BerandaAdventurial
Selasa, 29 Jun 2020 17:15

Buk Renteng, Sungai yang Ada di Atas Jalan dan Sungai Lainnya

Buk Renteng, sistem irigasi yang unik di Yogyakarta. (Instagram.com/bionmotret)

Buk Renteng atau Kanal van Der Wijk adalah salah satu saluran irigasi peninggalan Belanda yang dibangun menggunakan teknologi berbasis gravitasi. Hingga kini, selokan ini bisa mengaliri area persawahan di sekitar Minggir, Yogyakarta.

Inibaru.id – Ada sungai di atas sungai lainnya. Nggak, kamu sedang nggak salah baca kok. Hal ini benar-benar ada. Nggak perlu harus ke Eropa untuk melihat yang seperti ini. Di Indonesia, tepatnya di Yogyakarta, ada kok sungai yang lewat di atas sungai lainnya. Bahkan, di bawah sungai ini juga bisa dilewati jalan. Namanya Buk Renteng.

Dalam bahasa Jawa, Buk Renteng berarti jembatan yang bergandengan. Sebutan ini diisematkan untuk sebuah bangunan non gedung yang terletak di Dusun Tangisan, Banyurejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta. Uniknya, bangunan ini merupakan saluran irigasi dengan beberapa terowongan yang berjejer di bawahnya.

Dengan tinggi sekitar 4 meter di atas permukaan tanah, Buk Renteng punya lebar 2,5 meter dengan kedalaman rata-rata 2-3 meter yang dipenuhi dengan air. Bangunan yang berfungsi untuk mengalirkan air ini juga disebut sebagai Kanal van der Wick yang membentang sepanjang 17 KM.

Saluran irigasi yang menghubungkan Sungai Progo dan Sungai Opak Yogyakarta ini bukan sekadar bangunan biasa lo, Millens. Konstruksi bangunan ini menggunakan teknologi gravitasi bumi dengan dibuat lebih tinggi dari jalan dan dan area persawahan di sekitarnya. Bahkan, di sebuah spot, saluran irigasi ini melintang di atas sungai. Unik!

Terdapat terowongan di bawah saluran air yang berfungsi sebagai jalan yang dilintasi oleh kendaraan. Karena menggunakan teknologi gravitasi, maka air pada saluran ini nggak diarahkan dengan teknologi mesin sama sekali.

Buk Renteng dibangung dengan teknologi gravitasi. (Kabareminggir.com)

Penamaan van der Wick yang lekat dengan Belanda ini ternyata nggak lepas dari peran Gubernur Jenderal Jonkheer Carel Herman van Der Wick. Jaringan induk selokan Mataram dibangun pada zaman penjajahan Belanda tahun 1902-1932. Namanya kemudian digunakan untuk sistem irigasi yang dibangun di eranya tersebut.

Pembanguan selokan ini mengaliri lahan tebu yang banyak terdapat di Kecamatan Minggir dan Moyudan. Lahan tebu tersebut harus menyuplai kebutuhan pokok 17 pabrik gula di Yogyakarta pada zaman Belanda.

Buk Renteng terlihat dari atas. (Twitter.com/InfoJogja)

Hingga kini, saluran irigasi yang juga masuk dalam sistem Selokan Mataram itu masih bisa memberikan manfaat bagi petani yang berada di kecamatan Minggir. Bahkan salah satu petani di daerah tersebut mengungkapkan bahwa saluran irigasi ini bisa memenuhi kebutuhan air untuk 20.000 Ha sawah yang berada di Minggir dan sekitarnya.

Nama kanal ini pasti pernah kamu dengar sebelumnya, kan Millens? Selain sebagai nama kanal pengairan, van der Wick ini juga populer sebagai nama sebuah kapal mewah yang tenggelam di Laut Jawa pada 1921. Kisah ini juga dituliskan oleh Buya Hamka dalam buku dan telah difilmkan pula.

Tertarik datang ke sana, Millens? (Kab/IB27/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: