BerandaTradisinesia
Selasa, 4 Jul 2022 17:00

Tari Gambyong; Kesenian Rakyat yang Diklaim Keraton

Mulanya Tari Gambyong merupakan tarian rakyat yang menjadi pengawal tayuban. (Instagram/Kyaigresek)

Tari Gambyong, awalnya tari kesenian rakyat kemudian dibawa ke istana dan menjadi milik Keraton. Kira-kira, bagaimana ceritanya, ya?

Inibaru.id – Tari gambyong merupakan salah satu tari tradisional klasik Jawa yang berasal dari Surakarta, Jawa Tengah. Tarian ini biasanya dibawakan pada acara-acara besar seperti festival, pameran, atau hari penting lainnya.

Mungkin nggak banyak yang tahu kalau tari gambyong ini dulunya adalah tarian rakyat yang kemudian dibawa ke istana menjadi tarian milik keraton. Hm, kira-kira gimana ya ceritanya? Yuk simak.

Mulanya gambyong merupakan bentuk tarian rakyat yang ditarikan sebagai pengawal dari tayuban atau upacara kesuburan. Jadi, masyarakat dulu akan mempersembahkan tarian ini sebagai undangan kepada Dewi Sri atau Dewi Ratu. Tujuannya, agar Dewi Sri memberkahi sawah dengan hasil panen yang maksimal.

Nah, dulu sebelum dikenal dengan nama tari gambyong, tarian dalam acara tayuban dikenal dengan nama tari tledhek.

Meski menjadi tarian keraton, tari gambyong sering dibawakan pada acara-acara lain di luar keraton. (Instagram/Griya Tari)

Dalam Serat Centhini dijelaskan bahwa tari tledhek merupakan tarian tunggal perempuan yang digunakan sebagai pembuka pada acara pesta untuk menarik penonton. Hal ini sesuai dengan makna tledhek, yang berasal dari kata “ngleledhek” yang artinya menggoda atau mengundang daya tarik.

Diklaim Keraton

Dahulu, para penari tledhek digandrungi banyak orang. Bahkan di istana Mangkunegaran, Surakarta, banyak juga penari Tledhek yang merangkap sebagai penari istana. Salah seorangnya bernama Mas Ajeng Gambyong.

Dia dikenal mahir menari dan memiliki tubuh lentur. Karena kemahirannya, Mas Ajeng Gambyong menjadi pujaan pemuda pada masa itu. Hingga akhirnya Sunan Paku Buwana IV, Raja Surakarta pada masa itu mengundang Gambyong untuk mementaskan tariannya. Sejak saat itu, tarian ini semakin dikenal banyak orang dan menjadi titik awal penamaan tari gambyong.

Tari Gambyong Pareanom yang dibawakan dengan anggun. (Instagram/Kyaigresek)

Lantas, bagaimana tari gambyong menjadi tari Istana? Kalau menurut cerita sih, karena populer di masyarakat, tari gambyong diadopsi lingkungan keraton pada masa Pemerintahan Paku Buwana IX (1861 – 1893). Oleh KRMT Wreksadiningrat, seniman istana yang juga adik Patih dalem Keraton Surakarta R. Ad. Sastradiningrat, tarian tersebut diperhalus sesuai kaidah-kaidah tari keraton.

Nggak berhenti di situ, kemudian pada 1950, tari gambyong mendapat sentuhan baru menjadi lebih baku dari seorang pelatih bernama Nyi Bei Mintoraras, yang kemudian diberi nama gambyong pareanom.

FYI, kemunculan tari gambyong pareanom merupakan awal perubahan bentuk penyajian tari gambyong. Awalnya sifat dari tarian ini adalah kasar, ronggeh (lincah), dan brangsan (pemarah). Sedangkan tari gambyong Pareanom memiliki susunan dan urutan gerak yang harus diikuti penari yaitu alus (halus, lembut), anteng (tenang), jatimika (selalu sopan santun), dan regu (pendiam).

O ya, setelah menjadi lebih baku, koreografi baru tari gambyong pareanom kali pertama dipertunjukkan pada acara pernikahan Gusti Nurul, saudara Mangkunegoro VIII pada 1951.

Ciri-ciri Tari Gambyong

Secara umum, tarian ini memiliki tiga bagian yang disebut dengan istilah maju beksan, beksan, dan mundur beksan. Tarian ini diiringi menggunakan musik pengiring karawitan gamelan.

Untuk menyesuaikan tarian, busana yang dipakai penari juga telah "diperhalus". Awalnya busana untuk tari gambyong versi rakyat menggunakan kemben yang kemudian diganti menjadi mekak. Warna busana yang digunakan juga bernuansa kuning dan hijau sebagai lambang kemakmuran dan kesuburan.

Pusat tarian ini adalah pada gerakan kaki, lengan, tubuh, maupun kepala. Tari gambyong pareanom mencerminkan kaidah-kaidah budaya istana yang tinggi, sehingga gerakan yang dilakukan masih mempertahankan sifat kewanitaan yang halus.

Omong-omong kamu pernah melihat tari gambyong belum nih? (Kom, Ind/IB32/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: