Inibaru.id – Perang Jawa yang berlangsung selama lima tahun (1825-1830) merupakan pertempuran terbesar yang dihadapi pasukan Belanda di Nusantara. Akibat perang ini, lebih dari 200.000 pribumi tewas. Sayangnya, perang ini berakhir dengan semakin tegasnya kekuasaan Belanda di Tanah Air.
Perang ini juga menyisakan sejumlah cerita. Salah satunya adalah strategi perang dan struktur pasukan Pangeran Diponegoro yang sangat khas militer Ottoman. Yang paling terlihat, dia dan para pasukannya mencukur habis rambut lalu menutupinya dengan sorban yang sangat khas Ottoman.
Menyalin Strategi Perang
Menurut buku Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa 1785-1855 (2011) karya Peter Carey, diceritakan bahwa banyak orang Jawa yang kagum dengan Kekaisaran Ottoman. Khususnya dalam hal kegigihan mereka melawan kekuatan Eropa.
Diponegoro termasuk dalam orang-orang tersebut. Oleh karena itulah, dia sampai menyalin nama-nama pangkat dan resimen Ottoman untuk keperluan organisasi dan militer sebelum Perang Jawa dimulai.
Dari salinan ini pulalah, Diponegoro terinspirasi memakai panji dengan lambang ular, bulan sabit, dan ayat-ayat Al-Qur’an saat Perang Jawa berkecamuk. Diponegoro pun sempat menyebut dirinya sebagai Kanjeng Sultan Ngabdulkamid Erucakra Kabirulmukmina Khalifatul Rasululullah Hamengkubuwono Senapati Ing Alaga Sabilullah ing Tanah Jawi. Nama tersebut terinspirasi dari Abdul Hamid I, Sultan Turki Utsmani yang menyatakan diri sebagai penguasa dunia
Struktur Militer Ottoman
Hal lain yang diadopsi Diponegoro dari sistem militer Ottoman pada pasukannya selama Perang Jawa adalah pemberian nama organisasi militernya. Ada yang diberi nama Bulkiya, Barjumuah, Turkiya, Harkiya, Larban, Asseran, Pinilih, dan Surapadah.
Baca Juga:
Raden Saleh, Pelukis Elit dari SemarangPangkat militer yang diterapkan juga sangat khas Ottomaan. Saat itu, pangkat militer tertinggi diberi nama Alibasah yang setara dengan komandan divisi Pasukan Janissari. Ada pula Basah, pangkat Dulah yang membawahi 400 prajurit setara dengan datasemen. Sementara itu, pangkat terendah adalah She yang membawahi pasuka setara kompi.
Dengan strategi militer ini, Diponegoro mampu memberikan perlawanan sengit terhadap Belanda. Sayangnya, pada akhirnya dia ditangkap lalu diasingkan Belanda. Meski begitu, kisah heroiknya masih terkenang hingga sekarang. (Kom, Rep/IB31/E07)