Inibaru.id - Wayang Wahyu merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan ajaran-ajaran Kristiani kepada semua umat manusia. Kamu mungkin bertanya-tanya mengapa wayang dipilih untuk mengenalkan agama Kristen. Jawabannya, wayang merupakan kebudayaan leluhur masyarakat yang mudah diterima.
Tujuan pagelaran Wayang Wahyu bukan sebagai bentuk menyebarkan agama Katolik, melainkan metode untuk memperkenalkan ajaran Kristiani kepada masyarakat. Bisa dibilang, pagelaran Wayang Wahyu merupakan cara untuk bertoleransi dengan pemeluk agama lainnya.
Asal Usul dan Cerita Wayang Wahyu
Pencipta Wayang Wahyu adalah eorang kepala sekolah SD Pangudi Luhur Purbayan Surakarta bernama Brunder Timotheus L. Wignjosoebroto FIC. Dia terinspirasi membuat sebuah wayang sebagai sarana menyampaikan wahyu usai menonton pertunjukan wayang pada 1957. Timotheus membuat tim-tim khusus untuk merumuskan bentuk wayang, tim penyusunan pedalangan, dan tim penasehat.
Pada awal merumuskan bentuknya, Wayang Wahyu dilukis oleh Roosradi, kepala unspeksi pendidikan jasmani Kota Sala (Solo). Untuk urusan penyusunan pedalangan, diserahkan kepada tiga orang: M. Atmawidjaja seorang guru SMP, Marosudirdjo seorang kepala sekolah Rakyat Kanisius, dan A. Suradi seorang letnan katekis tentara.
Singkat cerita, Wayang Wahyu dipentaskan kali pertama pada 2 Februari 1960 di gedung Sekolah Kejuruan Kepandaian Puteri Purbayan Solo. Saat itu pementasan menampilkan serangkaian lakon Malaikat Mbalela, Manusia Pertama Jatuh dalam Dosa, dan Kelahiran Tuhan Yesus Kristus.
Pagelaran wayang ini diiringi alunan gamelan Jawa dengan gending lagu-lagu Kristiani. Meski iramanya masih tradisional, namun liriknya telah dikreasikan.
Sebagai informasi, Wayang Wahyu ini menggambarkan bagaimana manusia harus hidup bersama dengan manusia lainnya, yaitu saling menghormati, toleransi, dan memberikan contoh kebaikan. Kisah wayang wahyu bersumber dari Kitab Suci yang dinarasikan sesuai dengan bahasa, nilai,dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Antusias Masyarakat Terhadap Wayang Wahyu
Pada awal kemunculannya, Wayang Wahyu mendapatkan sambutan yang sangat meriah.
Wayang wahyu bahkan mendapat kesempatan tampil di depan Uskup Agung Mgr. Albertus Seogijapranata pada 17 Oktober 1960. Penampilan itu diapresiasi sang uskup Agung dan diberi masukan agar lebih baik.
Setelahnya, beberapa perbaikan dilakukan. Wayang Wahyu nggak lagi berwujud karton, melainkan kulit. Lakon yang dibawakan juga ditambah dengan menghadirkan "Dawud-Goliat", "Sang Kristus", dan "Gereja Katholik".
Wayang Wahyu kerap digelar pada hari-hari besar Kristiani seperti Natal dan Paskah. Terkadang, kamu juga bisa menjumpai pagelaran ini dalam rangka ulang tahun gereja atau paroki, ulang tahun pastor, dan peresmian gereja.
Omong-omong, kamu sudah pernah menyaksikan pertunjukan ini belum, Millens? (His/IB32/E05)