Inibaru.id - Pemerintah pusat dan daerah sepakat memperketat prosedur keselamatan pendakian Gunung Rinjani menyusul insiden tragis yang menewaskan wisatawan asal Brasil, Juliana Marins. Perempuan 27 tahun itu tewas setelah jatuh ke jurang sedalam sekitar 600 meter saat mendaki.
Kejadian itu pun menyita perhatian publik, terutama karena menyangkut prosedur keselamatan dan tanggung jawab pemandu dalam mendampingi pendaki.
Seperti diberitakan sebelumnya, Juliana Marins dikabarkan mengalami kelelahan sebelum akhirnya terjatuh di kedalaman ratusan meter. Dia mengeluhkan sakit dan memutuskan berhenti. Namun, rekan-rekannya tetap melanjutkan perjalanan dan meninggalkannya.
"Karena memang situasi lapangannya seperti itu, yang bersangkutan menyatakan sakit, nggak sanggup lagi naik," kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polkam) Budi Gunawan di Kompleks DPR RI pada awal Juli lalu. "Seharusnya kan ada yang menunggu!"
Pendakian Rinjani Diperketat
Menanggapi kejadian ini, pemerintah pun merespons dengan sejumlah langkah konkret, termasuk melakukan evaluasi besar-besaran terhadap standar pendakian di seluruh Indonesia, khususnya bagi wisatawan mancanegara.
"Dari kasus ini, kami akan melakukan evaluasi. Kami akan perketat SOP ke depan, terutama untuk wisatawan yang memang ingin mendaki gunung," kata Budi Gunawan. "Standar keamanan harus kita perketat, termasuk standar para pemandu pendakian."
Dalam kesempatan tersebut, Budi menyebutkan bahwa tuntutan hukum dari pihak keluarga atau lembaga non-pemerintah terhadap kondisi ini bisa saja dilakukan, meskipun belum ada indikasi langsung keterlibatan pemerintah Brasil dalam proses tersebut.
"Kemungkinan (tuntutan) itu ada, tapi sampai sekarang belum ada indikasi langsung pemerintah Brasil," jelasnya.
Wajibkan Menginap sebelum 'Muncak'
Setali tiga uang, Pemerintah Kabupaten Lombok Timur juga telah mengambil langkah taktis untuk mencegah peristiwa serupa terulang. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mewajibkan pendaki yang akan naik ke Rinjani untuk menginap dulu semalam di Sembalun.
"Menginap di mana saja boleh, yang penting menginap dulu semalam di Sembalun," tegas Bupati Lombok Timur Haerul Warisin, Senin (8/7). "Begitu tiba di Sembalun, pokoknya harus istirahat dulu."
Sedikit informasi, Sembalun adalah desa kecil di kaki gunung Rinjani yang menjadi pintu masuk resmi para pendaki. Iron, sapaan akrab Haerul, menerbitkan kebijakan ini untuk memastikan pendaki dalam kondisi fisik prima sebelum "muncak".
"Surat Keputusan Bupati terkait kebijakan ini akan segera diterbitkan. Selain itu, pelatihan keselamatan juga akan diberikan kepada para porter agar mereka siap ketika mengalami situasi darurat," tandasnya.
Oya, untuk meminimalisasi kejadian serupa, pemerintah juga tengah melakukan evaluasi menyeluruh untuk memperkuat sistem informasi dan peringatan dini di jalur pendakian seperti memasang tanda peringatan, menerapkan teknologi pelacak, sertifikasi bagi pemandu, dan pembatasan jumlah pendaki.
Bagaimana menurutmu, perlukah evaluasi menyeluruh ini diterapkan untuk "merapikan" jalur pendakian dari potensi bahaya yang bisa mengancam para pelancong? (Siti Khatijah/E10)
