Inibaru.id – Masyarakat Desa Lerep yang ada di Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang tahu betul pentingnya sumber mata air. Karena itu, mereka terus melestarikannya agar bisa dipakai untuk berbagai macam kebutuhan. Bahkan, demi memastikan sumber mata air tersebut tetap terjaga, mereka rutin melakukan tradisi iriban setiap kali Bulan Safar tiba.
Di dekat dengan Desa Lerep, setidaknya ada tiga mata air yang digunakan masyarakat untuk konsumsi sehari-hari atau urusan pertanian. Yang menarik, aliran air dari tiga mata air tersebut bertemu menjadi satu. Warga menyebut titik pertemuan ini sebagi Wangon Cenginging. Di sanalah tradisi Iriban dilangsungkan setiap tahun pada Rabu Kliwon.
Dilansir dari Radar Semarang, Kamis (22/9/2022), Kepala Desa Lerep Sumaryadi menjelaskan makna dari iriban.
“Iriban ini berasal dari kata irib-irib. Maknanya mirip seperti urip-urip yang bisa diartikan menghidupkan atau melestarikan sumber mata air,” ungkap Sumaryadi, Kamis (22/9).
Dia juga menjelaskan sejarah tradisi ini. Jadi, ceritanya dulu warga setempat kesulitan mendapatkan air bersih. Demi mendapatkan air untuk irigasi dan kebutuhan warga, warga pun membelah bukit. Nah, pada proses ini, ada seekor bebek putih yang membantu.
“Oleh karena itulah, sampai sekarang bebek putih pasti diikutkan dalam ritual tradisi Iriban,” lanjut Sumaryadi sebagaimana dikutip dari Solopos, Kamis (22/9).
Selain bebek putih, terdapat sejumlah barang lain yang juga disiapkan warga dalam tradisi ini. Yang cukup penting keberadaannya adalah madu dan legen. Kedua benda yang didapat dari alam ini dianggap punya simbol penting dalam kelestarian alam. Madu dianggap sebagai simbol air mengalir, sementara legen melambangkan air yang bakal terus mengalir di masa depan.
Tahun ini, Iriban digelar pada Rabu Kliwon, (21/9). Nggak banyak warga yang datang karena sebagian besar dari 21 RT Dusun Lerep hanya mengirimkan perwakilan. Meski begitu, kedatangan mereka sudah dianggap cukup.
Para laki-laki yang datang dengan membawa peralatan kebersihan dengan sigap langsung membersihkan sumber mata air dan sungainya dari berbagai sampah dan material lain sejak pagi. Di sisi lain, para perempuan menyiapkan makanan untuk selamatan.
Rangkaian acara tradisi kemudian diteruskan dengan kirab hasil bumi dan sejumlah ritual lainnya seperti upacara adat, tarian guyub rukun, dan doa bersama. Tradisi ini kemudian ditutup dengan acara makan bersama.
Tradisi menjaga sumber mata air ini keren, ya Millens. Semoga menginspirasi daerah lain untuk menjaga mata airnya ya. (Arie Widodo/E05)