BerandaTradisinesia
Sabtu, 12 Mei 2023 11:30

Guyang Cekathak, Tradisi Memanggil Hujan di Muria, Kudus

Tradisi Guyang Cekathak di Sendang Rejoso, Colo, Kudus. (Suara/Aunur Rahman)

Di Indonesia, tepatnya di Muria, Kudus, ada tradisi memanggil hujan yang unik, lo. Namanya adalah Guyang Cekathak. Konon, tradisi ini sudah ada sejak zaman Sunan Muria.

Inibaru.id – Ritual memanggil hujan nggak hanya dipercaya orang-orang dari Suku Afrika. Di Indonesia, tepatnya di Colo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, warganya juga mengenal ritual yang sama. Nama ritual tersebut adalah Guyang Cekathak.

Kali terakhir ritual ini dilakukan adalah pada musim kemarau tahun lalu, tepatnya pada Jumat (30/9/2022). Meski begitu, tradisi yang kabarnya sudah ada sejak Sunan Muria masih berdakwah di Tanah Jawa ini selalu digelar secara rutin pada Jumat Wage pada bulan September.

“Biasanya sih tradisi ini digelar bertepatan dengan kemarau panjang. Tapi, tradisi ini sebenarnya lebih dari sekadar doa untuk meminta hujan karena dijadikan ajang bersyukur sekaligus bersedekah kepada warga sekitar,” ucap Juru Kunci Sendang Rejoso Muhammad Bambang Budi Iriyanto sebagaimana dikutip dari Harian Muria, Sabtu (1/10/2022).

FYI, Guyang Cekathak dilakukan di Sendang Rejoso karena masyarakat sekitar yakin jika di tempat itulah, dulu Sunan Muria berwudu. Karena meyakini tempat tersebut bersejarah, mereka pun pengin melestarikannya dan berusaha agar sumber airnya tetap eksis. Oleh karena itulah, mereka bedoa meminta hujan saat kemarau panjang agar sumber air di Sendang Rejoso nggak sampai kering.

Guyang Cekathak bisa diartikan sebagai memandikan pelana kuda. Hal ini disebabkan, dalam prosesinya, ada pelana kuda milik Sunan Muria yang dibesihkan di Sendang Rejoso.

Jalannya Ritual Guyang Cekathak

Ritual Guyang Cekathak dilakukan saat musim kemarau. (FB/InfoSeputarKudus)

Prosesi Guyang Cekathak biasanya dimulai pada pagi hari, sekitar pukul 07.00 WIB di kompleks Makam Sunan Muria. Ratusan warga melakukan kirab membawa pelana kuda milik Sunan Muria ke Sendang Rejoso.

Setelah sampai di sendang, tahlil dan doa dibaca oleh para tetua dan diikuti oleh warga. Setelah itu, proses pembasuhan pelana kuda dilakukan. Setelah pelana kuda tersebut bersih, ratusan dawet khas Muria dibagikan kepada warga yang hadir.

“Dawetnya memang sudah jadi salah satu syarat Guyang Cekathak. Untuk dibagikan ke warga,” ucap Bambang sebagaimana dikutip dari Betanews, Jumat (30/9/2022).

Bambang juga memastikan bahwa tradisi ini sama sekali nggak memiliki niatan syirik. Karena, ritual meminta hujannya dilakukan dengan berdoa dan salat sunah meminta hujan, bukannya dengan ritual-ritual lainnya.

“Doa minta hujan dan selamatan dengan makan bersama dilakukan setelah pelana kuda selesai dicuci,” ucap Bambang.

Yap, yang namanya tradisi turun-temurun nggak ada salahnya untuk tetap dilestarikan ya, Millens. Apalagi, tradisi unik ini juga bisa menjadi daya tarik wisata bagi masyarakat Kudus. Wah, jadi penasaran ya melihat langsung tradisi Guyang Cekathak tahun ini nanti. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024