BerandaTradisinesia
Jumat, 13 Jun 2024 17:00

Mengenang ESTO, PO Bus di Salatiga yang Hadir Sejak Zaman Hindia Belanda

Bus ESTO di zaman Hindia Belanda. (Salatiga.go.id)

Bus ESTO yang sempat beredar selama puluhan tahun di Salatiga adalah PO bus pertama di Nusantara. Seperti apa ya sejarahnya?

Inibaru.id – DAMRI dikenal sebagai perusahaan bus yang hadir di Indonesia sejak 25 November 1946. Tapi, bukan berarti DAMRI adalah perusahaan bus pertama yang hadir di Nusantara. Pasalnya, ada sebuah perusahaan otobus yang sudah eksis pada zaman Hindia Belanda. ESTO namanya.

Pada awal 1900-an, Hindia Belanda sudah mengenal transportasi berbasis rel seperti kereta atau trem. Tapi, untuk transportasi jalan, masyarakat Nusantara kala itu lebih banyak memakai pedati, dokar, serta becak. Tapi, semua itu berubah berkat ide pengusaha Kudus keturunan Tionghoa bernama Kwa Tjwan In.

Dia membuat perusaahaan bernama Autoverhuurder yang bergerak di bidang persewaan mobil kecil. Kliennya adalah orang-orang Belanda atau pengusaha kelas kakap berduit yang membutuhkan transportasi yang lebih cepat den efisien. Asal kamu tahu saja, kala itu mobil dikenal sebagai barang yang sangat mewah, Millens.

Setelah sukses dengan Autoverhuurder, Kwa Tjwan In menelurkan inovasi baru bernama Eerste Salatigasche Transport Onderneming (ESTO). Tapi, yang satu ini nggak menyewakan mobil, melainkan menyediakan bus yang bisa dipakai warga di Salatiga dan sekitarnya. Bisa dikatakan, ESTO jadi perusahaan otobus (PO) pertama di Nusantara karena sudah beroperasi sejak 1923.

Meski begitu, pada awal-awal kemunculannya, ESTO harus beroperasi dengan mematuhi aturan rasis dari Hindia Belanda, yaitu memisahkan warga pribumi dengan warga Belanda di dalam bus. Padahal, bus yang mereka operasikan hanya mampu memuat 16 sampai 18 orang, termasuk kru.

Pada bagian depan, seorang sopir dan seorang penumpang yang duduk di sampingnya. Pada bagian tengah, disediakan kursi nyaman menghadap ke depan yang berkapasitas 6 orang dan hanya diperuntukkan bagi orang Belanda. Sisanya, di bagian belakang, disediakan kursi rotan yang memanjang untuk kaum pribumi. Di bagian belakang ini pula, ada seorang kondektur yang membantu mengurus para penumpang.

Bus ESTO terus beroperasi hingga 2018. (Suara Merdeka Surabaya)

Meski begitu, bangsa Eropa juga harus membayar lebih mahal karena ditempatkan di kursi kelas atas. Mereka perlu membayar 20 sen sekali jalan, dua kali lipat dari tarif yang dikenakan ke bangsa pribumi yaitu 10 sen.

Kala itu, bus yang dioperasikan ESTO adalah bus dengan sasis Chevrolet dan Ford. Kedua jenama ini berasal dari Amerika Serikat. Yang pasti, bentuk busnya sangat berbeda dengan bus-bus modern pada masa kini.

Setelah Indonesia merdeka, ESTO terus mempertahankan operasional busnya sampai 2016. Hal ini diamini oleh salah seorang warga Semarang bernama Tri yang dulu bersekolah di Salatiga.

"Jujur, nggak nyangka kalau bus ESTO sudah beroperasi sejak zaman Belanda. Dulu itu bus andalan saya pas SMA di Salatiga," ucapnya, Rabu (12/6/2024).

Kini, meski nggak lagi beroperasi, ESTO bakal tetap dikenang sebagi PO bus pertama di Nusantara. Keren banget ya sejarah PO bus ini, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024