BerandaTradisinesia
Rabu, 11 Apr 2023 18:00

Mengintip Langgar Al Yahya Semarang, Musala Mungil Bersejarah yang Berdiri Sejak 1815

Langgar Al Yahya di Kampung Gandekan, Semarang. (Kisahsemarangan.blogspot)

Ukurannya hanya 4 x 5 meter. Bentuknya juga sangat sederhana dengan arsitektur khas Jawa Kuno. Siapa sangka, Langgar Al Yahya di Kampung Gandekan ini kaya akan nilai sejarah.

Inibaru.id – Siapa sangka, Langgar Al Yahya yang ‘nyempil’ di Gang Kampung Gandekan, Kelurahan Jagalan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, kaya akan nilai sejarah. Musala kecil dengan bentuk yang sederhana ini ternyata sudah eksis sejak 1815. Bahkan, kabarnya material bangunannya masih asli sebagaimana saat langgar tersebut kali pertama dibangun.

Jika ditilik langsung, langgar dengan ukuran 4 x 5 meter ini memang terlihat berbeda dari bangunan-bangunan di perkampungan padat yang mengelilinginya. Atapnya mirip dengan Masjid Agung Demak yang berbentuk tajuk tumpuk tiga. Mustaka kecilnya juga nggak seperti mustaka masjid atau musala modern, melainkan masih memakai arsitektur Jawa Kuno. Lebih dari itu, di ujung genting, juga terdapat lisplang berukir yang terbuat dari bahan kayu.

Dindingnya terlihat lebih tebal dari bangunan-bangunan modern. Nggak hanya itu, tembok tersebut juga dibuat dengan teknik yang sangat unik, yaitu batu bata yang ditumpuk lalu diberi serbuk tanah liat kering agar merekat. Setelah itu, tumpukan bata ini ditutupi dengan plester pasir serta serbuk batu bata. Nggak ada satupun semen yang dilibatkan dalam pembuatan dinding tersebut.

Begitu memasuki bagian dalam langgar yang didominasi warna putih tersebut, kamu bisa melihat daun pintu dan daun jendela yang dicat dengan warna hijau. Keduanya dibuat dengan bahan kayu jati yang dikenal awet. Plafon bagian dalamnya juga dibuat dari bahan yang sama, tapi dicat dengan warna cokelat muda.

Siapa Pendiri Langgar Al Yahya?

Langgar Al Yahya didirikan pada 1815. (Kebudayaan.kemdikbud.go.id/Ade Dani)

Mengingat bentuknya yang sangat unik, jadi penasaran ya, Millens, siapa yang mendirikan langgar tersebut. Kalau menurut pengurus langgar tersebut, Sugito, yang mendirikan adalah seorang saudagar lokal bernama Tasripin.

“Langgar ini adalah wakaf dari Pak Tasripin, Beliau saat itu dikenal punya banyak rumah, toko, dan bisnis perdagangan kulit hasil bumi, dan lain-lain. Makanya di sini juga ada Kampung Kulitan. Nah, musala ini dibuat untuk para pekerja yang butuh tempat salat. Sebelum jadi Al Yahya, dulu namanya Musala Al Mutaqien.” ungkap Sugito sebagaimana dilansir dari TVonenews, Mingu (9/4/2023).

Meski bentuknya sederhana dan nggak semegah masjid-masjid lain yang lokasinya nggak jauh, nyatanya Langgar Al Yahya tetap berfungsi dengan baik. Salat lima waktu, pengajian, dan salat tarawih saat Ramadan masih dilakukan di sana.

Warga sekitar yang peduli dengan bangunan bersejarah ini juga masih rajin memberikan infaq. Lewat dana infaq inilah, perawatan bangunan langgar tetap bisa dilakukan.

“Di sini memang masih mengandalkan amal dari warga maupun yang datang ke musala dan memberi lewat kotak amal atau donator langsung. Kami berusaha semampunya merawat langgar bersejarah ini,” tegas Sugito.

Semoga saja bangunan Langgar Al Yahya yang bersejarah ini juga mendapatkan perhatian pemerintah sehingga tetap bisa kokoh, ya, Millens. (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024

Sepenting Apa AI dan Coding hingga Dijadikan Mata Pelajaran di SD dan SMP?

12 Nov 2024

Berkunjung ke Dukuh Kalitekuk, Sentra Penghasil Kerupuk Tayamum

12 Nov 2024

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024

Lindungi Anak dari Judol, Meutya Hafid: Pengawasan Ibu Sangat Diperlukan

13 Nov 2024

Diusulkan Jadi Menu Makan Sehat Gratis, Bagaimana Nutrisi Ikan Sarden?

14 Nov 2024

Mencicipi Tahu Kupat Bu Endang Pluneng yang Melegenda Sejak 1985

14 Nov 2024

PP Penghapusan Utang: Beban Utang Nelayan Rp4,1 Miliar di Batang Dihapus

14 Nov 2024

Tanda Kiamat Semakin Bertambah; Sungai Eufrat Mengering!

14 Nov 2024

Sah! Nggak Boleh Ada Pembagian Bansos dari APBD Jelang Coblosan Pilkada

14 Nov 2024

Pesan Sekda Jateng saat Lantik 262 Pejabat Fungsional: Jangan Anti-Kritik!

14 Nov 2024