BerandaTradisinesia
Selasa, 9 Mei 2022 17:00

Mantra Seorang Pedalang Jadi Penentu Sebuah Pertunjukan Wayang

Dalang sang sutradara dalam pertunjukan wayang. (Rove.me)

Ternyata sebelum menyelenggarakan pertunjukan wayang, ada tradisi pengucapan mantra yang dilakukan para dalang, lo. Mantra ini diyakini menjadi penentu keberhasilan sebuah pertunjukan wayang.

Inibaru.id - Seorang dalang menjadi pelaku utama dalam sebuah pertunjukan wayang. Bisa dibilang dialah penentu kesuksesan pertunjukan klasik ini. Dia bertanggung jawab atas jalannya seluruh pertunjukan, menjadi aktor yang memerankan dan memainkan seluruh tokoh wayang, penata musik yang mengatur gending, narator, penyanyi, dan lain-lain.

Yang menarik, selain bertanggung jawab atas hal-hal yang kasat mata tadi, dalang juga bertanggung jawab terhadap gangguan yang nggak kasat mata. Mungkin nggak banyak yang tahu kalau dalang memiliki mantra-mantra khusus yang perlu dilantunkan selama masa persiapan hingga saat pertunjukan akan dimulai.

Katanya, mantra diyakini mampu memberikan dan mengangkat kualitas pertunjukan menjadi lebih maksimal. Nggak hanya itu, bagi dalang, mantra digunakan sebagai penjaga diri. Mantra diyakini selalu bisa melindungi keselamatan dalang beserta anggotanya dari segala ancaman baik yang datang dari manusia maupun yang datang dari makhluk-makhluk astral.

Sebelum melaksanakan pertunjukan wayang, setidaknya ada lima macam mantra yang dilantunkan oleh dalang dalam pertunjukan wayang. Yuk simak!

Mantra Pertama

Mantra ini diucapkan di rumah saat akan pertunjukan dan akan diulangi lagi saat dalang tiba di tempat pertunjukan. Bunyi mantra tadi kurang lebih seperti ini

“Om awignan astu sing lelembut pedhanyangan sira kang kekiter kang semara bumi, bujang babo bebuyutan.

Allah rewang-rewangana aku, katekana sasedyaku, katurutna sakarepku. Marang aku teka dhemen, teka asih, asih saking kersane Allah, ya hu Allah, ya hu Allah, ya hu Allah”.

Mantra Kedua

Setelah mengucap mantra pertama, dalang berjalan menuju rumah yang mempunyai hajat pertunjukan wayang. Saat dalang mengambil tempat duduknya, dia akan mengucapkan mantra yang kedua

“Sang Nagabumi sirahing bumi ya hu dhayang ing kene, rewang-rewangana aku. Aja pati-pati padha bubar sing padha bubar sing padha nonton yen durung wis nggonku dhalang”.

Mantra ini ditunjukan untuk penonton yang sudah bersiap supaya tenang dan terpukau sehingga nggak beranjak dari tempatnya sampai pagelaran wayang usai.

Mantra ketiga dan keempat

Mantra ketiga dan keempat diucapkan berurutan:

“Hong Sang Hyang Suksma Purba Jatining Tunggal. Sang Hyang Nurcahyo urubing damar mrabawani sabuwana. Teka kadep teka lerep, teka welas, teko asih, wong saturab padha ndedulu marang badan sariraku”

“Gunung-gunung lungguhku

Petak lindhu prabawaku”

Gunungan menjadi simbol babak baru dalam pertunjukan wayang. (Regional Kompas)

Mantra kelima

Kemudian dalang akan mencabut Gunungan atau Kayon. Ujung Gunungan dipijat dengan tangan kiri. Tangan kanan memegang gapit Gunungan. Lalu dalang akan mengucapkan mantra terakhir.

“Humangungkung awakku kadya gunung, kul, kul dhingkul, rep rep sirep wong sabuwana teka kedep, teka lerep, teka welas asih, asih saking kersana Allah”.

Oh ya, biasanya pertunjukan wayang terbagi menjadi tiga bagian struktur cerita. Bagian pertama berlangsung sekitar pukul 21.00 – 24.00 yang akan berjalan lambat karena berisikan deskripsi dan eksposisi tentang berbagai hal. Bagian kedua berlangsung pukul 00.00 – 03.00 berjalan lebih cepat karena menceritakan konflik yang semakin intens.

Bagian terakhir dimulai pukul 03.00 – 05.00 berjalan cepat dan merupakan tahap klimaks.

Wah, menarik ya? Eh, di daerahmu masih ada pertunjukan wayang, Millens? (His, Kem/IB32/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024