BerandaTradisinesia
Rabu, 6 Jun 2023 10:19

Sejarah Panjang dan Makna Dalam dari Semangkuk Sayur Lodeh

Ilustrasi: Sayur lodeh memiliki makna sebagai makanan penolak bala dan pengharapan pada sesuatu yang baik. (Yummy Apps)

Semangkuk sayur lodeh yang tersaji di meja makan kita sebenarnya mempunyai makna yang dalam. Orang-orang pendahulu kita menyantap sayur lodeh sebagai bentuk penolak bala dan pengharapan pada sesuatu yang baik.

Inibaru.id - Siapa yang nggak mengenal sayur lodeh? Menu satu ini hampir selalu tersedia di warung-warung yang menjual masakan rumahan atau makanan Jawa. Rasa kuah bersantannya gurih dan manis, serta teksturnya kaya karena terdiri atas bermacam sayuran.

Sudah sangat akrab dengan kehidupan kita sehari-hari, apakah kamu tahu bahwa sayur lodeh oleh masyarakat Jawa dianggap sebagai penolak bala?

GKR Mangkubumi pernah menjelaskan dalam acara “Youth Meet Food” yang diselenggarakan oleh Ndalem Poenakawan di Jalan Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Selasa (28/9/2022). Dia menjelaskan, bahan-bahan untuk membuat sayur lodeh meliputi 12 jenis, yang bisa dimaknai 1+2=3.

"Angka 3 dapat bermakna sebuah usaha untuk meraih kehidupan yang sejahtera dari modal yang diberi Tuhan YME, yaitu cipta, rasa, dan karsa," terangnya, dikutip dari Mojok.

Sayur lodeh, bahan intinya dari labu atau waluh yang berasal dari kata “wal” yang bermakna membuang. Serta kata “luh” yang berarti air mata. Makna keseluruhan berarti memiliki pengharapan agar jauh dari kesedihan atau bala (kesialan, malapetaka, atau kemalangan).

Dari Tujuh Jenis Sayur

Ilustrasi: Biasanya sayur lodeh khas Jawa terdiri dari tujuh jenis sayuran yaitu kluwih, kacang panjang, terong, kulit melinjo, waluh, godong so, dan tempe. (Yentit)

Ada satu sejarah yang menyebutkan bahwa sayur lodeh sudah ada di Jawa Tengah sejak abad ke-10. Saat itu, masyarakat membuat sayur lodeh dengan tujuh bahan utama untuk melewati masa sulit selama Gunung Merapi meletus pada 1006. Ketujuh bahan itu adalah buah keluih, kacang panjang, terung, kulit buah melinjo (belinjo), waluh, godong so (daun belinjo), dan tempe.

Sementara, sejarawan Fadly Rahman menyebutkan, sayur lodeh diperkirakan muncul pada abad ke-16 hingga ke-17 ketika bangsa Spanyol dan Portugis mulai menanam jagung dan kacang panjang di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, masyarakat Jawa pun mengombinasikan jagung dan kacang panjang menjadi sajian sayur berkuah santan.

Memasuki abad ke-20, legenda keberadaan sayur lodeh semakin meningkat. Salah satu peristiwa paling terkenal yang berkaitan dengan sayur lodeh adalah ketika wabah pes melanda Jawa selama lebih dari dua dekade.

Saat itu, Sultan Hamengkubuwono VIII memerintahkan warganya untuk memasak sayur lodeh dan berdiam diri di rumah selama 45 hari. Warga mengikuti arahan Sultan dan wabah pun berakhir.

Nah, menilik keberadaan sayur lodeh yang memiliki sejarah panjang serta makna khusus tersebut, GKR Mangkubumi berpendapat bahwa masakan ini memiliki filosofi yang mendalam. Maknanya bisa diartikan bahwa manusia harus berusaha untuk keberlangsungan hidup di alam dan berharap hal buruk dapat dibuang. Namun, tetap semuanya kembali kepada kehendak Tuhan.

Wah, rupanya sayur lodeh yang sering kita santap di warteg punya filosofi mendalam, ya? Nah, supaya sayur lodeh tetap eksis, kamu sebagai generasi muda juga harus bisa membuatnya sendiri di rumah, ya! (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: