Inibaru.id - Setiap malam Jumat Kliwon di bulan Jumadil Awal kalender Hijriyah, masyarakat Desa Silurah, Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang, Jawa Tengah selalu menggelar tradisi keagamaan bernama Nyadran Gunung Silurah. Tradisi yang sudah dilaksanakan selama berabad-abad itu bertujuan menghormati roh leluhur dan menghindari malapetaka.
Tradisi Nyadran Gunung Silurah diyakini berawal dari musibah yang terjadi di Desa Silurah, Kabupaten Batang sekitar 500 tahun lalu. Tradisi ini lahir sebagai upaya untuk mengatasi musibah tersebut.
Pemimpin adat saat itu mendapat petunjuk dalam mimpi untuk melakukan serangkaian ritual agar penyakit dan malapetaka yang melanda Desa Silurah segera sirna.
Sejak itu, Nyadran Gunung Silurah menjadi bagian yang nggak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Desa Silurah. Upacara ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas keselamatan yang diberikan oleh Tuhan, dan sebagai bentuk tawakal dalam menjalani kehidupan.
Sementara itu, masih di Kabupaten Batang, tepatnya di Desa Kalibeluk, kecamatan Warungasem, terdapat makanan khas yang dikenal dengan nama Serabi Kalibeluk. Berbeda dengan serabi pada umumnya, serabi ini berukuran lebih tebal dengan diameter 10 sentimeter.
Dibuat menggunakan resep turun temurun, Serabi Kalibeluk mempunyai dua varian, yaitu serabi gurih berwarna putih dari olahan santan serta serabi manis berwarna coklat yang terbuat dari gula merah atau aren.
Proses pembuatan serabi ini masih menggunakan peralatan tradisional yakni menggunakan tungku perapian dari kayu bakar. Penggunaan kayu bakar bertujuan untuk menjaga rasa keaslian serabi agar senantiasa harum.
Resmi sebagai WBTB Indonesia
Dua budaya asli Kabupaten Batang yaitu Nyadran Gunung Silurah dan Serabi Kalibeluk kini resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTBI) tahun 2024. Penetapan ini dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) Republik Indonesia setelah melalui Sidang Penetapan WBTBI yang berlangsung pada 19-23 Agustus 2024 di Jakarta.
"Alhamdulillah, berkat bimbingan dan arahan Ibu Pj Bupati dan Bapak Pj Sekda, akhirnya Serabi Kalibeluk dan Nyadran Gunung Silurah telah ditetapkan sebagai WBTBI," tutur Kepala Disdikbud Batang, Bambang Suryantoro S, didampingi Pamong Budaya Disdikbud Batang, Ilham Akbar Samudra, Senin (26/8/2024).
Bambang menjelaskan bahwa proses pengajuan ini dimulai sejak tahun 2023 dan melibatkan 14 Tim Ahli WBTB Indonesia. Setiap karya budaya yang diajukan sebagai WBTBI harus tercatat di sistem Data Pokok Kebudayaan (Dapobud) Kemdikbud minimal selama satu tahun.
"Setelah itu, ada form yang harus diisi dan naskah akademik yang harus dibuat. Selama satu tahun, karya budaya tersebut dinilai dan dikoreksi oleh tim ahli warisan budaya tak benda Indonesia," jelasnya.
Setelah keberhasilan Nyadran Gunung Silurah dan Serabi Kalibeluk, Disdikbud Batang berencana mengajukan Batik Rifaiyah untuk ditetapkan sebagai WBTBI pada tahun 2025.
"Kami bekerja sama dengan Disdikbud Provinsi untuk membuat dokumentasi awal. Tahap pertama yang akan kami lakukan adalah menginput karya budayanya ke dalam sistem Dapobud," pungkasnya.
Kita doakan semoga lebih banyak lagi tradisi di Kabupaten Batang dan kabupaten lainnya yang berhasil masuk dalam daftar WBTB Indonesia. Dengan begitu tradisi-tradisi di Indonesia bakal tetap lestari. (Siti Khatijah/E07)