2022).

Alih-alih meyakini pintu tersebut sebagai bekas gerbang dari Majapahit, Ragil memilih mengatakan bahwa Gerbang Majapahit lebih mirip langgam dipengaruhi budaya Lasem, Rembang. Dia memperkirakan pintu itu berkaitan dengan sejarah perpindahan orang-orang Lasem ke Pati.

Pembuatan pintu gerbang ini diperkirakan terjadi pada zaman pemerintahan Adipati Cipto Mangun Oneng, yang makamnya berada nggak jauh dari situs pintu pusaka tersebut, bukan dari zaman Majapahit.

“Rendole adalah ibukota keraton saat dipimpin Adipati Mangun Oneng, sekitar 1600-1700. Mungkin waktu itu pintu ini juga dikerjakan dekat keraton tersebut," pungkasnya.

Hm, misteri Pintu Gerbang Majapahit di Pati ini jadi makin bikin penasaran ya, Millens? (Det/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024