Perasaan iri dan dengki adalah bagian alami dari emosi manusia. Melihat orang lain lebih maju atau memiliki pencapaian yang lebih besar sering kali memunculkan perasaan kurang nyaman dalam diri kita. Ini adalah respons yang wajar, karena manusia cenderung membandingkan diri dengan orang lain.

Namun, yang membedakan adalah bagaimana kita mengelola perasaan tersebut. Iri yang terkelola dengan baik bisa menjadi motivasi untuk berkembang, sementara iri yang dibiarkan berlarut-larut dapat berubah menjadi dengki, yaitu keinginan agar orang lain kehilangan apa yang mereka miliki.

Bahaya Jika Iri dan Dengki Nggak Dikendalikan

Jika rasa iri dibiarkan tumbuh menjadi kebencian, hal ini bisa membawa dampak negatif, seperti:

- Menurunkan rasa percaya diri– Terlalu fokus pada keberhasilan orang lain membuat kita lupa menghargai pencapaian sendiri.

- Memicu tindakan negatif – Dengki bisa membuat seseorang menyusun rencana buruk, seperti menyebarkan fitnah, merendahkan orang lain, atau bahkan berusaha menjatuhkan mereka.

- Merusak hubungan sosial – Perasaan iri dan dengki yang nggak terkendali bisa merusak hubungan dengan teman, saudara, atau kolega karena munculnya sikap permusuhan.

Agar nggak terjebak dalam siklus iri dan dengki yang merusak, berikut beberapa cara untuk mengelolanya:

1. Sadari Bahwa Setiap Orang Punya Perjalanan Masing-Masing – Kesuksesan seseorang bukan berarti kegagalan bagi kita. Setiap orang memiliki jalannya sendiri dan waktunya masing-masing.

2. Fokus pada Diri Sendiri – Daripada sibuk membandingkan diri dengan orang lain, lebih baik fokus pada peningkatan diri dan pencapaian pribadi.

3. Bersyukur atas Apa yang Dimiliki – Menghargai apa yang telah kita capai dapat membantu mengurangi rasa iri dan membuat kita lebih bahagia.

4. Gunakan sebagai Motivasi – Alih-alih merasa terpuruk, gunakan keberhasilan orang lain sebagai dorongan untuk bekerja lebih keras dan mencapai tujuan sendiri.

5. Jaga Lingkungan Pertemanan yang Positif – Berada di lingkungan yang mendukung dan saling memotivasi dapat membantu kita tetap berpikir positif.

Iri dan dengki saat reuni adalah perasaan yang wajar, tetapi harus dikendalikan agar tidak berubah menjadi kebencian yang merusak. Alih-alih terjebak dalam perasaan negatif, kita bisa menjadikannya sebagai motivasi untuk berkembang dan fokus pada kebahagiaan diri sendiri. 

Lebaran dan reuni seharusnya menjadi momen penuh kebersamaan, bukan ajang untuk menumbuhkan persaingan yang nggak sehat. Hm, semoga acara kumpul-kumpulmu tetap menyenangkan sehingga menjadi acara tahunan yang dirindukan ya, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Lebaran nggak hanya menjadi momen silaturahmi, tetapi juga ajang reuni, baik di kalangan alumni sekolah maupun keluarga besar. Saat bertemu dengan banyak orang dari berbagai latar belakang, perasaan campur aduk bisa muncul.

Salah satunya adalah iri dan dengki ketika melihat teman atau saudara yang terlihat lebih sukses atau memiliki kehidupan yang lebih baik.

Iri dan dengki adalah perasaan manusiawi, tetapi jika dibiarkan, bisa berubah menjadi kebencian yang merusak. Bagaimana cara mengelolanya agar tetap positif?

Iri dan Dengki, Perasaan Manusiawi yang Harus Dikendalikan

Berdasarkan penelitian yang dipimpin
oleh Profesor Qinghua Guo dari Institute of Remote Sensing and Geographic
Information System dari Peking University ini, Tiongkok mempunyai pohon
sebanyak 142,6 miliar. Artinya, dengan jumlah penduduk mencapai 1 miliar orang, tiap orang di sana punya 100 pohon.

Oya, penelitian ini dilakukan untuk mengecek kondisi ekosistem
hutan di Tiongkok guna memperkirakan jumlah karbon yang nantinya diserap
oleh pohon-pohon tersebut. Perkiraan inilah yang bisa jadi patokan
Tiongkok untuk merespons perubahan iklim serta memulihkan ekosistem berkelanjutan.

“Kami juga diminta untuk membuat
peta yang detail terkait dengan distribusi pohon di Tiongkok. Bisa dikatakan,
ini adalah untuk kali pertama pemetaan kepadatan pohon di Tiongkok dilakukan,”
ujar Guo sebagaimana dinukil dari Live Science.

Lantas, bagaimana cara mereka
menghitung pohon di wilayah sebanyak ini? Selain memakai teknik Lidar360 atau pemetaan berbasis laser yang menggunakan cahaya serta pengukuran jarak, para peneliti juga memakai pesawat nirawak sejak 2015 untuk mengkover wilayah yang luas di Tiongkok.

Dari data itulah, jumlah pohon bisa
diperkirakan, lengkap dengan pemetaan lokasi di mana pohon-pohon tersebut terkumpul. Hasil dari penelitian ini kemudian dipublikasikan pada 6 Februari 2025
lalu di laman jurnal internasional Tiongkok,&nbsp;Science Bulletin.

“Meski sudah memakai Lidar360, kami
masih mengalami masalah dalam akurasi jumlah pohon karena di hutan yang padat
dan rapat, terkadang ada pohon-pohon kecil yang nggak bisa kita lihat karena
tertutup pohon yang lebih tinggi,” terang Guo mengakui kelemahan dari
penelitiannya.

Hasil penelitian ini
diharapkan bakal semakin mendukung program Great Green Wall yang dicanangkan
pemerintah Tiongkok sejak 1978 lalu. Program ini dibuat demi meningkatkan
jumlah pohon di negara tersebut. Targetnya, bakal ada 100 miliar pohon di Great Green Wall tersebut pada 2050.

Kalau di Indonesia, selain merespons perubahan iklim, pemetaan pohon ini mungkin bisa menjadi upaya untuk menyikapi maraknya pembalakan liar dan alih fungsi hutan juga, ya?&nbsp;(Arie
Widodo/E10)

Inibaru.id – Menghitung jumlah pohon di sebuah kawasan sudah sulit, apalagi di sebuah negara? Terlebih, negara itu adalah Tiongkok yang memiliki wilayah terluas ketiga dunia dengan total&nbsp;9.326.410 kilometer persegi.

Sedikit informasi, daratan Tiongkok berukuran empat kali lipat dari luas wilayah Indonesia. Mengukur pepohonan yang tumbuh di atasnya tentu menjadi pekerjaan yang sulit.&nbsp;Namun, hal ini rupanya benar-benar bisa dilakukan oleh
ilmuwan dari negeri yang menjadi tanah kelahiran panda tersebut.

Sudah dilaporkan dalam bentuk jurnal, penelitian yang dilakukan ilmuan Tiongkok dalam upaya merespons perubahan iklim ini fokus menghitung jumlah pohon untuk memetakan serapan karbon di negaranya.

Respons Perubahan Iklim, Ilmuwan Berhasil Hitung Jumlah Pohon di Tiongkok

Iris yang diperankan oleh Sophie Tatcher&nbsp;diciptakan untuk menjadi pendamping bagi orang yang belum memiliki pasangan. Iris dibekali dengan memori yang
membuatnya seakan-akan punya kenangan, misalnya tentang pertemuannya dengan Josh (Jack Quaid) yang dia dampingi.

Iris yang nggak mengetahui jati dirinya sebagai robot kemudian dimodifikasi Josh untuk membunuh Sergei. Sergei adalah teman Josh. Dia dihabisi agar Josh bisa menguasai uang tabungannya sebesar 12
juta dollar. 

Begitu Sergei berhasil dieksekusi, barulah Josh mengatakan bahwa Iris sejatinya bukanlah manusia, melainkan sebuah
robot. Dia adalah&nbsp;robot "companion", yang dibuat sebagai pendamping manusia, dalam hal ini adalah Josh.

Iris yang jatuh cinta pada Josh tentu saja merasa
dikhianati. Terlebih, terkuak fakta bahwa nantinya Iris akan dijadikan sebagai kambing hitam atas kematian Sergei. Josh berencana melaporkan tindakan Iris
sebagai sebuah "kesalahan program" agar kematian itu nggak dicurigai pihak berwajib.

Dengan segala keterbatasan, termasuk kemungkinan
dimatikan tiba-tiba oleh alat pengendali yang dimiliki Josh, Iris berniat kabur agar
nggak dijadikan kambing hitam. Nah, perjuangan Iris melawan kesewenangan Josh
inilah yang jadi inti cerita dari film tersebut.

Lantas, apakah Iris pada akhirnya bisa terbebas dari semua
masalah ini? Kalau soal ini, kamu harus nonton sendiri ya untuk mengetahuinya.
Yang pasti, film berdurasi 97 menit ini nggak akan bikin kamu bosan karena plotnya cukup menarik.

Inilah yang membuat rating Companion di situs Rotten Tomatoes
cukup tinggi, yaitu 94 persen. Bisa dikatakan, film ini memang disukai banyak
orang.

Buat kamu yang butuh hiburan selama libur Lebaran ini, nggak
ada salahnya menonton film Companion. Selamat menikmati!&nbsp;(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Sudah ada beberapa film yang menunjukkan
tentang konflik antara manusia dan robot. Di Ex Machina (2014), misalnya,
sebuah robot melakukan aksi tipu daya ke manusia agar terbebas dari laboratorium
yang jadi lokasi pembuatannya.

Nah, pada film Companion yang dirilis pada
31 Januari 2025 lalu, situasi yang terjadi justru sebaliknya, yakni tentang sesosok robot yang dikhianati manusia. Saat ini, film besutan Drew
Hancock itu bisa kamu tonton di layanan streaming berbayar Apple TV.

Sebagaimana Ex Machina, robot dalam Companion juga berwujud dan berperilaku laiknya perempuan. Bedanya, Iris yang merupakan nama robot dalam Companion nggak menyadari bahwa dirinya adalah seorang robot.

Film Companion sebenarnya punya plot yang sederhana, yaitu konflik antara manusia dan robot. Tapi, kesederhanaan ini dikemas dengan cerita yang membuatnya seru.

Memahami Perasaan Robot yang Dikhianati Manusia dalam Film 'Companion'

Berdasarkan sejarah, roti jala merupakan adaptasi dari
kuliner India yang dikenal sebagai roti prata, Millens. Menurut Suarausu
(15/7/2022), dulu, para pedagang India yang datang ke wilayah Melayu nggak
hanya membawa barang dagangan, tapi juga budaya dan kuliner mereka.

Budaya dan
makanan inilah yang kemudian diadaptasi oleh masyarakat setempat, termasuk roti jala.
Jika diamati, pengaruh budaya India ini sangat kentara yaitu
penggunaan kari sebagai pendamping roti jala.

Dinamakan "roti jala" karena bentuknya yang
menyerupai jala atau jaring nelayan. Melansir Goodnewsfromindonesia
(10/3/2025), hal ini diilhami dari pekerjaan mayoritas masyarakat Melayu di
daerah pesisir kala itu.

Sementara itu, warna kuning pada roti jala menggambarkan
warna jala yang digunakan oleh nelayan di sungai Johor pada masa lalu, yang terbuat
dari benang berwarna kuning atau jingga. 

Di negeri asalnya, India, roti jala (roti prata) bercita rasa
asin. Namun, kebanyakan yang dijual di Indonesia memiliki rasa manis karena
disuguhkan bersama saus kinca. Itu sebabnya, roti jala sangat pas dijadikan
menu takjil.

Kalau tertarik mencobanya, kamu nggak harus beli kok Kamu
bisa membuatnya sendiri di rumah dengan bahan yang sederhana.

Roti jala terbuat dari campuran tepung terigu, telur,
santan, dan sedikit garam. Adonan ini kemudian dibentuk sehingga menyerupai pola jala atau jaring tipis. Setelah matang, roti jala
biasanya disajikan dengan kuah kari kental yang gurih atau saus kinca yang
manis.

Dengan sejarah yang kaya dan makna budaya yang dalam, roti
jala nggak hanya menjadi hidangan lezat tetapi juga simbol identitas dan
warisan kuliner masyarakat Melayu. Apa kamu juga suka makan roti jala, Millens?
Pilih rasa gurih atau manis nih? (Siti Zumrokhatun/E10)

Inibaru.id – Salah satu makanan yang banyak ditemukan
ketika Ramadan adalah Roti Jala. Roti jala adalah makanan khas masyarakat
Melayu yang populer di wilayah seperti Johor, Semenanjung Malaysia, Sumatra
Utara, dan Kepulauan Riau.

Hidangan ini biasanya disajikan bersama kuah kari, seperti
kari ayam atau kambing, dan sering ditemukan saat acara-acara istimewa atau
perayaan tertentu.

Hidangan ini nggak hanya lezat tetapi juga mencerminkan kehidupan masyarakat pesisir yang erat kaitannya dengan laut. Biasanya disajikan dengan kuah kari, roti jala menjadi bagian penting dari tradisi kuliner di Malaysia, Sumatera Utara, dan Kepulauan Riau.

Roti Jala: Warisan Kuliner yang Mencerminkan Kehidupan Nelayan Melayu

“Bahkan jika dibandingkan Kamis biasanya, di luar Ruwah atau
jelang Lebaran, harga mawar bisa lebih dari Rp50 ribu. Ini agak mengherankan
karena pada Kamis (20/3) lalu juga mawar hanya laku Rp10 ribu per keranjang.
Padahal, biasanya permintaan mawar meningkat untuk keperluan nyekar di
Kamis sore,” keluh Umi, salah seorang petani mawar dari Sumowono, Kabupaten
Semarang.

Layaknya kebanyakan petani di daerah tempat tinggalnya, Umi
sudah melakukan pruning dan perawatan lainnya terhadap mawar di ladangnya agar bisa mekar
maksimal sejak seminggu jelang Lebaran. Alasannya, tentu saja karena pada momen
tersebut, harga jual mawar petik bisa meningkat berkali-kali lipat dari
biasanya.

Jelang Lebaran tahun lalu, misalnya, perempuan yang bisa
membawa 7-8 keranjang mawar setiap kali menjualnya di Pasar Bunga Bandungan
bisa mendapatkan harga Rp100 ribu – Rp200 ribu per keranjang. Saking banyaknya
mawar yang mekar di ladangnya, dia bahkan bisa panen 2-3 kali dalam sehari.
Makanya, keuntungan yang dia dapatkan jelang Lebaran 2024 lalu menembus jutaan rupiah.

“Keuntungan menjual mawar ini seperti THR buat kami untuk
keperluan belanja Lebaran. Makanya, kami heran kok pada tahun ini harganya
nggak sebagus tahun lalu,” ungkap adik Umi yang membawa 6 keranjang mawar,
Khoiriyah.

Keduanya kemudian berasumsi kalau pasokan mawar pada tahun
ini jauh lebih melimpah dari sebelumnya. Hukum ekonomi kemudian berlaku, jika
pasokan barang berlebih namun permintaan sama, tentu saja harga barangnya akan
turun.

“Tahun kemarin banyak mawar yang lomot alias gagal
mekar. Mungkin karena hal itu jadi harganya tinggi. Kalau sekarang, hampir
semua orang berhasil menjadikan mawarnya mekar semua,” ungkap keduanya diamini
tetangga lainnya yang hanya mendapatkan uang Rp310 ribu untuk 7 keranjang
mawar, Yani.

Meski begitu, karena mereka juga mampu memanen banyak mawar,
setidaknya mampu mengumpulkan sejumlah uang untuk keperluan belanja Lebaran.
Makanya, meski harganya nggak sebagus tahun lalu, para petani dari Sumowono tersebut
tetap bersyukur.

Apalagi, masih ada 3 hari tersisa jelang Lebaran. Mereka
berharap ada pengepul bunga dari daerah lain yang akan berdatangan ke Pasar
Bunga Bandungan. Semakin banyak pengepul yang berdatangan, harapannya bakal bikin
permintaan meningkat dan berimbas pada harga mawar jauh lebih mahal dari harga sekarang.

Semoga saja harapan tentang harga mawar ini beneran kejadian
ya, Millens. Jadi, para petani ini bisa berlebaran dengan senyum secantik
mawar yang mereka rawat selama ini. (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Harapan warga Bandungan dan Sumowono
mendapatkan harga jual mawar petik yang mahal pada Kamis (27/3/2025) pagi,
pupus. Meski banyak orang sudah berdatangan ke Pasar Bunga Bandungan sejak
pukul 04.30 WIB, harga mawar yang kebanyakan dipanen sejak pukul 02.00 WIB
tersebut nggak pernah menembus Rp50 ribu per keranjang.

Padahal, hari ini sudah H-4 Lebaran. Pada tahun-tahun
sebelumnya, sejak H-5 Lebaran, harga mawar petik sudah berangsur naik dan
biasanya mulai menyentuh angka Rp70 ribuan – Rp100 ribuan per keranjang. Warga
yang mengharapkan keuntungan dari penjualan mawar untuk bisa membeli banyak
keperluan Lebaran pun mulai resah.

Hingga H-4 Lebaran, harga mawar dari tangan petani yang dijual di Pasar Bunga Bandungan hanya laku kurang dari Rp50 ribu per keranjang. Padahal, pada masa yang sama Lebaran 2024, harganya bisa jauh lebih mahal. Apa penyebabnya?

Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap Alhamdulillah

Usia muda umumnya belum memberikan kesempatan bagi seseorang untuk mengenali diri sendiri secara mendalam. Ketidakstabilan emosi, ketidakmampuan menghadapi konflik dengan bijak, serta kurangnya pengalaman dalam mengelola hubungan jangka panjang sering kali menjadi penyebab utama permasalahan dalam pernikahan. 

Pasangan muda mungkin belum memiliki kematangan emosional untuk menghadapi stres dan masalah yang muncul di dalam pernikahan.

Ketika menikah di usia muda, banyak pasangan belum sepenuhnya mengembangkan prioritas hidup yang stabil. Seiring berjalannya waktu, prioritas bisa berubah—baik dalam karier, pendidikan, atau pencapaian pribadi. Ketidaksesuaian antara harapan awal dan realitas kehidupan setelah menikah dapat menimbulkan ketidakpuasan, yang sering kali berujung pada perceraian.

Keuangan adalah salah satu tantangan besar dalam pernikahan, terutama bagi pasangan muda yang belum mapan secara finansial. Beban keuangan bisa datang dari berbagai sisi, seperti biaya hidup sehari-hari, pendidikan, atau perencanaan masa depan. Ketidakmampuan mengelola keuangan bersama dapat menimbulkan ketegangan dalam hubungan, yang memperbesar risiko perceraian.

4. Kurangnya Pengalaman dan Keterampilan Komunikasi

Pasangan yang menikah di usia muda mungkin belum memiliki pengalaman dan keterampilan komunikasi yang cukup untuk menyelesaikan konflik. Tanpa komunikasi yang efektif, masalah kecil bisa berkembang menjadi besar dan sulit diatasi. Sering kali, ketidakmampuan untuk berbicara secara terbuka dan saling mendengarkan menyebabkan hubungan memburuk.

Banyak pasangan muda yang belum memiliki jaringan dukungan yang kuat—baik dari keluarga, teman, maupun konselor pernikahan. Tanpa adanya orang-orang yang dapat memberikan nasihat dan dukungan emosional, pasangan muda mungkin merasa lebih kesulitan dalam menghadapi tantangan pernikahan, dan hal ini bisa mempercepat keputusan untuk berpisah.

Sering kali, pernikahan di usia muda didorong oleh perasaan cinta yang menggebu-gebu tanpa mempertimbangkan faktor-faktor penting lainnya, seperti kesiapan emosional, finansial, atau visi jangka panjang. Menikah tanpa persiapan yang matang dapat meningkatkan ketidakstabilan dalam hubungan, yang akhirnya berujung pada perceraian.

Memang, menikah di usia muda bukan berarti selalu akan berakhir dengan perceraian, namun risiko perceraian lebih besar jika pernikahan dilakukan tanpa kesiapan yang memadai. 

Penting bagi pasangan muda untuk memastikan bahwa mereka benar-benar siap, baik dari segi emosional, finansial, maupun dalam hal komunikasi, sebelum memutuskan untuk mengikat diri dalam pernikahan. (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Menikah di usia muda sering kali dianggap sebagai bentuk cinta sejati yang ingin segera diikat dalam sebuah pernikahan. Namun, realitasnya nggak selalu seindah impian. Banyak pernikahan yang dimulai di usia muda justru berakhir dengan perceraian. Mengapa ini bisa terjadi? Ada beberapa faktor yang menyebabkan risiko perceraian lebih tinggi pada pasangan yang menikah muda.

1. Belum Matangnya Emosional dan Psikologis

Menikah di usia muda sering dianggap sebagai wujud cinta sejati yang ingin segera diresmikan. Namun, pernikahan di usia dini sering kali dihadapkan pada risiko tinggi perceraian. Kurangnya kematangan emosional, perubahan prioritas hidup, tekanan finansial, serta keterbatasan pengalaman komunikasi menjadi beberapa faktor yang memicu ketidakstabilan dalam pernikahan, yang pada akhirnya dapat berujung pada perceraian.

Mengapa Menikah Muda Membawa Risiko Cepat Bercerai?

Kamu yang sedang ada di usia pernikahan ini wajib tahu tentang sebab-sebabnya ya, Millens. Semoga dengan mengetahui beberapa sumber masalahnya, kamu bisa mengatasi sebelum terlambat.

Berikut adalah empat penyebab pasangan mempertimbangkan perceraian di usia pernikahan 4 hingga 7 tahun menurut Dr Lawrence A Kurdek, seorang psikolog di Wright State University di Ohio yang dikutip dari Theasianparent.

Pada usia ke-7 pernikahan, umumnya pasangan istri-suami telah memiliki satu atau dua orang anak. Oleh karena itu, peranmu berubah dari pasangan menjadi orang tua. 

Ketika terlalu fokus pada anak-anak, akan sulit untuk fokus pada hubungan pernikahan. Hal inilah yang kemudian bisa membuat hubungan pernikahanmu terkesan monoton dan menimbulkan pertengkaran. 

Di awal hubungan, kamu mungkin akan berusaha untuk tampil sebaik mungkin dan membuat pasangan terkesan. Namun, setelah 7 tahun menikah, kamu mungkin akan lebih santai dan fokus pada hal lain, misalnya pekerjaan dan anak. 

Jadi, coba ingat kembali kapan terakhir kamu mempersiapkan diri untuk membuat pasangan terkesan? Meskipun dia nggak mengeluh, tapi hal itu bisa membuat kamu terlihat nggak berniat membuat hubungan kembali terasa spesial. 

Kamu dan pasangan adalah dua orang yang berbeda. Jadi, kalian mungkin memiliki kepribadian dan minat yang berbeda juga. 

Meskipun telah tinggal bersama dalam waktu lama, namun nggak menutup kemungkinan bila kamu dan pasangan menciptakan perbedaan. Hal inilah yang dapat membuat kalian ingin menghabiskan waktu sendiri dan menjauh satu sama lain. 

4. Masing-Masing Menangani Kehidupan yang Berbeda

Terkadang sepasang istri suami memiliki perbedaan melihat konsep waktu.&nbsp;Misalnya, kamu terlalu sabar dan dapat menunggu selama diperlukan untuk sesuatu hal. Namun, logika itu nggak berlaku untuk pasanganmu. Dia adalah seseorang yang suka melakukan sesuatu dengan cepat tanpa banyak menunggu. Hal seperti itu dapat membuat kamu dan pasangan memiliki keinginan untuk berpisah. &nbsp;

Millens, saat memutuskan untuk menikah, pasti nggak terlintas bahwa suatu saat akan bercerai kan? Pasti setiap pasangan berharap hubungannya akan langgeng dan mampu menghadapi segala bentuk ujian.&nbsp;

Nah, supaya nggak pernah ada di ambang perceraian, hal utama yang harus kamu ketahui adalah menyadari bahwa pernikahan sempurna itu nggak ada.&nbsp;Jadi, berhentilah menekan diri sendiri dan pasangan untuk menciptakan kehidupan pernikahan sempurna.

Selain itu, menjaga komunikasi satu sama lain juga penting. Ingat, menyimpan masalah untuk diri sendiri nggak akan pernah membantu. Sebaiknya kamu lebih jujur kepada pasangan, ya! (Siti Khatijah/E07)

Inibaru.id - Badai ujian selalu mendatangi setiap pasangan pada usia pernikahan yang ke berapa pun.&nbsp; Kata banyak orang, masalah dalam pernikahan akan muncul silih berganti sesuai dengan usia pernikahan. Jadi, nggak ada jaminan mereka yang sudah memiliki usia pernikahan cukup lama berarti hubungannya harmonis.&nbsp;

Nah, kali ini kita akan mengulas tentang permasalahan yang mungkin timbul pada pernikahan di usia 4 sampai 7 tahun. Kenapa? Karena beberapa ahli mengungkapkan bahwa usia pernikahan 4 hingga 7 tahun sangat rawan mengalami perceraian.&nbsp;

Penyebab pasangan bercerai bisa macam-macam. Tapi, penyebab perceraian untuk usia pernikahan 4 hingga 7 tahun biasanya karena hubungan yang monoton dan memiliki kebiasaan yang berbeda satu sama lain.&nbsp;

Pernikahan Usia 4 hingga 7 Tahun Rentan Perceraian, Ini Sebabnya

Di sejumlah wilayah, masyarakat setempat bahkan memercayai
“ancaman” kematian juga bakal menimpa keluarga besar mereka. Hm, tampak
menakutkan, bukan? Kendati belum bisa dipastikan kebenarannya, inilah yang
membuat banyak orang menentang pernikahan lusan.

Lalu, adakah alasan masuk akal yang mendasari larangan
pernikahan lusan ini? Yang paling logis adalah karakter yang sangat berbeda
antara anak pertama dengan anak ketiga, apalagi jika anak bungsu.

Anak sulung biasanya cenderung bersikap lebih dewasa, mandiri,
dan jadi patokan. Sebaliknya, anak ketiga biasanya mempunyai karakter kebalikannya,
misalnya lebih manja dan sulit diatur. Nah, sebagian orang Jawa meyakini karakter
yang kontradiktif ini sebaiknya jangan disatukan.

Meski pertengkaran dalam sebuah hubungan memang acap terjadi,
perseteruan karena perbedaan karakter sebaiknya dihindari karena bisa
menyebabkan konflik hebat bila diteruskan. Konflik ini juga berpotensi
menimbulkan masalah terus-menerus.

Pernikahan pasangan lusan juga diyakini bakal berdampak
pada sulitnya mendapatkan rezeki yang lambat laun akan menimpulkan masalah
finansial. Padahal, sudah jadi rahasia umum jika masalah finansial bisa berujung pada pertengkaran rumah tangga, Millens.

Perseteruan yang nggak pernah selesai membuat kedua
istri-suami menyimpan dendam yang bisa meledak kapan saja. Secara emosi,
konflik juga membuat orang kesulitan berpikir logis, yang tentu saja bakal
menghambat seseorang dalam mencari nafkah secara maksimal.

Terus, terkait kematian, masyarakat Jawa percaya bahwa
pernikahan lusan akan membuat salah satu pihak meninggal cepat. Bahkan, yang
terburuk adalah kemungkinan orang tua mereka ada yang meninggal.

Larangan lusan bagi sebagian masyarakat Jawa, khususnya bagi orang tua yang masih menjunjung tinggi tradisi biasanya nggak boleh dilanggar. Namun demikian,
saat ini nggak sedikit orang yang mulai meninggalkan mitos tersebut.

Lantas, bagaimana jika pasangan muda terhambat kepercayaan ini? Apakah harus membatalkan pernikahan hanya karena orang tua percaya dengan mitos lusan? Nggak harus sampai segitunya kok.

Satu hal yang bisa kamu lakukan adalah mempersiapkan diri agar
kemungkinan buruk itu nggak terjadi. Caranya? Kenali karakter calon partner
hidupmu dengan melakukan banyak diskusi, kesepakatan, dan kompromi. Untuk
berkomitmen sehidup semati, kesamaan visi adalah harga mati.

Selain itu, persiapkan diri dan pasangan untuk menghadapi kemungkinan apapun, termasuk yang terburuk dengan saling mengenal. Persiapkan juga sejumlah variasi rencana masa depan sehingga andai ada masalah datang, kamu dan pasangan punya alternatif atau solusi, Millens.

Oya, kamu termasuk percaya dengan mitos lusan pada tradisi
pernikahan Jawa ini nggak, Millens? (Kharisma Ghana Tawakal/E03/E07)

Inibaru.id – Kegagalan sebuah pernikahan terkadang bukan karena ketidakcocokan calon mempelai perempuan dan lelaki. Tradisi
masyarakat nggak jarang membuat pernikahan dilarang digelar. Misalnya, mitos lusan yang masih dipercaya oleh masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah.

Lusan merupakan akronim dari telu (tiga) dan kapisan
(pertama). Nah, dalam mitos yang sudah berlangsung turun-temurun ini, anak ketiga dilarang menikah dengan anak pertama. Konon, kalau larangan
tersebut dilanggar, istri-suami itu bakal nggak akur dan bisa berujung pada perceraian.

Mitos lusan pada tradisi pernikahan Jawa acap membuat pasangan muda-mudi gagal menikah. Hingga kini, masih banyak yang memercayai aturan nggak tertulis itu. Kalau kamu mengalami ini, gimana solusinya?

Mitos Lusan Pada Tradisi Pernikahan Jawa, Alasan dan Solusinya

Di sini perempuan bangsawan yang
memiliki derajat tinggi lebih beruntung. Mereka bisa mengambil keputusan dalam
pernikahan. Namun, rakyat jelata juga mungkin kok bercerai karena sudah diatur dalam agama.

Di zaman Majapahit, pernikahan
dan segala macam unsurnya diatur dalam hukum Agama atau Kutaramanawa. Aturan
ini secara umum menjelaskan tentang perizinan istri untuk menggugat cerai sang
suami jika suami menderita penyakit tertentu.

Umumnya, istri boleh mengajukan cerai jika suami menderita penyakit. Di antaranya; ayan, banci,
penyakit gila, hingga batuk kering. Dari penyakit yang dideritanya, sang suami
biasa diberi waktu selama tiga tahun untuk mencari pengobatan.

Jika selama tiga tahun
penyakit nggak kunjung sembuh, perceraian harus tetap dilaksanakan. Soal tata cara perceraian ini, ada aturan yang dinamakan siddha atadin. Penggugat diharuskan menghadirkan ada
saksi, melakukan pecah uang yang diucapkan oleh saudara pihak laki-laki,
memberikan butir beras, dan memberikan air untuk cuci muka.

Aturan ini sifatnya wajib
dilaksanakan. Karena jika terlewat, perceraian dikatakan nggak sah untuk
keduanya. Bahkan perempuan akan didenda sejumlah empat laksa jika dirinya
akan menikah lagi.

Perceraian selama kisruhnya ahli
waris Kerajaan Mataram pun, sempat menimpa Ratu Bendoro. Secara hukum, dia dipisahkan oleh sang ayah, yakni Sultan Hamengkubuwono I pada Desember 1763 dari
suaminya Raden Mas Said atau Mangkunegara I, atau biasa dipanggil sebagai
Pangeran Samber Nyawa.

Perceraian ini sebenarnya timbul
akibat dari perseteruan antara sang suami dengan ayahnya. Dari sini akhirnya Ratu
Bendoro membawa perkara ini pada Pengadilan Surambi di Kasunanan Surakarta.

Contoh perceraian kedua dari
keluarga kerajaan, adalah Raden Ayu Notodiningrat sebagai cucu dari
Mangkunegoro II. Selama masa perkawinan, dia mengalami penganiyaan dan tindakan
kasar oleh suaminya, Bupati Probolinggo. 

Menurut Peter Carey dan Vincen Houben&nbsp;dalam bukunya
Perempuan-Perempuan Jawa, mereka mengatakan bahwa perceraian bisa
diperoleh jika istri mendapat pelanggaran dari kontrak pernikahan. Alasan yang
sering terjadi adalah melarikan diri dan kurangnya dukungan dari suami. Ini sering
dinamakan sebagai talak.

Ada juga penamaan taklik,
yakni perceraian bersyarat yang diucapkan dalam pernikahan. Jadi, kalau suami melanggar janji-janji yang dulu diucapkan ketika menikah, istri diperbolehkan menggugat cerai.

Terakhir, ada mancal. Di sini, istri bisa membeli kebebasannya sendiri. Memilih bercerai dengan cara ini berarti pihak perempuan harus siap mengembalikan mahar atau lebih banyak dari itu.&nbsp;

Dari situ kita jadi tahu,
perempuan juga punya hak atas pernikahannya. Karena banyak kasus perempuan yang
disiksa atau nggak diperlakukan dengan layak oleh sang suami. Padahal hak
sebagai manusia nggak memandang hirarki bangsawan atau orang biasa. Betul kan,
Millens?(His/IB31/E05)

Iniaru.id – Banyak dari
kita berpikir bahwa pernikahan merupakan hal yang hanya boleh dilakukan sekali seumur
hidup. Namun takdir bisa jadi punya jalannya tersendiri. Dari perjalanan itu, pasti
ada aja hal-hal yang nggak menyenangkan di dalamnya, ada pula yang memilih
bercerai sebagai solusi terakhir.

Perceraian yang kita tahu ternyata
bukanlah hal yang baru. Di zaman Kerajaan Majapahit, pernikahan malah bisa
dibatalkan oleh sang istri jika suaminya memiliki penyakit gila, sampai
impoten.

Kehidupan setelah menikah kerap menjadi momen yang diidam-idamkan, baik lelaki atau perempuan. Sayangnya, nggak semua berjalan mulus. Terkadang, pernikahan yang sakral harus diakhiri dengan perceraian. Ini juga berlaku sejak zaman dulu.

Cara Perempuan Jawa Tempo Dulu Menyudahi Pernikahan

Seorang anak yang awalnya sangat bahagia, selalu berperilaku
positif, dan sehat tiba-tiba harus menghadapi masalah keluarga yang membuatnya
penat. Orang tuanya mulai bertengkar setiap hari hingga membuat mentalnya
menurun. Dan lebih parahnya sang anak sampai mengidap kleptomania akibat
rusaknya keharmonisan keluarganya.

Dari sini terlihat bahwa ketidakharmonisan sangat berpengaruh
pada mental anak. Apalagi untuk anak yang masih kecil. Saat masih dalam tahap
pertumbuhan mereka harus merasakan beban berat.

Pada salah satu episode terlihat Joon Young yang sedang
melampiaskan emosinya dengan memukul temannya sendiri. Hal ini dia lakukan
sebagai bentuk tiruan dari perilaku ayahnya yang kerap memukul ibunya saat
sedang marah.

Pepatah mengatakan bahwa buah jatuh nggak jauh dari
pohonnya. Begitulah peribahasa yang pas untuk gambaran anak yang selalu
mencontoh perilaku orang tuanya.

Kesalahan terbesar orang tua adalah menutupi masalah yang
sedang mereka alami karena nggak mau bikin susah anaknya. Padahal secara nggak
sadar seorang anak tersebut sudah mengetahui masalah dari orang tuanya. Inilah yang
akhirnya menimbulkan kesalahpahaman hingga membuat hubungan anak dan orang tua
kurang terbuka.

4. Pertikaian Bukan Alasan Anak Membenci Orang Tua

Pada sebuah cuplikan terlihat Sun Woo berjuang mati-matian
demi kepentingan putranya Joon Young, namun malah sang anak tega mengkhianati
ibunya sendiri karena salah paham.

Hubungan antara orang tua dan anak memang nggak ada yang
sempurna. Pada akhirnya Joon Young dan Sun Woo kembali menyayangi satu sama
lain dan berjuang bersama untuk bahagia.

5. Kebahagiaan Anak Tercermin dari Kebahagiaan Orang Tua

Nggak ada orang tua yang tega dengan anak, sehingga banyak
orang tua rela melakukan apapun demi kebahagiaan anaknya. Padahal tanpa mereka
sadari sebenarnya kebahagiaan anak terletak pada kebahagiaan orang tuanya.

Nah, sebagai orang tua kamu patut memastikan kebahagiaanmu
agar anakmu pun bahagia.

Memang nggak ada hubungan yang sempurna, tapi nggak ada
salahnya kamu berusaha menciptakan hubungan yang harmonis. Jangan lupa bahagia
agar anakmu pun ikut bahagia. (IB30/E05)

Inibaru.id – Kamu mungkin sudah nonton Drama Korea The
World of the Married. Secara drama Korea ini sangat populer termasuk di Indonesia. Cerita kehidupan rumah tangga ini memang menarik untuk disimak. Nggak jarang konflik-konflik yang disajikan turut membuat penonton terbawa emosi.

Terus, pelajaran apa sih yang bisa kamu petik dari drama dengan tema perselingkuhan ini?

Ternyata kesempurnaan fisik dan harta nggak menjamin keharmonisan keluarga. Demikian dengan kebahagiaan anak yang menjadi taruhannya.

5 Pelajaran Penting Ini Bisa Dipetik dari Cuplikan Drakor 'The World of The Married'

Penelitian yang melibatkan 3000 pasangan tersebut juga
menunjukkan bila pasangan yang memiliki perbedaan usia sampai dengan 20 tahun dengan
pasangannya memiliki risiko perceraian sampai 95%!

Semakin besar perbedaan usia antar suami dan istri, semakin
besar perbedaan cara berpikir, perbedaan pendapat, hingga cara menyelesaikan masalah yang dipilih. Jika pasangan tidak memiliki sikap saling mengerti, bisa saja sering menyebabkan pertengkaran yang akhirnya berujung pada perceraian.

Terdapat pula data statistik lain yang menunjukkan bahwa
pasangan yang mampu mempertahankan rumah tangganya selama dua tahun memiliki
potensi menghindari perceraian sebesar 43% meski memiliki perbedaan usia yang cukup besar.

Meski terlihat mengerikan, kamu nggak perlu khawatir berlebihan jika perbedaan usiamu dan pasangan cukup besar. Asalkan kamu dan pasangan mau memupuk ikatan agar menjadi semakin kuat, berbagai masalah rumah tangga tentu bisa dilewati dengan baik.

Kunci hubungan yang langgeng adalah saling percaya, komunikasi yang baik, dan
toleransi yang tinggi antar pasangan. Dengan berkomitmen satu sama lain, segala
permasalahan dapat terselesaikan sehingga kata perceraian pun nggak akan pernah terngiang di pikiran.

Gimana, pasangan kamu memiliki usia yang terpaut cukup jauh dengan usiamu, nggak nih? Atau jangan-jangan kamu belum punya pasangan, ya Millens? Sabar, ya.&nbsp;(Fim/MG31/E07)

Inibaru.id – Cinta
memang nggak kenal usia. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya pasangan dengan perbedaan usia yang cukup jauh. Sebagai contoh, ada pasangan yang usianya terpaut hingga puluhan tahun. Hanya, apakah perbedaan usia ini bisa mempengaruhi risiko perceraian?

Banyak pasangan yang menyebut perbedaan usia bukanlah halangan untuk menjalani mahligai pernikahan yang sempurna. Hanya, perbedaan usia yang terpaut jauh bisa saja membuat pasangan memiliki banyak sekali perbedaan. Hal inilah yang bisa menyebabkan datangnya keretakan rumah tangga.

Hal ini diungkap dalam penelitian yang dilakukan di Emory University. Penelitian ini menemukan bahwa pasangan yang menikah dan memiliki perbedaan usia satu tahun
hanya memiliki resiko bercerai sebesar 3%. Sementara itu, pasangan memiliki perbedaan usia 5
tahun berisiko alami perceraian hingga 18%. Sayangnya, jika pasangan memiliki perbedaan
usia hingga 10 tahun, risiko mengalami perceraian bisa mencapai 39%.

Menurut ahli, perbedaan usia antar pasangan bisa memengaruhi risiko perceraian hingga 39 persen, lo. Lantas, seberapa jauh jarak usia pasangan yang ideal sehingga bisa langgeng, ya?

Perbedaan Usia Pasangan Ternyata Bisa Mempengaruhi Risiko Perceraian, Lo!

Inibaru.id - Menikah bukan hanya sehari dua hari tapi selamanya. Butuh banyak pertimbangan dalam menjalankan pernikahan agar langgeng. Karena banyak perceraian terjadi diu pernikahan yang masih seumur jagung. Nah, jika sudah begitu mau nggak mau kamu harus menanggung risikonya. Nggak hanya tekanan batin, omongan tetangga juga bakal bikin gerah.
Tenang, jangan larut dalam kesedihan. Anggap saja perceraian yang terjadi adalah pelajaran yang bisa kamu petik hikmahnya kelak di kemudian hari. Karena di dunia ini nggak ada hal yang sia-sia. Yuk, simak beberapa pelajaran yang bisa diambil dari perceraian diusia muda!
Hidupmu Nggak Lantas Mandek
Kehidupan masih tetap berjalan meski pernikahanmu berakhir. Dunia nggak berakhir begitu saja setelah perceraian terjadi. Pelangi akan muncul setelah hujan, begitupun jalan hidupmu.
Jangan Pernah Menyalahkan Pernikahan
Setiap pernikahan memiliki alasan, begitupun perceraian. Jangan pernah bilang pernikahan di usia muda itu salah. Karena kamu nggak tau takdir pernikahanmu ke depan seperti apa.
Perceraian Mengajarkan untuk Lebih Berhati-Hati dalam Menjalin Hubungan
Justru setelah bercerai kamu bakal lebih tau hal apa saja yang harus kamu lakukan saat menjalin hubungan kembali. Bisa dibilang kamu lebih berpengalaman dalam suatu hubungan. Pengalaman itu nantinya akan membangun pondasi kuat dalam diri kamu untuk lebih awet dalam menjalin hubungan di kemudian hari.
Perceraian Nggak Bakal Bikin Kamu Trauma
Dengan perceraian di usia muda justru kamu memiliki pengalaman sehingga kamu nggak perlu merasa trauma. Kamu hanya butuh waktu untuk sedikit menenangkan diri sambil menunggu orang yang tepat. Kamu masih muda, kamu berhak merasakan cinta.
Perceraian Membuatmu Lebih Kuat Bagai Baja
Kamu berhasil melewati hari-hari berat seusai perceraian. Sabar dan tegar dari banyak celetuk tetangga dan orang di luar adalah makanan sehari-hari. Selamat! Kamu berhasil menjadi lebih dewasa setelah perceraian.
Beberapa hal di atas membuktikan bahwa perceraian di usia muda nggak hanya membawa sisi negatif. Banyak pengalaman berharga yang bisa kamu dapatkan untuk menjadi lebih baik lagi. (IB30/E05)

Bercerai di usia muda memang berat. Coba berpikir lebih panjang biar nggak larut dalam kesedihan.

Jangan Sedih, Ini Pelajaran Berharga Buatmu Usai Bercerai di Usia Muda

Inibaru.id &ndash; Keretakan rumah tangga penyanyi Gisella Anastasia dan aktor Gading Marten masih mungkin untuk diselamatkan. Kuasa hukum Gisel Andreas Sapta Finady menyebut ada kemungkinan kliennya rujuk dengan Gading. Hanya saja, hal ini harus melalui proses mediasi yang disediakan majelis hakim dalam sidang perdana nanti.
&ldquo;Satu lagi stage, ada saat Pengadilan Negeri Jakarta Selatan meminta pasangan untuk melakukan mediasi. Hakikatnya, pengadilan negeri yang menangani perkara memang akan mengarahkan principal untuk hadir agar bisa diupayakan mediasi,&rdquo; ungkap Andreas sebagaimana ditulis Kompas.com, Senin (26/11/2018).
Setelah proses mediasi, barulah hakim bisa memastikan keputusan pasangan ini tentang rumah tangganya.
&ldquo;Setelah hakim melakukan mediasi dan mendengar pendapat dari masing-masing pihak, nanti hakim akan menanyakan tentang keyakinan apakah jalan perceraian ini akan ditempuh. Tapi kalau memang sudah sepakat ya mau tidak mau akan dilimpahkan memonya ke majelis hakim yang menangani perkara ini,&rdquo; jelasnya.
Hanya saja, Andreas tidak tahu soal adanya kemungkinan Gisel akan rujuk dengan Gading.
&ldquo;Saya nggak punya wewenang untuk menjawabnya,&rdquo; terangnya.
Rumor Orang Ketiga Dibantah Gisel
Sementara itu, Kanal247.com, Sabtu (24/11) menulis keretakan rumah tangga Gading dan Gisel sudah terjadi mulai 1,5 tahun lalu. Bahkan, saat syuting film Susah Sinyal, rumah tangganya sudah bermasalah dan keduanya secara nggak sengaja mendapatkan peran yang sama persis dengan kondisi saat ini di film tersebut.
&ldquo;Waktu film itu dikasih Ernest Prakasa, kita lirik-lirikan. Sebetulnya pengin ngomong ke Ernest 'kampret lo', tapi ya kita diam. Kita jalani syuting dengan rasa yang nggak enak,&rdquo; ungkap Gisel melalui video call dengan kuasa hukumnya Andreas Sapta Finady.
Khusus untuk soal orang ketiga, Gisel membantah keras hal ini.
&ldquo;Bukan, siapa sih dia. Nggak ada hubungannya,&rdquo; jawab Gisel saat ditanya tentang rumor Icha Gwen sebagai penyebab keretakan rumah tangganya.
&ldquo;Masalah rumah tangga orang kan beda-beda. Kami sudah ada sekitar 1,5 tahun yang lalu. Saya sudah berusaha, tapi setelah 1,5 tahun merasakan saya nyerah. Itu murni karena ada satu dan lain hal yang memang membuat kami harus berpisah,&rdquo; lanjut Gisel.
Gisel diketahui melayangkan gugatan cerai kepada suaminya Gading Marten pada 19 November lalu melalui kuasa hukumnya. Gugatan itu terdaftar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan nomor perkara 908/Pdt.G/2018/PN JKT/SEL. Sidang perdana antara Gisel dan Gading rencananya bakal digelar pada minggu kedua Desember mendatang.
Semoga masalah ini bisa selesai dengan jalan keluar terbaik bagi keduanya, ya Millens. (IB09/E04)

Gading dan Gisel akan menjalani proses mediasi dalam sidang perceraian. di tahapan inilah ada kemungkinan keduanya rujuk.

Dijadwalkan Mediasi pada Pertengahan Desember, Mungkinkah Gading dan Gisel Rujuk?

Inibaru.id &ndash; Perceraian selebritis Gisella Anastasia dan Gading Marten menghebohkan masyarakat. Pasangan yang menikah pada 14 September 2013 di Bali itu sering dijadikan contoh keluarga harmonis para warganet. Apalagi kehadiran putri semata wayang mereka membuat keluarga Gading dan Gisel tampak sempurna. Nggak heran bila kabar perceraian ini membuat banyak orang terkejut.
Melalui kuasa hukum Andreas Sapta Finady, penyanyi yang kerap disapa Gisel itu mendaftarkan gugatan cerainya ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Gugatan itu dilayangkan pada Senin (19/11/2018) dan telah terdaftar dengan nomor perkara 908/Pdt.G/2018/PN JKT/SEL.
Kompas.com, Kamis (22/11) menulis, terdapat beberapa fakta yang terkait dengan gugatan cerai yang diajukan Gisel kepada suaminya.
Sudah &ldquo;Berpamitan&rdquo; Sebelumnya
<img src="/uploads/keluarga%20gading%20marten.jpg" alt="" width="600" height="336" />
<code>Gading dan Gisella berfoto bersama orang tua Gading. (Tribunnews)</code>
Adik Gading, Gibran Marten menyebut Gisel sudah &ldquo;berpamitan&rdquo; dengan keluarga besarnya.
&ldquo;Sebenarnya bukan berpamitan, tapi ngomong baik-baik. Sudah mengabarkan kepada kami sekeluarga bahwa sudah tidak bisa bersama lagi. Saat ngomong juga ada Gading dan semua keluarga besar,&rdquo; ucap Gibran.
Roy Marten Terkejut dengan Kabar Ini
<img src="/uploads/dr_tompi_44507887_740842456280949_536752452057191749_n.jpg" alt="" width="604" height="604" />
<code>Potret Gading Marten dan ayahnya Roy Marten. (Instagram/@dr_tompi)</code>
Gibran menyebut kabar perceraian ini mengejutkan ayahnya Roy Marten dan ibundanya Anna Maria.
&ldquo;Ayah dan ibu menyayangkan. Tentu saja, tidak ada orangtua yang ingin anaknya bercerai. Sebenarnya, kami semua juga kaget dengan hal ini. Sudah kami sarankan untuk memikirkan lagi, tapi karena keduanya sudah dewasa, mereka sudah memikirkannya matang-matang sebelum mengambil keputusan ini,&rdquo; lanjut Gibran.
Gugatan Perceraian Sudah Diajukan Sejak Oktober
<img class="irc_mi" style="margin-top: 10px;" src="https://www.batamnews.co.id/foto_berita/44043374500_1517494274-Gading___Gisel__1_.jpg" alt="Gambar terkait" width="603" height="339" />
<code>Potret Gisella dan Gading. (Liputan6)</code>
Kuasa hukum Gisel&nbsp;Andreas Sapta Finady menyebut kliennya sudah lama ingin menggugat cerai Gading, tapi baru bisa dilakukan pada Oktober 2018.
&ldquo;Sudah lama sebenarnya, tapi baru bisa mengajukan Oktober 2018. Saat saya tanya, Mbak Gisel bilang sudah berpikir dengan matang-matang untuk mengajukannya,&rdquo; jelas Andreas.
Sering Bertengkar
<img class="irc_mi" style="margin-top: 0px;" src="http://cdn2.tstatic.net/suryamalang/foto/bank/images/gisel-gugat-cerai-gading-marten.jpg" alt="Hasil gambar untuk kuasaa hukum gisel" width="600" height="337" />
<code>Gading dan Gisel diisukan sering bertengkar. (Tribunnews)</code>
Andreas juga menyebut rumah tangga pasangan ini ternyata sering diwarnai pertengkaran.
&ldquo;Sering cekcok. Sudah lama hal ini terjadi tapi keduanya bisa menutupinya di depan umum, namun Mbak Gisel sudah tidak sanggup lagi mempertahankan rumah tangganya bersama dengan Mas Gading,&rdquo; ungkap Andreas.
Bukan Karena Perselingkuhan
<img class="irc_mi" style="margin-top: 0px;" src="http://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/700x465/photo/2018/11/21/1860109643.jpg" alt="Hasil gambar untuk kuasaa hukum gisel" width="571" height="379" />
<code>Potret Gisella dan Gading saat liburan. (Nakita)</code>
Andreas juga membantah kabar yang menyebut perceraian Gisel dan Gading karena adanya orang ketiga.
&ldquo;Hanya gosip itu. Pada prinsipnya, saya sebagai kuasa hukum menganggapnya sudah masuk ranah pribadi. Saya hanya menegaskan sebagai kuasa hukumnya tidak ada kabar tersebut,&rdquo; tegasnya.
Gading Nggak Akan Datang ke Pengadilan
<img class="irc_mi" style="margin-top: 0px;" src="https://img.inews.id/media/822/files/inews_new/2018/11/22/gading6.jpg" alt="Hasil gambar untuk gading marten" width="573" height="303" />
<code>Gading enggan menghadiri persidangan. (Inews)</code>
Menurut Andreas, Gading juga sudah memastikan dirinya nggak akan datang ke sidang perceraian.
&ldquo;Mas Gading sudah bilang nggak akan mau datang ke pengadilan dan menyerahkannya ke kuasa hukum,&rdquo; ucapnya.
Gisel Angkat Bicara di Instagram
<img src="/uploads/unggahan%20gisel.JPG" alt="" width="600" height="317" />
&nbsp;
<code>Unggahan Gisella Anastasia di akun Instagramnya. (Instagram/@gisel_a)</code>
Melalui akun Instagram pribadinya @gisel_a, Gisel memohon maaf kepada masyarakat yang patah hati dengan keputusannya mengajukan perceraian. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan dukungan.
&ldquo;Dengan kerendahan hati saya meminta maaf untuk semua yang patah hati karena cerita ini.. Saya memohon doanya untuk kami bertiga dengan jalan yang ada di depan kami..&rdquo; tulis Gisel.
Gisel juga memastikan dirinya dan Gading akan tetap menjadi orang tua yang baik bagi Gempita, putri semata wayangnya.
&ldquo;Mohon kebesaran hatinya untuk tidak menyebarkan berita yang tidak benar. Kami ingin terus menjadi partner yang baik untuk membesarkan Gempita dengan kasih sampai nanti. Walaupun jalannya tidak sempurna seperti semestinya,&rdquo; lanjutnya.
Semoga keputusan tersebut terbaik bagi kedua belah pihak ya, Millens. (IB09/E04)

Sering dianggap sebagai pasangan yang harmonis, kabar perceraian Gisella Anastasia dan Gading Marten langsung menghebohkan publik. Namun, rupanya rumah tangga yang sudah dijalani selama lima tahun itu memang sudah diterpa masalah cukup lama.