Inibaru.id – Berbagai peninggalan Kerajaan Majapahit memang sangat menarik untuk dibahas. Salah satunya adalah Gerbang Majapahit di Pati, Jawa Tengah. Apakah gerbang ini beneran ada sejak zaman kerajaan dulu? Yuk simak ceritanya.
Pintu Gerbang Majapahit atau Gapura Majapahit ini bisa kamu temukan di Dukuh Rendole, Desa Muktiharjo, Kecamatan Margorejo, Pati. Lokasinya nggak sampai 6 kilometer ke arah barat laut dari pusat kota Pati.
Yang menarik, Gerbang Majapahit yang diletakkan di dalam ruangan kaca berada di tengah permukiman warga, dengan pagar pembatas yang mengelilinginya. Pada bagian luar pagar terdapat tulisan "Gapura Majapahit dilindungi UU RI Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya".
Nggak jauh dari tulisan Gapura Majapahit, kamu akan menemukan keterangan terkait pintu bersejarah tersebut. Keberadaan pintu ini nggak lepas dari cerita Raden Bambang Kebo Nyabrang, putra Sunan Muria yang nggak diakui ayahnya karena sejak kecil diasuh kakeknya.
“Sebagai syarat agar diakui sebagai anak Sunan Muria, maka Sunan Muria menyuruh Kebo Nyabrang membawa pintu gerbang Majapahit dari Mojokerto menuju Gunung Muria dalam satu malam,” tulis plang tentang pintu gerbang tersebut.
Nggak hanya Kebo Nyabrang, Raden Ronggo juga punya kepentingan terhadap pintu tersebut. Gerbang Majapahit menjadi syarat bagi murid dari Sunan Ngerang itu untuk memperistri Roro Pujiwat, putri dari sang guru.
Malang bagi Raden Ronggo, pintu gerbang sudah raib dibawa Kebo Nyabrang ke Gunung Muria saat dirinya tiba di tempat pintu semula, yakni Trowulan, Mojokerto. Dia pun mengejar. Begitu ketemu, Raden Ronggo meminta pintu itu untuk diboyong ke padepokan Sunan Ngerang, tapi ditolak.
Pertikaian pun terjadi. Di tengah duel, Sunan Muria datang melerai. Dia memerintahkan keduanya untuk berhenti. “Wis padha lereno sak kloron padha bandhole,” kata pemuka agama bernama asli Umar Said tersebut, yang segera membuat Radem Ronggo dan Kebo Nyabrang berhenti.
Tempat pertikaian tersebut terjadi kemudian diberi nama Dukuh Rendole, akronim dari sak kloron padha bandhole. Selanjutnya, Kebo Nyabrang diakui sebagai putra Sunan Muria dan diberi tanggung jawab menjaga Pintu Gerbang Majapahit.
Benarkah dari Trowulan?
Lantas, apakah Gerbang Majapahit yang menjadi pusaka di Pati tersebut benar-benar diboyong dari Trowulan? Anggota Tim Ahli Cagar Budaya Pati Ragil Haryo pernah mengecek kebenarannya. Dia membandingkan ukuran Gerbang Majapahit dengan Candi Bajang Ratudi Trowulan.
“Kami pernah iseng ngukur panjang Candi Bajang Ratu di Trowulan sama di sini, ukurannya tidak sama,” cerita Ragil, Jumat (24/6/2022).
Alih-alih meyakini pintu tersebut sebagai bekas gerbang dari Majapahit, Ragil memilih mengatakan bahwa Gerbang Majapahit lebih mirip langgam dipengaruhi budaya Lasem, Rembang. Dia memperkirakan pintu itu berkaitan dengan sejarah perpindahan orang-orang Lasem ke Pati.
Pembuatan pintu gerbang ini diperkirakan terjadi pada zaman pemerintahan Adipati Cipto Mangun Oneng, yang makamnya berada nggak jauh dari situs pintu pusaka tersebut, bukan dari zaman Majapahit.
“Rendole adalah ibukota keraton saat dipimpin Adipati Mangun Oneng, sekitar 1600-1700. Mungkin waktu itu pintu ini juga dikerjakan dekat keraton tersebut," pungkasnya.
Hm, misteri Pintu Gerbang Majapahit di Pati ini jadi makin bikin penasaran ya, Millens? (Det/IB09/E05)