Inibaru.id – Gunung Brintik, atau lebih populer disebut dengan Kampung Pelangi tampak menawan dari kejauhan. Rumah penduduk yang dicat warna – warni ini kini menjadi salah satu daya tarik wisata Kota Semarang. Gunung Brintik merupakan sebuah perkampungan padat. Jadi, bukan nama gunung betulan ya. O ya, saking padatnya akses jalannya terbilang sempit.
Jangan heran kalau kamu melihat rumah berpenghuni di tengah makam Bergota. Eh, kamu tahu nggak, kalau kawasan yang terletak di Kampung Wonosari, Kelurahan Randusari itu ternyata menyimpan kisah misteri terkait Sejarah Kota Semarang?
Konon, gundukan bukit di Gunung Brintik merupakan sebuah pulau yang dikelilingi laut. Yap, Kota Semarang bagian pesisir disebut-sebut sebagai lautan. Selain itu, di Gunung Brintik terdapat makam Nyai Brintik yang dipercaya warga setempat sebagai tokoh yang menguasai daerah tersebut pada zaman dahulu.
Makam Nyai Brintik ini awalnya hanya sebatas gundukan biasa. Gundukan tersebut ditemukan sesepuh setempat lewat sebuah mimpi. Dalam mimpinya, sang sesepuh mengaku didatangi seorang perempuan berambut keriting (brintik dalam bahasa Jawa) yang minta agar gundukan tanah itu dijaga dan dirawat.
Sayangnya, warga setempat nggak tahu menahu sejarah Nyai Brintik. Hanya ada kisah-kisah dari para orang terdahulu yang menyebar dari mulut ke mulut. Namun menurut salah seorang warga, sejarah Nyai Brintik kerap dikaitkan dengan sejarah kesultanan Demak dan tokoh Walisongo.
Baca Juga:
Menakar Benefit Kampung WisataKonon, Nyai Brintik adalah sosok yang memiliki kesaktian luar biasa namun punya perangai yang buruk. Bahkan, Nyai Brintik kabarnya pernah mencuri pusaka Kesultanan Demak hingga membuat dirinya diburu. Menurut cerita, kesaktian Nyai Brintik ini hanya bisa ditandingi Sunan Kalijaga.
Singkat cerita, Nyai Brintik kalah dalam pertempuran melawan sang Sunan dan meminta diangkat murid. Sejak saat itu perempuan sakti ini menjadi sosok yang baik hingga akhir hayatnya.
Kini makam yang terletak di samping Musala Gunung Brintik di RT 007/RW 003 kelurahan Randusari, Kecamatan Semarang Selatan. Uniknya, makam Nyai Brintik terpisah dari pemakaman umum. Untuk masuk ke dalam ruangan makam, pengunjung wajib mendapatkan izin dari juru kunci.
Dalam ruangan makam disebutkan terdapat beberapa benda yang diperkirakan peninggalan Nyai Brintik berupa payung kain, guci serta kursi. Di area makam terdapat pula wadah hio sebagai sarana ritual.
Makan Nyai Brintik biasanya ramai dikunjungi pada malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon serta malam 1 Suro. Peziarahnya pun datang dari berbagai daerah dengan berbagai hajat.
Buatmu yang datang ke Kampung Pelangi, sempatkan pula datang ke makam kuno satu ini ya, Millens! Eits, jangan minta yang aneh-aneh ya! (Sol/IB27/E05)