BerandaTradisinesia
Kamis, 6 Nov 2024 17:01

Merawat Sastra Lokal dengan Arsip dan Kritik

Menghadirkan para pencinta sastra dari Kudus dan sekitarnya, mereka mendiskusikan masa depan sastra lokal di Kampung Budaya Piji Wetan. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Melalui Bincang Skena Sastra, para pencinta seni dari Kudus, Pati, dan Jepara, ini mendiskusikan pentingnya arsip dan kritik sebagai upaya untuk merawat sastra lokal.

Inibaru.id – Arsip adalah bentuk penghormatan terhadap karya-karya yang pernah lahir dan tumbuh di tengah masyarakat. Hal ini dilontarkan Siwi Agustin, pegiat sastra asal Pati di tengah para pegiat sastra yang malam itu berkumpul di Kampung Budaya Piji Wetan, beberapa waktu lalu.

"Melalui arsip, kisah dalam teater, puisi, hingga prosa yang mencerminkan kehidupan masyarakat bisa dijaga agar tetap hidup di tengah ingatan kolektif," serunya menyaingi suara hujan yang turun cukup deras di kampung yang berlokasi di Desa Lau, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, tersebut.

Hari itu, Siwi dan para pegiat sastra dari Kudus, Pati, dan Jepara tengah berbincang hangat tentang arsip sastra yang diselenggarakan Kampung Budaya Piji Wetan dengan Phos Zine, dua komunitas yang dikenal sebagai penjaga denyut budaya lokal di sana.

“Arsip itu pusaka. Tanpa arsip, karya-karya yang pernah ada akan lenyap seperti debu terbawa angin,” lanjut Siwi yang segera disambut dengan tepuk tangan para peserta yang didominasi para penulis, kritikus, dan pencinta sastra ini.

Penjaga Ingatan

Pambacaan puisi di sela-sela diskusi di Kampung Budaya Piji Wetan. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Menyambung perkataan Siwi, Linda Natalia yang datang dari Jepara pun mengutarakan pendapatnya. Menurutnya, arsip juga menjadi penanda perubahan sosial dan budaya. Karya sastra merupakan cermin bagi generasi berikutnya, sedangkan arsip adalah penjaga ingatan.

“Arsip adalah harta yang kelak diharapkan bisa dirasakan anak cucu sebagai warisan kolektif,” ujarnya sebelum mulai bercerita tentang pengarsipan yang diterapkan di Jaladara, komunitas yang dia hidupi bersama kawan-kawannya.

Malam itu, rangkaian diskusi bertajuk Bincang Skena Sastra: Arsip, Kritik, dan Pertunjukan ini berlangsung interaktif. Selain arsip, topik lain yang juga seru untuk didiskusikan adalah kritik sastra. Salah seorang pemantik diskusinya adalah Afif K Sanjaya.

Lelaki asal Kudus tersebut mengatakan, fungsi dari kritik bukanlah semata menilai, tapi juga melihat karya dengan mata baru untuk memperdalam makna. Kritik yang sehat adalah hadiah berharga bagi penulis, karena memungkinkan mereka melihat karya dengan perspektif yang lebih luas.

“Kritik membantu kita untuk menggali lebih dalam, bukan hanya soal bagus atau tidak, tapi juga bagaimana karya itu berdialog dengan pembaca,” sahutnya diikuti senyum simpul.

Bermain dengan Kebisingan

Pementasan sehabis diskusi. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Selesai dengan diskusi sastra yang cukup mengerutkan kening, para peserta pun dihibur dengan sesi pertunjukan yang digawangi Adidun, Elang, dan Siwi. Berkolaborasi dengan Pimpimpo x Haymbun, mereka menyatukan puisi, gerak, dan musik dalam satu kesatuan penampilan.

Awal penampilan, musik noise dihadirkan Elang dkk. Iramanya tampak kacau. Namun, ketika ditampilkan bersama gerak dan lantunan puisi, ada harmoni yang membuat pertunjukan menjadi sinkron, bermakna, dan berterima di telinga maupun mata.

“Kami (sengaja) bermain dengan kebisingan, mengajak penonton melihat keindahan dari kekacauan,” tukas Adidun seusai pertunjukan. "Kami ingin menggugah perasaan penonton dan memecah batas interpretasi."

Malam itu, rangkaian Bincang Skena Sastra: Arsip, Kritik, dan Pertunjukan di Piji Wetan berlangsung lancar. Tujuan utama mereka, yakni menyatukan orang-orang yang peduli pada kekayaan sastra setempat juga berhasil. Setidaknya, selangkah maju untuk menjaga identitas lokal telah berhasil dilakukan. (Imam Khanafi/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: