BerandaTradisinesia
Senin, 12 Sep 2021 21:08

Kisah Jembatan Kali Loji Pekalongan, Jalan Penghubung ke Kerajaan Dewi Lanjar

Jembatan Kali Loji Pekalongan yang disebut gerbang menuju kerajaan Dewi Lanjar. (Jawa Pos Radar Semarang/Riyan Fadli)

Menurut kepercayaan warga sekitar, sudah banyak orang yang hilang dari jembatan. Tahu-tahu, mereka muncul di bibir Pantai Slamaran. Jembatan ini dipercaya sebagai pintu masuk ke kerajaan gaib milik Dewi Lanjar.

Inibaru.id – Di Pekalongan Utara, tepatnya di Kelurahan Panjang Wetan ada jembatan yang cukup terkenal menyimpan cerita misteri. Namanya, Jembatan Kali Loji. Konon, jembatan yang tampak biasa itu dapat membawa seseorang menuju alam lain.

Beberapa menyebut seseorang yang melintas di sana hilang dan entah bagaimana ceritanya mereka muncul di bibir pantai Slamaran. Kalau kata juru kunci Pantai Slamaran, Ali Ramadhan, jembatan ini memiliki energi khusus sehingga dapat menghubungkan dengan Kerajaan Dewi Lanjar.

“Jembatan Loji itu jembatan menuju alam gaib. Orang yang punya keahlian khusus bisa merasakan itu. Menuju pintu istana beliau, yang bisa ke sana tidak sembarang orang. Orang yang benar-benar dipanggil oleh Hj Siti Khodijah. Orang-orang terpilih, minimal punya hafalan Alquran,” terang lelaki 54 tahun itu.

Yang dimaksud Hj Siti Khodijah adalah Dewi Lanjar, penguasa Pantai Utara. Menurut cerita, ia belajar Islam kepada Syekh Asnawi bin Abdurrahman al-Bantani. O ya, pada zaman Presiden Soeharto, Pantai Slamaran terkenal sebagai lokasi pesugihan. Sebagai juru kunci, Ali nggak pengin citra itu kembali melekat.

Dulu, di sini banyak orang yang mengaku-ngaku sebagai juru kunci pantai dan mampu menjadi perantara untuk memperoleh kekayaan. Padahal, menurut Ali, itu hanya untuk keuntungan pribadi. Aktivitas pesugihan di Pantai Slamaran sendiri lebih banyak dilakukan orang luar Jawa.

“Orang dari Banten selalu bawa uang lebih dari Rp 30 juta saat ingin melakukan pesugihan. Mereka datang dengan orang perantara. Saya selalu tolak itu, mau dikasih berapa pun saya tidak mau. Akhirnya banyak yang mengaku-ngaku juru kunci,” imbuhnya.

Pantai Slamaran, Pekalongan. (Via Mediakita)

Mereka yang melakukan pesugihan bahkan nekat menjual semua harta benda miliknya dan berharap bisa mendapat untung berkali-kali lipat usai pulang dari sana. Ali berharap bahwa zaman sudah semakin maju, jangan sampai ada orang yang percaya.

Meski begitu, masih saja banyak orang yang mencari pesugihan di sana. Ada pula yang bermaksud memanfaatkan mitos itu untuk meraup keuntungan. Masih ingat Dimas Kanjeng dari Jawa Timur? Orang yang mengaku dapat menggandakan uang hingga bikin heboh publik ternyata pernah mengajak Ali bekerjasama.

“Saya tolak itu. Saya tahu dia dukun palsu yang memanfaatkan kesempatan,” ucapnya. Betewe, ada kisah mistis yang Ali ceritakan berkaitan dengan uang gaib nih. Ada seorang yang mengaku mendapat uang Rp 160 ribu. Uang tersebut nggak pernah habis saat dibelanjakan, selalu kembali utuh. Uang juga sudah dibelanjakan berkali-kali. Saat ditanya, pedagang pun nggak merasa kehilangan uang. Peristiwa mistis itu terjadi sekian bulan, sebelum orang yang mengalami kejadian, cerita kepadanya.

“Itu bantuan dari malaikat Allah, yang saya yakini seperti itu. Merasa uangnya tidak habis-habis dia takut, keesokannya saya minta uang itu dibelanjakan, dan sudah tidak kembali lagi. Dia sedikit menyesal,” ujarnya sembari bergurau.

Mengenai keberadaan Dewi Lanjar, banyak masyarakat Pekalongan yang nggak percaya. Tapi di sisi ain, mereka berharap sang Dewi yang konon berhubungan dengan Ratu Pantai Selatan ini sudi memberi berkah. Katanya, pedagang yang didatangi Dewi Lanjar menjadi laris dagangannya. “Itu hak beliau (Dewi Lanjar) mau memberikan bantuan seperti apa dan kepada siapa,” timpal Ali.

Eh, ada yang menarik kalau kamu mengunjungi rumah Ali. Jadi, di belakang rumah yang sudah berusia ratusan tahun ini terdapat persinggahan Dewi Lanjar. Lokasi yang berpapasan langsung dengan laut itu dulu banyak dikunjungi orang yang menginginkan pesugihan.

Sekarang, Ali nggak mengizinkan orang yang menginginkan pesugihan untuk datang ke tempat berukuran 5x5 meter itu. Wah, angkat topi yuk, buat juru kunci yang satu ini, Millens? (Rad/IB21/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024