BerandaTradisinesia
Kamis, 28 Agu 2019 17:02

Tentang Dolalak, Tarian yang Melawan Penjajahan Belanda

Tari dolalak. (Pesona.travel)

Muncul pada masa penjajahan Belanda di Nusantara, tari dolalak menjadi salah satu bentuk perlawanan masyarakat melalui kesenian. Hingga kini kesenian tersebut masih lestari, bahkan mulai dimodifikasi.

Inibaru.id – Kebiasaan mabuk dan berdansa para serdadu Belanda pada masa kolonialisme di Nusantara menjadi ihwal tari khas Kabupaten Purworejo ini bermula. Yap, gerakan yang diamati masyarakat "pribumi" itulah yang kemudian dimodifikasi menjadi tari yang kini dikenal sebagai Tari Dolalak.

Nama dolalak diambil dari musik pengiring tari yang hanya terdiri atas dua nada, yakni Do dan La. Kala itu, sekitar 1940, tari dengan gerakan energetik itu menjadi sarana untuk menyebarkan misi agama dan politik. Jadi, bisa dikatakan tarian ini merupakan salah satu bentuk perlawanan warga pada penjajah.

Seiring waktu, tari dolalak lantas dikembangkan dengan memperkuat unsur kebudayaan Indonesia. Ini dilakukan lantaran semula gerakan, kostum, hingga musik pengiring belum lepas dari pengaruh budaya Belanda.

Tari dolalak. (saudhanur.wordpress)

Tari Dolalak juga berkembang menjadi pelbagai gaya sesuai daerah masing-masing. Beberapa gaya yang cukup dikenal antara lain banyuuripan, sejiwanan, kaligesingan, dan mlaranan.

Bicara soal musik pengiring, tari dolalak semula diiringi dengan acapela saja. Supaya memiliki rasa lokal, alat-alat musik seperti kendang, bedug, kecer, dan organ menjadi penggantinya.

Dolalak juga terus berkembang mengikuti zaman. Saat ini, kamu mungkin bakal menjumpai tari dolalak yang diiringi lagu-lagu pop, campursari, atau dangdut. Hm, kebayang kan serancak apa gerakan yang dilakukan para penarinya?

Kostum Tari Dolalak Didominasi Warna Hitam dan Emas

Penari kesenian dolalak mengenakan kacamata sebagai aksesori. (Kaskus)

Untuk kostum, tari dolalak biasanya bercirikan warna domian hitam dengan warna keemasan pada bagian dada dan punggung. Sebagai aksesori, penari dolalak umumnya mengenakan topi hitam penuh hiasan warna-warni.

Selain topi, penari kesenian ini juga biasanya mengenakan sampir yang dililitkan pada pinggang dengan simpul pada sebelah kanan. Warna sampir itu biasanya cukup mencolok, bisa kuning atau merah.

Bagi yang berhijab, penari dolalak mengenakan celana panjang mencapai bawah lutut. Sementara, untuk mereka yang nggak berhijab, celana yang kenakan biasanya pendek, hanya sepanjang lutut atau di atasnya.

Penari dolalak berhijab. (Wikimedia)

Oya, meski warna dan aksesori yang dikenakan penari dolalak umumnya sama, kesenian itu rupanya juga mengalami modifikasi dari segi kostum. Maka, jangan heran kalau menemukan penari dolalak dengan kostum yang berbeda dari deskripsi itu ya!

Hm, andai pelbagai kesenian tradisional di Indonesia bisa terus mengikuti zaman semacam ini, tentu saja tanpa mengurangi esensi, mungkin nggak bakal ada kesenian yang punah kali ya! Ha-ha. (IB15/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: