Inibaru.id – Asri, rekan saya yang berasal dari Jakarta suatu kali mengaku sempat salah alamat saat mencari rumah temannya di Kota Semarang. Sejujurnya dia malu, mengingat sudah empat tahun tinggal di ibu kota Jawa Tengah ini.
Mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang itu kesasar jauh hingga perbatasan Semarang-Demak, padahal alamat yang dicari berada di pusat kota yang terpaut jarak belasan kilometer.
Namun, sebetulnya hal ini bisa dimaklumi, karena alamat yang dicari berada di bilangan Genuk Krajan, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari; sedangkan dia tersasar di Kecamatan Genuk. Ya, keduanya sama-sama menyandang nama "Genuk", meski nggak berada di satu wilayah.
“Kalau yang asli Semarang mungkin langsung tahu bahwa Genuk Krajan dan Genuk itu beda. Tapi kan saya dari luar kota? Pas dengar kata Genuk, ingatan saya langsung merujuk pada Genuk yang ada di dekat dengan Terboyo itu,” ungkapnya pada Senin (3/3/2025).
Dua Nama 'Genuk'
Kejadian itu membuat Asri menjadi jauh lebih berhati-hati saat berurusan dengan pencarian alamat di Kota Lunpia. Ini sudah tepat, karena beberapa nama daerah di Semarang memang agak mirip, bahkan sama persis seperti daerah Genuk ini.
Di kota ini, nama "Genuk" merujuk pada dua wilayah berbeda. Yang pertama adalah nama kecamatan di sisi timur laut Kota Semarang, sedangkan yang kedua adalah sebuah daerah di Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari, sekitar 500 meter dari Simpanglima.
Genuk yang terakhir ini sejatinya merupakan nama tiga gang di sekitar Jalan Sriwijaya; yakni Genuk Krajan, Genuk Karanglo, dan Genuk Perbalan. Ketiganya adalah kampung padat penduduk yang luas di lereng bukit dengan vibes ala favela Brasil, membuatnya seolah terpisah dari Kelurahan Tegalsari.
Seperti sudah saya katakan sebelumnya, kedua Genuk di Kota Semarang ini berjarak cukup jauh, sekitar 12-an kilometer atau 30 menit berkendara dengan kecepatan normal. Pertanyaannya, kenapa bisa ada dua wilayah berbeda dengan nama yang sama di kota tersebut?
Sejarah Kecamatan Genuk
Perlu kamu tahu, kedua Genuk di Semarang mempunyai sejarah penamaan yang berbeda, lo. Kecamatan Genuk yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa di bagian utara ini semula merupakan bagian dari Kabupaten Demak. Semarang baru mengadopsinya pada 1976.
Sebagaimana banyak wilayah lain di Demak, penamaan Genuk ini juga nggak lepas dari peran Sunan Kalijaga, ulama terkenal sekaligus anggota dewan Walisongo pada Zaman Kesultanan Demak.
Suatu hari, sosok yang hidup sekitar awal abad ke-16 itu akan membuat permukiman serta pesantren baru di sebuah wilayah tanpa nama. Dia kemudian menemukan gentong, penampung air untuk membasuh dan minum yang dalam bahasa Jawa juga disebut "genuk".
Saat wilayah yang berada di pesisir utara Jawa itu berdiri, konon Sunan Kalijaga terinspirasi dari gentong yang ditemukannya tersebut. Maka, dinamailah wilayah ini sebagai Genuk.
Sejarah Genuk di Tegalsari
Sementara itu, nama Genuk yang ada di Tegalsari disebut-sebut berasal dari nama seorang tokoh yang dimakamkan di belakang kawasan Wonderia, taman hiburan yang kini terbengkalai, sepelemparan batu dari Taman Budaya Raden Saleh. Namanya Mbah Genuk.
“Kalau menurut cerita yang diturunkan dari leluhur, Mbah Mintoloyo yang makamnya ada d kawasan Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) adalah yang membabat alas di kawasan ini sekaligus menjaga kondisi Sendang Panguripan agar tetap baik bersama dengan Mbah Genuk, Mbah Balal, dan Mbah Kliwon,” ucap salah seorang warga Genuk Krajan, Witha.
Sayangnya, layaknya sebagian besar warga Genuk Krajan, Genuk Perbalan, dan Genuk Karanglo lainnya, Witha nggak tahu pasti mengapa justru nama Mbah Genuk yang jadi inspirasi ketiga nama kampung tersebut, bukannya Mbah Mintoloyo.
Terkait Mbah Genuk dan Mbah Mintoloyo ini kita bahas kapan-kapan ya? Yang pasti, kini kamu sudah tahu kan kenapa ada dua nama Genuk di Kota Semarang. Kamu pernah punya pengalaman kesasar juga nggak, nih? (Arie Widodo/E10)