BerandaTradisinesia
Jumat, 10 Mar 2022 17:00

Upacara Penetapan Tanah Bebas Pajak yang Diakhiri dengan Kutukan

Kadilangu menjadi wilayah yang dihadiahkan kepada Sunan Kalijaga oleh sultan Demak. (Aksara)

Sebagai ucapan terima kasih raja pada orang atau kelompok tertentu, biasanya sebidang tanah perdikan diberikan. Jangan salah, jika sebuah tempat sudah perdikan, status ini bakal disandang selamanya. Penetapan ini diatur dalam Manusuk Sima. Pelanggar ketentuan harus siap menerima kutukan mengerikan.

Inibaru.id – Istilah tanah bebas pajak atau perdikan menjadi hal lumrah sejak kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara berdiri. Begitu corak kerajaan berganti menjadi Islam, perdikan tetap ada. Biasanya diberikan kepada ulama. Salah satu contoh tanah perdikan adalah daerah Kadilangu, Demak.

Orang-orang yang tinggal di tanah perdikan nggak perlu lagi membayar pajak kepada kerajaan sebagaimana daerah lain. Enak ya?

Bisa dibilang, tanah perdikan merupakan status bebas pajak pada tanah atau bangunan yang diberikan oleh raja atau pejabat tinggi kepada seseorang yang telah berjasa besar bagi raja atau kerajaan. Sebutan kerennya reward gitu deh. Wujudnya nggak melulu tanah lapang, tapi bisa juga bangunan keagamaan.

Sebenarnya, bukan cuma raja yang bisa memberikan status perdikan ini, Millens. Para pejabat tinggi yang bergelar rakai atau pamgat juga punya kuasa untuk bagi-bagi perdikan. Nah, begitu sebuah tempat berstatus perdikan, haram hukumnya petugas menarik pajak. Status ini ditetapkan dalam upacara Manusuk Sima.

Prosesi Manusuk Sima

Manusuk Sima merupakan ritual pembacaan mantra sekaligus mengutuk siapa saja yang mengganggu ketetapan ini. Hm.

Ritual dimulai dengan penyiapan pelbagai sesaji dan ubo rampe, seperti telur, kepala kerbau, ayam, jarum, pemotong kuku dandang, peralatan makan minum, serta peralatan tanah dan persawahan. Fungsi dari tiap-tiap sesaji yang dipilih nggak diketahui untuk apa. Besar kemungkinan, pemilihan ini hanya berdasarkan kebiasaan masyarakat zaman itu yaitu bertani dan beternak.

Meski begitu, ada lo perlengkapan utama yang harus ada dalam ritual Manusuk Sima yaitu hyang watu teas dan sang hyang kalumpang. Keduanya berupa prasasti batu yang berbentuk lingga. Prasasti ini merupakan benda yang sangat sakral bagi leluhur.

Acara berlanjut dengan jamuan makan bersama. Menunya adalah sesaji yang tadi dibawa, seperti dendeng celeng, pelbagai macam nasi, ikan asin, sayur, hingga minuman tuak.

Upacara Manusuk Sima yang dilaksanakan guna memperingati hari jadi Kota Kediri. (Duta)

Setelah perut terisi, sang makudur (pemimpin upacara) mulai merapal mantra dan kutukan dengan suara lantang. Maklum, speaker belum ada sehingga ia harus memastikan semua yang datang itu mendengarnya. Betewe, isi kutukannya sangat mengerikan lo. Orang yang melanggar ketetapan bakal kena musibah yang berat dan mati mengenaskan.

Nggak usah heran, nenek moyang kita memang "dibesarkan" oleh kutukan. Tapi serius deh, tampaknya kutukan ini cukup ampuh. Sampai-sampai Belanda lebih memilih mengalah kalau harus berurusan dengan tanah perdikan. Di samping itu, di sana juga terdapat makam orang-orang yang dihormati masyarakat. Makin minder deh mereka.

Sebagai informasi, status perdikan ini berlangsung selamanya. Perdikan baru dihapus setelah Indonesia merdeka.

O ya, di beberapa tempat Manusuk Sima masih diadakan lo. Namun, fungsinya nggak lagi sama. Jika dulu digelar untuk mencegah para pengganggu ketetapan, di masa kiwari ritual ini dijadikan sebagai bagian dari tradisi. Salah satu kota yang rutin menggelar Manusuk Sima untuk memperingati hari jadi adalah Kediri.

Menarik ya? Eh, coba deh kamu cek apa daerahmu dulu termasuk tanah perdikan, Millens? (His/IB31/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: