Inibaru.id – Kebanyakan masjid di Indonesia memiliki halaman utama yang menghadap ke timur. Hal ini membuat jemaah bisa dengan mudah melihat arah kiblat begitu akan beribadah. Tapi, hal ini nggak berlaku bagi Masjid Ciptomulyo Pengging yang ada di Boyolali, Jawa Tengah. Soalnya, masjid ini justru memiliki halaman depan yang menghadap ke tenggara.
Karena posisi halaman depannya yang nggak biasa, posisi kiblat di masjid ini pun berbeda dari masjid-masjid pada umumnya yang biasanya sedikit serong ke kanan. Di masjid ini, arah kiblatnya justru serong ke kiri. Hal ini dibenarkan oleh sesepuh masjid Achmadi.
“Arah kiblatnya memang sudah begini sejak saya kecil, serong ke kiri. Kelihatannya masjid menghadap tenggara. Kalau orang nggak cermat, kiblatnya kesannya menghadap ke selatan,” ucapnya sebagaimana dikutip dari Radar Solo, Kamis (9/4/2022).
Karena arah kiblatnya yang unik ini pula, Kementerian Agama Kantor Wilayah Jawa Tengah memutuskan untuk memasang plakat penunjuk arah kiblat di lantai serambi depan. Tujuan pemasangan plakat berbahan kuningan tersebut tentu agar jemaah yang pengin beribadah nggak kebingungan.
Sudah Berusia Lebih dari Seabad
Nggak hanya pemilihan arah hadap bangunan yang unik, Masjid yang bisa kamu temui di kompleks wisata religi Pengging, Banyudono tersebut juga punya sejarah panjang. Masjid ini sudah eksis sejak 1905 lalu dan dibangun oleh Raja Keraton Surakarta, Paku Buwono X.
“Pendirinya Paku Buwono X, Raja Keraton Surakarta. Beliau pula yang memberikan namanya. Artinya adalah agar kehidupan kita sebagai manusia lebih mulia” lanjut Achmadi sebagaimana dikutip dari Detik, Kamis (9/5/2019).
Meski sudah tua dan telah beberapa kali direnovasi, bentuk Masjid Ciptomulyo masih sama dengan saat kali pertama dibangun. Tiang dan usuk yang terbuat dari kayu jati juga masih asli. Bahkan, prasasti kayu dengan aksara Jawa yang menunjukkan waktu pendirian masjid tersebut masih sama.
Peninggalan lain dari Paku Buwono X yang masih bisa dipakai di masjid tersebut adalah bedug dan kentongan. Bedug tersebut masih dibunyikan setiap kali waktu azan salat wajib tiba. Sementara itu, kentongan hanya dibunyikan pada saat waktu salat Subuh dan Maghrib saja.
O ya, kalau kamu menilik bentuk atap dari masjid ini, ada kesan Eropa yang kuat. Apalagi, mustaka dengan penanda arah anginnya juga cenderung lebih mirip dengan atap gereja daripada mustaka masjid khas Jawa. Keunikan ini disebabkan oleh keterlibatan salah satu arsitek Keraton Surakarta dari Eropa, Rademaker dalam proses pembangunannya.
Unik banget ya Masjid Ciptomulyo Pengging ini. Kapan nih kita mengunjunginya, Millens? (Arie Widodo/E05)