BerandaTradisinesia
Selasa, 30 Jan 2023 15:00

Hari Arak Bali: Upaya Melestarikan, Bukan Ajakan Mabuk-mabukan

Masyarakat Bali terbiasa minum arak sebelum dan sesudah beraktivitas untuk menghangatkan badan. (Phinemo)

Arak Bali adalah minuman fermentasi yang sudah melekat dengan masyarakat Bali. Agar tetap lestari, Gubernur Bali Wayaan Koster menetapkan tanggal 29 Januari sebagai Hari Arak Bali.

Inibaru.id - Bali adalah salah satu kawasan di Indonesia yang menjunjung tinggi tradisi dan warisan leluhur. Ada banyak budaya lokal yang masih kental dan bertahan di tengah masyarakat, salah satunya minuman arak bali.

Secara umum pengertian arak adalah minuman keras atau beralkohol yang umumnya diproduksi di negara-negara Asia Tenggara dan Asia Selatan. Arak dibuat dari fermentasi kelapa, tebu, biji-bijian, buah-buahan, tergantung dari negera atau daerah asalnya.

Arak bali bagi masyarakat Bali sendiri adalah minuman yang menyehatkan. Mereka biasa meminum satu teguk arak sebelum dan sesudah pergi ke sawah demi menghangatkan tubuh. Beberapa orang juga mencampurkan arak bali dengan rempah-rempah tradisional seperti cengkeh, pala, kayu manis, dan jeruk nipis. Nggak hanya sebagai minuman penghangat tubuh, arak bali juga jadi bagian dari upacara keagamaan.

Hari Arak Bali

Gubernur Bali Wayan Koster menetapkan 29 Januari sebagai Hari Arak Bali. (Instagram/Theauthenctic.arakbali)

Untuk melestarikan budaya Bali terutama minuman araknya, Gubernur Bali Wayan Koster menetapkan tanggal 29 Januari sebagai Hari Arak Bali. Hal itu tertulis melalui Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor 929/03-I-HK/2022. Hari Minggu 29 Januari 2023 kemarin menjadi hari perdana peringatan Hari Arak Bali.

Dalam kesempatan memperingati Hari Arak Bali, Koster mengatakan agar peringatan tersebut nggak disalahartikan dengan mabuk-mabukan. Meminum arak bali sebenarnya untuk tujuan kesehatan dan pelestarian budaya.

"Proses pembuatan arak tradisional Bali ini harus dijaga dan dilestarikan. Produk arak harus dimanfaatkan secara bijak dan tidak disalahgunakan," jelas Koster saat kunjungan kerja ke Kabupaten Karangasem, Bali, dilansir dari Detik, Senin (30/1/2023).

Namun, meski tujuannya untuk melestarikan budaya, kebijakan Koster nggak sepenuhnya didukung oleh masyarakat Bali, lo.

Koster mengaku dirundung oleh beberapa pihak setelah menetapkan 29 Januari sebagai Hari Arak Bali. Menanggapi hal itu, Koster menyebut wajar, apalagi ini menjelang tahun politik.

"Namanya juga elite beda selera gitu, jadi kami maklum aja," kata Koster saat memberikan sambutan dalam peringatan Hari Arak Bali di Bali Collection Nusa Dua, Kuta Selatan, Badung, Bali, Minggu (29/1/2023).

Dongkrak Ekonomi Masyarakat Bali

Sekarng jumlah arak Bali dengan label sudah semakin banyak dan beredar di hotel dan restoran di Bali. (Istimewa)

Keberadaan arak bali yang telah melekat pada masyarakat Bali sedikit banyak telah menopang perekonomian setempat. Beberapa arak bali telah memiliki label dan beredar di hotel dan restoran di Bali.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali I Wayan Jarta menuturkan kini sudah ada 32 arak bali yang berlabel. Jumlah itu terus bertambah dari sebelumnya sebanyak 12 arak.

"Jumlah ini terus bertambah dan pemasarannya juga sudah legal untuk dijual di dalam atau luar negeri, karena sudah ada izin BPOM-nya," terangnya, di Rumah Jabatan Gubernur Bali Jaya Sabha, Jalan Surapati Nomor 1 Denpasar, Bali, Kamis (26/1/2023).

I Wayan Jarta menargetkan arak bali bisa menguasai 50 persen kebutuhan minuman beralkohol di Pulau Dewata. Sebab, saat ini hotel dan restoran menjual 70 persen minuman beralkohol dari luar Bali.

Wah, meski Indonesia bukan negara empat musim tapi tetap mempunyai minuman berfermentasi lokal seperti negara lain ya, Millens? Bisakah arak bali nanti menjadi terkenal seperti soju dari Korea dan sake dari Jepang? (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024