Inibaru.id – Kegagalan sebuah pernikahan terkadang bukan karena ketidakcocokan calon mempelai perempuan dan lelaki. Tradisi masyarakat nggak jarang membuat pernikahan dilarang digelar. Misalnya, mitos lusan yang masih dipercaya oleh masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah.
Lusan merupakan akronim dari telu (tiga) dan kapisan (pertama). Nah, dalam mitos yang sudah berlangsung turun-temurun ini, anak ketiga dilarang menikah dengan anak pertama. Konon, kalau larangan tersebut dilanggar, istri-suami itu bakal nggak akur dan bisa berujung pada perceraian.
Di sejumlah wilayah, masyarakat setempat bahkan memercayai “ancaman” kematian juga bakal menimpa keluarga besar mereka. Hm, tampak menakutkan, bukan? Kendati belum bisa dipastikan kebenarannya, inilah yang membuat banyak orang menentang pernikahan lusan.
Alasan Logis Larangan Lusan
Lalu, adakah alasan masuk akal yang mendasari larangan pernikahan lusan ini? Yang paling logis adalah karakter yang sangat berbeda antara anak pertama dengan anak ketiga, apalagi jika anak bungsu.
Anak sulung biasanya cenderung bersikap lebih dewasa, mandiri, dan jadi patokan. Sebaliknya, anak ketiga biasanya mempunyai karakter kebalikannya, misalnya lebih manja dan sulit diatur. Nah, sebagian orang Jawa meyakini karakter yang kontradiktif ini sebaiknya jangan disatukan.
Meski pertengkaran dalam sebuah hubungan memang acap terjadi, perseteruan karena perbedaan karakter sebaiknya dihindari karena bisa menyebabkan konflik hebat bila diteruskan. Konflik ini juga berpotensi menimbulkan masalah terus-menerus.
Masalah Finansial
Pernikahan pasangan lusan juga diyakini bakal berdampak pada sulitnya mendapatkan rezeki yang lambat laun akan menimpulkan masalah finansial. Padahal, sudah jadi rahasia umum jika masalah finansial bisa berujung pada pertengkaran rumah tangga, Millens.
Perseteruan yang nggak pernah selesai membuat kedua istri-suami menyimpan dendam yang bisa meledak kapan saja. Secara emosi, konflik juga membuat orang kesulitan berpikir logis, yang tentu saja bakal menghambat seseorang dalam mencari nafkah secara maksimal.
Terus, terkait kematian, masyarakat Jawa percaya bahwa pernikahan lusan akan membuat salah satu pihak meninggal cepat. Bahkan, yang terburuk adalah kemungkinan orang tua mereka ada yang meninggal.
Apa Solusinya?
Larangan lusan bagi sebagian masyarakat Jawa, khususnya bagi orang tua yang masih menjunjung tinggi tradisi biasanya nggak boleh dilanggar. Namun demikian, saat ini nggak sedikit orang yang mulai meninggalkan mitos tersebut.
Lantas, bagaimana jika pasangan muda terhambat kepercayaan ini? Apakah harus membatalkan pernikahan hanya karena orang tua percaya dengan mitos lusan? Nggak harus sampai segitunya kok.
Satu hal yang bisa kamu lakukan adalah mempersiapkan diri agar kemungkinan buruk itu nggak terjadi. Caranya? Kenali karakter calon partner hidupmu dengan melakukan banyak diskusi, kesepakatan, dan kompromi. Untuk berkomitmen sehidup semati, kesamaan visi adalah harga mati.
Selain itu, persiapkan diri dan pasangan untuk menghadapi kemungkinan apapun, termasuk yang terburuk dengan saling mengenal. Persiapkan juga sejumlah variasi rencana masa depan sehingga andai ada masalah datang, kamu dan pasangan punya alternatif atau solusi, Millens.
Oya, kamu termasuk percaya dengan mitos lusan pada tradisi pernikahan Jawa ini nggak, Millens? (Kharisma Ghana Tawakal/E03/E07)