Inibaru.id - Jauh sebelum Tentara Nasional Indonesia (TNI) memiliki pasukan perempuan, di tanah Jawa sudah ada Pasukan Estri Ladrang Mangungkung. Mereka adalah pasukan perempuan yang nggak hanya jago bertempur di medan laga, tapi juga luwes dalam berkesenian dan mengurus pekerjaan rumah.
Ya, pasukan Estri Ladrang Mangungkung yang mampu tampil di garis terdepan pertempuran mendobrak tradisi Jawa yang biasanya menganggap perempuan hanya bisa mengurus rumah tangga dan melayani suami. Lalu, siapakah sebenarnya mereka?
Pasukan Estri Ladrang Mangungkung merupakan prajurit perempuan pilihan dari Mangkunegaran yang dibentuk oleh Pangeran Sambernyawa pada tahun 1742 di Kartasura. Mereka mengawal Pangeran Sambernyawa saat berada di medan laga menghadapi pasukan Kompeni Belanda hingga saat Pangeran Sambernyawa memimpin Praja Mangkunegaran dengan gelar KGPAA Mangkunegara I.
Tiga Strategi Perang Gerilya
Seperti halnya korps perempuan milik TNI di masa kini, Pasukan Estri Ladrang Mangungkung bergerak dalam senyap tanpa mampu dideteksi oleh lawan, memiliki kekuatan lebih dalam bertempur, mampu melakukan serangan kilat yang mematikan, serta dengan cepat bersembunyi di tempat aman untuk mempertahankan diri.
Dilansir dari puromangkunegaran, anggota Pasukan Estri Ladrang Mangungkung digembleng oleh Pangeran Sambernyawa dengan berbagai ilmu dan strategi perang, termasuk perang gerilya yang meliputi dhedemitan, weweludhan, dan jejemblungan.
Yang pertama, ilmu perang gerilya dhedhemitan memiliki arti harfiah berlaku seperti hantu yang kasat mata dalam setiap pergerakannya. Hal itu tentu saja bikin musuh jadi kesulitan mendeteksi keberadaan pasukan elit perempuan dari Mangkunegaran itu.
Kedua, ilmu perang weweludan yang bermakna setiap prajurit harus memiliki kemampuan layaknya belut. Maksudnya adalah mereka dituntut menjadi prajurit yang licin dalam pergerakan sehingga nggak mudah ditangkap oleh musuh di medan perang.
Ketiga ilmu perang jejemblungan yang memiliki arti bergerak seperti orang gila yang nggak memiliki rasa takut sedikitpun saat menghadapi berbagai jenis lawan dan rintangan di pertempuran.
Nggak sekadar ilmu perang saja yang Pangeran Sambernyawa ajarkan. Pasukan Estri Ladrang Mangungkung juga dilatih menguasai berbagai senjata, baik panah, pedang, keris, senapan, hingga meriam. Mereka mahir berkuda, sehingga dapat dengan gesit bergerak di tengah pertempuran, dan secara cepat masuk ke daerah pertahanan lawan.
Bagaimana dengan keterampilan lainnya? Jangan salah, mereka juga dilatih membaca, menulis, berkesenian, menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, hingga bercocok tanam untuk bertahan hidup dalam jangka waktu panjang.
Menang dalam Perang Besar
Prajurit perempuan yang tergabung dalam Pasukan Estri Ladrung Mangungkung berisi prajurit caping, prajurit gendewa dan prajurit senapan. Mereka terbiasa terlibat dalam peperangan besar. Salah satu pertempuran besar terjadi di kemiringan bukit di Desa Selogiri, Wonogiri. Peristiwa tersebut bergolak pada era awal 1700-an ketika Pangeran Sambernyawa bergerilya melawan kekuatan kolonial.
Diceritakan dalam peperangan, mereka membaur dengan pasukan Pangeran Sambernyawa lainnya. Dengan formasi setengah lingkaran, mereka mengepung tentara Belanda dan terjadi peperangan seru antar kedua belah pihak. Meski banyak jatuh korban, akhirnya perang besar itu dimenangkan oleh Prajurit Estri Ladrang Mangungkung.
Setelah Pangeran Sambernyawa atau KGPAA Mangkunegara I mangkat, keberadaan Pasukan Estri Ladrang Mangungkung nggak lantas dibubarkan. Mereka justru tergabung dalam pasukan yang lebih besar, yakni Legiun Mangkunegaran yang dibentuk dan dikembangkan oleh Mangkunegara II pada tahun 1808.
Kisah tentang pasukan putri ini sungguh menginspirasi para perempuan zaman sekarang ya, Millens? Dari mereka kita bisa belajar bahwa perempuan sejatinya memiliki kelembutan dan keindahan. Di sisi lain, perempuan juga harus bisa menjelma menjadi sosok yang tangkas dan bisa diandalkan. (Siti Khatijah/E07)